<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Redenominasi Menuai Badai

Tuesday, December 18, 2012

Kartun Jitet Koestana

Apakah anda setuju tentang wacana #redenominasi rupiah? Ternyata rencana program redenominasi 1000 rupiah diubah jadi 1 rupiah menuai keberatan banyak pihak. Tercatat keberatan dengan redenominasi, sebagai berikut :

1. Bupati Kepulauan Seribu keberatan kalau menjadi Bupati Kepulauan Satu.
2. Marga Pasaribu keberatan menjadi Marga Pasatu.
3. Ahli bahasa tidak setuju kalau ungkapan "mengambil langkah seribu" menjadi "mengambil langkah satu", atau "seribu janji" menjadi "satu janji".
4. Sastrawan keberatan kalau sajak Chairil Anwar yang berbunyi "aku ingin hidup seribu tahun lagi" diganti menjadi :"aku ingin hidup satu tahun lagi".
5. Para da'i sejuta ummat tidak mau diganti menjadi "da'i seribu ummat".
6. Biolog tidak setuju kalau ikan seribu dan binatang kaki seribu diganti menjadi ikan satu dan binatang kaki satu.
7. Titiek Puspa keberatan kalaun lirik lagu "jatuh cinta sejuta rasanya" diganti jadi hanya "seribu rasanya".
8. Para artis tidak setuju acara malam sejuta bintang dikurangi jadi malam seribu bintang.
9. Para jutawan tidak mau disebut "ribuwan".
10. Masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah tidak mau mengganti "nyuwun sewu" jadi "nyuwun setunggal".
11. Teks pidato yang berisi ungkapan "beribu-ribu maaf" sulit diubah jadi "bersatu-satu maaf".
12. Abu Nawas-pun keberatan kalau cerita Seribu Satu Malam diubah jadi "Satu Malam".
13. Didi kempot jg bs protes, lagunya "sewu kuto", jadinya "siji kuto" uwes tak lewati..

ADA yang lain, mau nambahin? (Wasito Djati Pribadi)


Perang Surat Antara Mantan Suami dan Mantan Istri

Dear (mantan) istriku,
Kurang lebih 17 taun kita telah menikah, tetapi sekarang kau telah berubah banyak, kau mulai tak peduli padaku, seminggu yang lalu saat kau baru pulang dari kantorku coba menarik perhatianmu dengan memasak makanan kesukaanmu, aku bahkan memotong rambut dan merapikan janggut dan kumisku, agar terlihat seperti kita pertama bertemu, tetapi apa yang terjadi, kau tidak menyentuh masakanku, kau bahkan mengacuhkan aku, kau malah menonton sinetron kesayanganmu, lalu tidur, kau anggap aku ini apa?? Karena itulah aku tinggalkan kamu, jangan cari aku.

ttd
(mantan) suamimu
N.B.: aku pergi dengan adikmu Carla !!

Balasan :

Dear (mantan) suamiku,
Kurang lebih 17 tahun kita menikah, dan kau bilang aku banyak berubah? Lalu kau pikir siapa yang melunasi angsuran rumah, mobil kita selama ini? Sejak kita pacaran selalu aku yang mengeluarkan uang, dan aku tau kalo kau telah dipecat sejak 10 bulan yang lalu, aku diam untuk menjaga harga dirimu, Aku memang sudah curiga kau selingkuh dengan adikku dan semakin yakin ketika kau masak gulai kambing seminggu yang lalu itu adalah makanan kesukaan adikku, kamu lupa aku
jadi vegetarian sejak 5 tahun yang lalu, dan potongan rambutmu itu... membayangkannya saja aku sudah mual. Asal kau tahu rumah dan mobil (atas bantuan pengacaraku) sudah beralih nama jadi namaku, kau tak bisa mengambil apapun dariku,

ttd
(mantan) Istrimu
N.B.: ada satu hal yang kamu tidak ketahui tentang adikku Carla. Dia sebenarnya adik angkat dan nama aslinya KARJO!!!! (Wasito Djati Pribadi)


KETIKA PRESIDEN MENGHADIRI PAMERAN LUKISAN

Suatu hari seorang presiden sebuah negara antah berantah pergi melihat pameran lukisan.
Karena saat itu beliau mengalami sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia mengajak satu ajudannya untuk menuntunnya.
Presiden : “Wah, lukisan ini bagus. Gambar ikannya bener-bener hidup.”
Ajudan: “Shttt… Jangan keras-keras Pak. Itu gambar buaya.”
Kemudian mereka berpindah ke lukisan lain.
Presiden: “Gambar Gajah ini benar- benar gagah.”
Ajudan: “Shttt… Ojo keras-keras Pak. Itu gambar banteng.”
Presiden itu kemudian menahan diri memberi komentar sampai ia tiba pada satu pojok ruang pameran dia berseru:
“Wah, sing iki apik tenan. Lukisan Kerbaunya nya begitu nyata anatominya.”
Ajudannya langsung tertegun dan berkata:
“Pssttt…. Jangan keras-keras Pak. Itu cermin!” (Djoko Susilo)

Continue Reading | comments

Setan Minta Pensiun

Saturday, December 1, 2012

Kartun JBosco Azevedo

Setan: “Ya Tuhan saya mau minta pensiun dini saja.”

Tuhan : “Kenapa kamu minta pensiun dini padahal kamu yang minta sendiri untuk selalu ingin menggoda manusia?”

Setan : “Amit-amit ya Tuhan, sekarang ini kelakuan manusia rasa2nya seperti sudah melebihi Setan deh. Hamba kuatir justru hamba yang akan tergoda oleh manusia. Makanya hamba minta pensiun dini aja. Saya gedheg banget sama manusia, berkali2 hamba yang selalu disalahkan seperti manusia yang BERZINAH, yang enak dia, yang disalahkan hamba.

Lalu manusia yang KORUPSI, dia yang menikmati, katanya digoda hamba. Coba gimana tuh?
Belum lagi manusia yang SELINGKUH, dia yang enakan, katanya dipengaruhi hamba.

Juga manusia yg ke Diskotik dan Karaoke di sana bernyanyi-nyanyi dan senggol sana sini dengan cewek2 cantik bin bahenol, katanya disuruh hamba, coba? Yang bener aja?

Lalu manusia yang berjudi juga gitu, katanya karena ajakan hamba. Padahal kan hamba gak bisa gunain uang, iya nggak? Manusia bener2 jahat dan pengecut deh!

Manusia berbohong katanya karena pengaruh hamba. Ya ampyuuun, padahal apa untung ruginya buat hamba? Sama sekali gak ada…!

Pokoknya sekarang hamba pensiun aja..! Manusia sekarang kelewatan banget bener2!”

(Wasito Djati Pribadi)

Continue Reading | comments (2)

Tirakat Sepihak

Prie GS

Naik salah, tidak naik salah. Tegas salah, tidak tegas salah.  Menyegerakan salah, menunda salah. Tegasnya, tidak ada yang benar di dalam keadaan serba salah. Tapi apakah benar ada hasil yang sama dari sebuah keadaan yang berbeda? Jawabnya pasti salah. Karena antara memutuskan dan tidak memutuskan jelas dua perbuatan berbeda. Antara menunda dan menyegerakan pasti dua keputusan yang berbeda. Antara menaikkan dan menurunkan juga dua kegiatan berbeda. Jadi mustahil  jika dari  dua  tindakan berbeda bisa menghasilkan risiko yang sama: sama-sama salah. Dari dua keadaan itu pasti ada salah satu yang salah, dan satu yang benar.

            Kenaikan BBM itu untuk sebuah kesehatan jangka panjang, bagi sementara pendapat, bukan cuma valid dan benar, tapi  harus.  Dan pemilik pendapat itu adalah tokoh-tokoh dengan reputasi tinggi. ‘’Kalau tidak naik, Agustus kita akan kesulitan,’’ kata Dahlan Iskan.  Karena saya percaya pada tokoh ini, sampai-sampai saya tidak perlu belajar ekonomi untuk mengerti logikanya. Yang terjadi ialah saya percaya saja. Itulah enaknya orang yang percaya. Tidak punya ilmunya saja bisa percaya. Itulah juga enaknya orang yang dipercaya. Bicara apa saja dipercaya.

            Tapi kenapa  gagasan yang dianggap benar itu menimbulkan penolakan sedemikian rupa? Karena ternyata yang menaikkan BBM bukan Dahlan Iskan tapi Pemerintah.  Kepercayaan kepada seorang Dahlan ternyata tidak otomatis kepercayaan kepada Pemerintah.  Jadi ini bukan soal ide, ini soal reputasi.  Ada sebuah reputasi yang sedemikian rupa, sehingga apapun yang dikerjakan, terkesan salah. Inilah soal utamanya.

            BBM naik berkali-kali, tetapi kenapa rencana kenaikan yang kali ini menimbulkan reaksi yang amat berbeda? Sebuah reaksi yang sebetulnya menakutkan. Keputusan belum dibuat, tapi rusuh sudah pecah di sana-sini. Presiden baru mengusulkan, dan DPR boleh menolak atau menyetujui, tetapi reaksi kemarahan  benar-benar telah menjadi. Sebagai awam, terlintas juga jangan-jangan ini berlebihan. Jangan-jangan ini dikendalikan dan disponsori.  Jangan-jangan ini memang bukan soal BBM tetapi soal alat saja untuk menghantam kekuasaan .

            Kalau skenario itu memang terjadi, bangsa ini sungguh  cuma akan terlibat bongkar pasang tak berkesudahan. Kalau kekuasaan ini dengan paksa diturunkan, kekuasaan yang  besok  juga akan menunggu giliran . Jadi jangan hanya gagah ketika menjadi pengganggu penguasa, tetapi akan sama bingungnya ketika sudah menjadi penguasa. Tak ada artinya.  Politik di Indonesia tidak perlu menyiapkan tradisi dendam turunan yang tak akan berkesudahan. Maka penting membatasi ekskalasi ini di tingkat pembelajaran, bukan untuk melancarkan syahwat  kekuasaan tandingan. Karena percayalah, kalau engkau mencari kekuasaan dengan cara mengganggu, kekuasaanmu juga cuma akan diganggu.

            Maka demo-demo yang  brutal itu, harus dibatasi sebagai kritik yang amat keras kepada pemerintah itu saja. Bukan alat penghancur negara yang sedang  terbata-bata kita bangun bersama ini. Semua pihak harus sepakat soal ini termasuk media. Selama ini media hanya berfokus kepada ‘’apa’’ dan tidak kepada ‘’bagaimana’’. Gambar-gambar kerusuhan itu sungguh dipajang dengan perasaan merdeka dan seolah-olah restu atasnya. Dan yang disebut pemerintah itu juga bukan cuma presiden tapi juga anggota dewan dengan segenap citranya itu. Bahwa penolakan atas kenaikan BBM itu, bukan penolakan atas ide, tetapi penolakan atas integritas. Tegasnya, walau bagus dan benar  idenya kalau datang dari pihak yang buruk reputasinya, tak banyak artinya. Sebaliknya, meskipun agak selebor caranya, sampai harus melempar kursi segala, kalau itu Dahlan Iskan yang melakukan, malah menimbulkan sensasi di media.

            Jadi betapa satu keputusan saja, untuk diterima dan ditolak membutuhkan mata rantai integritas yang panjang di sebaliknya. Untuk membuat  satu lemparan kursi yang melancarkan arus tol, seseorang harus membangun diri demikian lama sampai menjadi seorang Dahlan Iskan. Jadi, seandainya, korupsi tidak semerajalela ini, ide kenaikan BBM itu pasti akan dipahami sebagai tirakat bersama saja.  Tapi masalahnya sementara ada pihak yang dipaksa  melulu tirakat, ada pihak yang sibuk memainkan proyek dan membongkar pasang toilet mewahnya.  Nyaris tak ada bukti bahwa kita siap tirakat bersama-sama.

Continue Reading | comments

Mengapa Kokkang Pameran Kartun di Kuburan?


Setidaknya, pada akhir tahun 2012 ini, Kokkang (Kelompok Kartunis Kaliwungu) telah berumur 31 tahun. Umur yang cukup bagi sebuah organisasi kesenian (budaya) untuk memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar maupun masyarakat pada umumnya. Seharusnya. Kenyataannya? Apa yang dirasakan para anggota Kokkang sendiri justru sebaliknya.

Mereka masih merasakan kekurangan di banyak hal. Mereka masih memendam sejumlah obsesi dan cita-cita yang belum terlaksana. Apa yang mereka tampilkan dalam pameran yang bertajuk “Pameran Kartun Kuburan” di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah (25-28 November 2012) adalah sebagian saja dari sejumlah kiprah yang telah diagendakan dan sebagian lain masih membentang di depan mata dan belum tersentuh tindakan nyata.

Berbeda dari banyak senior mereka yang kini telah menetap di berbagai penerbitan di Ibukota, Semarang maupun Surabaya seperti: M Nasir, Ifoed, M Najib, Wawan Bastian, Tiyok, Tyud, Qomar, Tavin, Hertanto (wartawan), Djoko Susilo, dan Wahyu Kokkang; para kartunis Kokkang yang bertempat tinggal di Kaliwung dan sekitarnya seperti: Muslih, Asbahar, Muchid, Zaenal, Nashar, Hendratno, Azis, Yono, Abu Dzarin, Tosso, Wijanarko, Tevi Hanafi dan banyak lagi lainnya harus tergantung dan menggantungkan nasib pada media (koran, majalah, buku, dll) yang menyediakan diri untuk memuat karya mereka.

Ketergantungan itu menjadi semakin nyata manakala penyediaan ruang-ruang humor atau kartun di berbagai media makin menyusut seiring dengan fakta bahwa media-media cetak manual juga sedang dalam situasi yang sarat persoalan; baik kaitannya dengan daya beli masyarakat maupun pesatnya tradisi media online yang pelan tapi pasti sedang merebut posisi itu. Seharusnya, karya kreatif berupa kartun dan ilustrasi tetap dibutuhkan dan punya tempat yang semestinya. Seharusnya! Kenyataannya dalam masa transisi seperti sekarang, media-media online belum memperlihatkan keinginan ke arah sana.

Oleh karena itu dari aspek yang paling praktis dan mungkin “pragmatis” muncullah sejumlah wacana agar para kartunis Kokkang segera berbenah diri menyikapi kecenderungan baru yang ada di depan mata mereka. Akankah kecenderungan baru yang relatif menuntut perubahan pola pikir (mindset) itu efektif bagi sebagian besar anggota Kokkang di Kaliwungu dan sekitarnya yang selama ini berkiprah secara “as it”, lugu, naif, sederhana dan apa adanya?

Kokkang Perlu Memperluas Teba dan Orientasi           

Para pengamat acapkali melihat  kiprah Kokkang dari kaca mata romantisme yang sangat berlebih. Belasan tahun yang lalu, GM Sudarta pernah menyinggung Kokkang di Majalah Prisma dan melihat keunikan komunitas ini yang menebar di berbagai kampung dan bahkan ada pula dari satu keluarga terkadang dijumpai dua atau tiga kartunis sekaligus. Belum lama, Jaya Suprana, penyebar wabah humor di Semarang pada tahun 80-an, juga bertanya dengan nada khawatir kalau-kalau eksotisme Kokkang sudah larut oleh kikisan waktu dan berakhir dengan kepunahan; artinya, romantisme Kokkang yang unik itu, tak ada lagi. Sementara itu, tak kurang  dari sekian puluh media cetak (koran/majalah) maupun TV yang telah mengekspose dan memprofilkan komunitas ini, termasuk apa dan siapa di balik paguyuban yang hingga kini tetap survive itu dengan pendekatan yang sama, yakni: romantisme dan rasa penuh kegemasan.
           
Bagian itu tentu saja oke-oke saja dipertahankan; tetapi bagian paling serius dari Kokkang, yaitu sebagai alat aktualisasi diri dan profesi, juga tak boleh dianggap sebagai pelengkap dari eksotisme belaka. Eforia kebebasan dan reformasi memang melahirkan banyak sekali media cetak, khususnya; namun fakta yang terjadi, justru sangat sedikit, bahkan berkurang dibanding di era yang lalu, khususnya media yang menyediakan ruang untuk kartunis berkiprah dan mengambil peran.

Dalam situasi seperti ini, kartunis Kokkang, yang berada di posisi sebagai kartunis lepas, hendaknya segera memperluas teba dan orientasi. Mindset atau pola pikir perlu segera diubah agar tradisi melihat peluang dan perubahan juga berubah; setidaknya dalam menyikapi situasi-situasi yang makin tajam kompetisi.

Kecakapan teknis di luar mengartun, seperti memanfaatkan software pendukung juga perlu dikuasai agar selain sebagai kartunis, anggota Kokkang juga memiliki kecakapan yang berdaya saing; baik di bidang desain, ilustrasi, animasi maupun bidang-bidang lain yang sehaluan. Ini akan sangat membantu dan terbukti efektif. Contoh untuk ini jelas, anggota Kokkang yang ada di Jakarta sudah membuktikan itu. Sangat dianjurkan melihat pilihan-pilihan itu selain yang sudah ada selama ini.

Akhirnya saya ucapkan selamat berpameran, semoga gagasan-gagasan yang muncul dapat menjadi inspirasi dan gelitik spirit bagi para apresian. Tetap lucu, tetap jernih, tetap cerdas dan tetap optimistik!

Darminto M Sudarmo, Salah Seorang Pendiri Kokkang.





Metafor Ulat dalam Sindiran dan Canda

Seni adalah revolusi tanpa henti”.

Doorr!!! Kena...Sampeyan!! Yang dibidik pun tersipu-sipu, ketika tembakannya tepat mengenai “urat malunya” (maaf bukan kemaluan). Ini sensasi sensitivitas “rasa” kemanusiaan.

Konon ini yang dianalogikan dari kata “kokkang”. Satu bentuk kata kerja yang diartikan siap dikokang dan siap ditembakkan ke sasaran yang dimaksud, meskipun secara formal kata itu berasal dari singkatan “komplotan kartunis kaliwungu” yang di kelak kemudian hari singkatan tersebut bermetamorfosa menjadi “kelompok kartunis kaliwungu” biar sedikit lebih mriyayeni dan bercitarasa agak sopan bin sopiyan;  kendati  dalam konteks seni, nama komplotan lebih terasa artistik dan agresif namun suratan takdir menghendaki hal yang umum-umum saja. No problem, bro.

Gambar kartun, karikatur atau kartun opini memang bisa menyengat dan yang disengat bisa tidak perlu tersinggung ataus mencak-mencak, apalagi sampai membanting gelas; karena gambar kartun disampaikan dalam bahasa canda, humor atau  lucu (laiknya anatomi terdeformasi). Jadi kritik yang disampaikan lewat media karikatur maupun kartun, masih memberikan peluang orang untuk terpingkal-pingkal, atau setidaknya senyum dikulum atau justru salah tingkah. Itu justru menjadi pertanda baik; artinya masih terpelihara “saraf” malu di diri kita semua.

Sebaliknya, bagaimana jika yang disasar kritik cuma “mbegegek” tidak mempan, tidak peka. Lebih parahnya lagi kalau yang kena bidik justru tidak merasa dikritik, malah merasa yakin kalau yang ia lakukan sudah benar sementara di sisi lain, masyarakat sangat gemas menyaksikan kebengalan para “pendosa” yang berpenampilan inosense atau bahkan kadang justru sangat relegius (matek ga, lo!).

Seperti metafor ulat, kritik bisa saja mendatangkan rasa “geli” dalam makna risih dan risau sampai-sampai yang mengalami jadi kerepotan dan terganggu sehingga terpaksa membuka baju hingga telanjang (maksudnya bukan porno he he) demi menghindar dari gangguan ulat “sialan” itu.

Humor dalam perspekstif intelektual diyakini bisa merangsang kecerdasan, kreativitas, daya kreasi, bahkan bisa menjadi obat pikun dini; alias bikin kita awet muda.

Dalam beberapa kesempatan berbincang dengan tokoh humor Indonesia yang sekaligus founding father Kokkang, Darminto M  Sudarmo, (kini sedang menyiapkan buku humor terbarunya -- HQ {Humor Quotient} - Kecerdasan Humor) di antaranya berkomentar hahwa kecerdasan humor dan rasa humor seseorang sangat terkait dengan kecerdasan intelektual seseorang. Maknanya, orang yang memiliki selera humor yang baik, juga memiliki IQ yang baik pula.

Lebih jauh ia mengatakan, humor bila dikelola dengan benar juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang; termasuk juga dapat menjadi kendali bagi agresivitas yang berlebihan dan kecenderungan-kecenderungan destruktif lainnya. Fakta dalam kehidupan sehari-hari membuktikan bahwa humor sangat disukai dan membawa kepada suasana yang lebih menyenangkan. Dalam komunikasi antarsesama, penyampaian pesan berbalut humor relatif lebih mudah sampai karena humor bekerja secara tulus sementara doktrin dan otoritas berkecenderungan menekan atau memaksa. Siiiip, deh, pokoknya!

Dalam pameran yang bertajuk “Kuburan“ (dari judul sudah nyleneh dan unik) saya mencatat beberapa hal yang menarik.

Pertama, eksplorasi ruang pamer yang dinamis dan tidak terikat ruang pamer formal semacam galeri atau gedung kesenian, menunjukkan para kartunis bergerak secara efektif dan efisien dalam menyapa publiknya.

Kedua, ide-ide yang ditawarkan kreatif dan menggelitik. Itu menunjukkan mereka cukup intens dalam menjalani profesinya. Tak aneh bila mereka sering memperoleh penghargaan di tingkat nasional maupun internasional. Itu juga seakan menjadi bukti bahwa imajinasi lebih kuat daripada pengetahuan.

Ketiga, andai dedikasi dan prestasi mereka memang diakui, bukankah mereka juga termasuk aset putra daerah bahkan bangsa yang termasuk langka. Setidaknya mereka telah menyumbangkan kontribusi nilai dalam kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Kendal.  Bukankah akan menjadi sangat sepadan seandainya Pemda Kendal juga mengapresiasi kenyataan itu dengan memberikan perhatian atau timbal balik yang sesuai dengan kebutuhan mereka – misalnya kelompok yang sudah berusia lebih dari 30 tahun namun hingga kini belum memilki sekretariat dan sanggar belajar --  yang tak kunjung dapat mereka realisasikan karena kekayaan kas yang mereka kumpulkan belum mampu menjangkau ke arah sana. Belum lagi impian memiliki museum, galeri dan tempat pameran yang notabene dapat menjadi daya tarik wisata dan merupakan tambahan ikon budaya bagi Kabupaten Kendal sendiri.

Dari sini kiranya, bahwa setiap pameran diharapkan bisa menjadi wahana rekreasi dan arena pencerahan bagi pemirsanya.sekaligus menjadi ajang dialog yang bermuara pada peningkata kualitas kebudayaan pada umumnya.  Sekian, sugeng mirsani!

Mahmud Elqadrie, Pemerhati Seni.


Continue Reading | comments

Doa Anak dan Nasib Garis Tangannya


Kartun JBosco Azevedo


DOA ANAK MATRE

Timmy, anak orang cukup berada berdoa sebelum teman-temannya datang pada pesta ulang tahunnya, "Ya, Tuhan. Semoga aku menerima kado yang bagus-bagus dari temanku dalam pesta ini..." Ibunya yang mendengar permintaan itu berkata, "Sayang, bukan begitu caramu berdoa. Kebahagiaan itu terletak pada saat memberi." Lalu, Timmy pun memperbaiki doanya, "Ya, Tuhan. Semoga teman-temanku memberi kado yang terbaik untukku". (Sudi Purwono)


NASIB KARIER DAN GARIS TANGAN

Nasib kariermu ditentukan oleh beberapa tangan: garis tangan, tanda tangan, dan buah tangan. Bila tetap  jauh dari harapan, siapkan sapu tangan. (Kuss Indarto Aseli)

Continue Reading | comments (2)

Dari Arem-arem Sampai Merem Melek



GM Sudarta

Kata temenku:
Lontong diisi daging...AREM-AREM
Daging diisi lontong...MELEK-MEREM


Temenku cerita:
Nenek2 naik lift ke Lt 4. Sampai di Lt1 masuklah seorang gadis bau wangi.
Nenek: :Baunya wangi neng.
Gadis: BULGARI nek...2 juta sebotol.
Sampai di Lt2 masuklah seorang gadis lebih wangi.
Nenek: baunya wangi banget neng.
Gadis: GUCCI nek...5 juta sebotol..
Sampe di Lt3 nenek kentut bau banget.
Gadis: kentutnya bau bener nek..
Nenek: UBI CILEMBU neng...7 ribu sekilo..


Kata temenku,
beda di kala muda dan tua ialah:
Dulu tidur adu hidung, sekarang adu punggung.
Dulu pake minyak wangi, sekarang minyak angin.
Dulu 4 kali seminggu, sekarang 4 minggu sekali.

(Tris Sakeh, strikes back)
Continue Reading | comments

Kartun-kartun Dodo Karundeng










Continue Reading | comments

Lelucon Katrok tapi Nyodok

SUPERMAN SETELAH KAWIN - Wiryawan Sofyan

ANALISA KONTEMPORER SOAL KENTUT

Alkisah, dalam sebuah rapat sekolah menengah tiba-tiba terdengar suara KENTUT yang samar2 tapi berbau busuk...

Seketika peserta rapat memberikan komentar dengan gaya dan kebiasaannya masing2:

Guru Matematika:
"Sesuatu yang tidak bisa dikali namun baunya bisa dibagi-bagi..."

Guru Kesenian:
"Bunyi nadanya terletak pada kunci K."

Guru Fisika:
"Inilah yang di sebut inner power, tenaga yang di gunakan kecil namun hasilnya luar biasa."

Guru Biologi:
"Inilah ciri makhluk hidup melanjutkan hidupnya."

Guru Agama:
"Ini salah satu penyebab batalnya wudhu dan shalat."

Guru Geografi:
"Posisi keberadaannya mengikuti arah mata angin."

Guru Sosiolog:
"Perilaku menyimpang pada sikap manusia."

Guru Sejarah:
"Salah satu penyebab terjadinya perang mulut..."

Guru Bahasa:
"Kalimat bisa di tulis namun aromanya tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata..."

Kepala Sekolah:
"Saya yang kentut! Kenapa..??!! Masalah buat Kalian ??!!!".
(Wasito Djati Pribadi)




CALON PRESIDEN YANG TIDAK DIPILIH ORANG JAWA

Pada 2014 wong Jowo ora bakal milih Abu Rizal Bakri (Ical) dadi presiden, soale wegah nek ditakoni karo wong liyo, "Presiden sampeyan sinten...???" Mosok njawab, "presiden kulo ical" Hahahaha... 
(Wasito Djati Pribadi)






Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger