<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Buku Humor Penuh Inspirasi (Iklan Sudah Tidak Berlaku Lagi)

Saturday, October 19, 2013

Continue Reading | comments

Dinasti....Wow!


Kartun GM Sudarta

Continue Reading | comments

Jokes Edan-edanan!

Kartun Non-O

Wasito Djati Pribadi

KECEMPLUNG GOT

Seorang pastor tua di Amerika Latin, yang sudah 40 tahun bertugas di sebuah gereja, merasa sangat kecewa. Ia bahkan sempat merasa harus meninggalkan jemaatnya. Soalnya, selama 40 tahun itu, setiap ada pengakuan dosa, dosa yang paling banyak didengar dari umatnya adalah "selingkuh".

Ia merasa gagal membina moral umatnya itu selama 40 tahun. Umatnya merasa kasihan juga dengan pastor tua itu. Mereka semua akhirnya bersepakat, supaya kalau mengaku dosa, kata selingkuh diganti dengan istilah "jatuh di got".

Setiap kali mereka mengaku dosa, mereka berkata, "Bapa, saya telah jatuh di got minggu ini." Begitu seterusnya, hampir semua umat mengatakan dosanya, "jatuh di got".

Pastor itu merasa heran. Ia akhirnya memanggil kepala desa dan berkata, "Pak Kepala Desa, kemana saja kau gunakan uang negara? Jalan di desa ini tidak kau buat baik. Semua umat mengaku jatuh di got?"

Si Kepala Desa yang tahu maksud istilah itu tertawa terpingkal-pingkal.

Pastor itu marah, "Kamu tertawa? Istrimu saja seminggu ini ngaku 3 kali jatuh di got!"

&*%@#$%^&...pingsan


Sunardian Wirodono

 
"Mister Bean! Jika kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku, kamu harus membayar $5. Tapi, bila aku yang tak bisa menjawab pertanyaanmu, aku bayar $500. Bagaimana?"
"Okelah, Mister Einstein,…!"
"Berapa jarak bumi ke bulan, Mister Bean?"
Mr. Bean mengeluarkan dompet, dan memberikan $5 kepada Einstein, sambil berkata, "Sekarang giliranku. Apa yang bila naik bukit menggunakan tiga kaki, tapi kalau turun bukit menggunakan delapan kaki?"
Si genius Einstein berpikir keras. Otaknya serasa tumpul. Ia menyerah dan kemudian memberikan $500 pada Mr. Bean, "Ngomong-ngomong, apa sebenarnya jawaban teka-tekimu itu Mister Bean? Jika naik bukit dengan tiga kaki, dan jika turun dengan delapan kaki?"
Tanpa banyak bicara, Mr. Bean mengeluarkan dompetnya kembali, dan ia menyerahkan kepada Einstein $5, "Saya tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu, Mister Einsteinnnnn,...."


Sunardian Wirodono

 
"Ini hanya untuk mengecek, apakah tingkat stress Tuan sudah kelewat akut, atau masih normal. Mohon dijawab dengan jujur."
"Baik, Dok."
"Jika Anda memiliki uang 250 juta, dan kemudian diminta Ibu Anda 30 juta, terus ayah Anda juga meminta 40 dolar, berapa sisa duit Anda?"
"Sepuluh juta!"
"Hm, Tuan tidak mengerti matematika!"
"Hmmmm,.... dan Anda, Dok? Anda tidak mengerti Isteri saya,…"



M Djoko Yuwono

 
Seseorang membeli ladang menemukan pundi-pundi berisi emas di ladang tersebut. Dia menyerahkan pundi-pundi itu ke si penjual ladang. Tetapi, si penjual menolak karena merasa bukan miliknya. "Ambillah!" katanya.

"Aku hanya membeli ladang, bukan membeli emas ini,” kata si pembeli.

"Saya menjual ladang dengan segala isinya," kata si penjual.

Keduanya sama-sama berpendapat bahwa harta itu bukan haknya, mengingat bukan hasil jerih payahnya. Mereka pergi ke seorang yang saleh untuk memecahkan persoalan itu.

"Apakah kalian punya anak?" tanya orang saleh.

"Saya punya seorang anak perempuan," kata si penjual.

"Saya punya seorang anak lelaki," kata di pembeli.

“Kawinkan keduanya. Pakailah pundi itu untuk biaya pernikahan dan bekal hidup berkeluarga,” kata seorang saleh kepada mereka.

Demikianlah kisah yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w. sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dengan kandungan pesan moral yang luar biasa.


Sunardian Wirodono


GLOBALISASI HP TERBALIK | Siapa agen modernisme atau pembaharuan di Indonesia ini? Orang pintar bilang, mereka kaum cendekia yang dididik di kampus dalam dan luar negeri.
Di lapangan, maksudnya di desa-desa pelosok kita kadang mendapat jawaban berbeda. Di pelosok desa dan pegunungan, area blank-spot yang tak terjangkau televisi Indonesia ternyata masih banyak. Untuk bisa menangkap siaran televisi, mereka mesti beli antena parabola. Maka di pelosok-pelosok seperti Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Banyuwangi, Jember, Majalaya, Blora, atau dan entah manalagi banyak rumah-rumah sederhana yang memajang antena parabola. Karena hanya dengan antena itulah pesawat televisi mereka bisa menangkap gambar dari stasiun televisi Indonesia.
Siapa mereka? Banyak ternyata pembelinya adalah para TKW/TKI yang bekerja di luar negeri. Gaji mereka bukan hanya bisa untuk menopang hidup keluarga, melainkan juga untuk menyenangkan keluarga, termasuk membelikan televisi yang gede-gede. Kalau tak bisa nangkep gambar? Beli antena parabola. Kalau listrik nggak ada? Beli mini-genzet. Dan dengan televisi ber-parabola itu, mereka bisa menikmati siaran televisi jauh lebih banyak, sampai broadcast luar negeri segala. Jadi? Jadi, para TKW/TKI juga agen pembaharuan penting di pelosok-pelosok Indonesia.
Dan itu menimbulkan banyak hal, sebagaimana cerita di bawah ini:
“Bapak ini lho, dikasih tahu kok ngeyel. Dibelikan hape tuh biar mudah komunikasinya. Kalau di sms, ya dibales, jadi yang ngirim sms gak penasaran. Kenapa Bapak nggak pernah bales sms saya?” kata seorang TKW yang cuti pulang ke Indonesia menemui ortunya.
“Malu, Nak,…”
“Malu kenapa?”
“Tulisan Bapak jelek,…”
“Halah, dagelan lawas,... nah, tuh ada telpon masuk,…” si anak memberitahu kalau hape bapaknya berbunyi, “Angkat,…”
“Hallo,…” Sang Bapak pun mengangkat hapenya, tapi terbalik, karena tempat mic justeru nempel di telinga dan horn speaker malah di dekat mulut, “Hallo,…! Hallo,...!”
“Terbalik, Pak,…” sang anak mengingatkan.
Sang Bapak pun langsung berkata, “Lohaaaa! Lohaaaaa,…!”


Sunardian Wirodono

 
DONGENG SIANG KAMBING HANIBAL | Syahdan menurut sahibul bokis di siang boring, inilah dongeng modifikasi yang dulu sangat populer. Adalah seekor kambing jantan bernama Hanibal, yang dikurung di sebuah kandang terpisah dengan kekasihnya.
Hanibal sangatlah gelisah. Ia tahu persis, sebentar lagi tanggal 15 Oktober, dan ia tahu pula peruntungannya kelak.
"Kematianku sudah dekat. Namun, tiada ingin kulewatkan kesempatan pada hari-hari menjelang kematianku ini. Tapi, damned! Ini menggelisahkan. Aku tak suka ini," Hanibal merutuki nasibnya.
Jarak dengan sang kekasihnya, sebenarnya sangatlah dekat. Namun antara ia dan kekasihnya, terbentang sebuah pagar bambu yang tinggi. Sementara libidonya memanggil-manggil.
"Aku tak ingin mati sia-sia,..." dan Hanibal pun dengan penuh hasrat, melompati pagar pembatas, ke kandang kekasihnya.
Hanibal dan kekasihnya kini berada di satu kandang, mereka pun melakukan foreplay dengan saling menggesekkan bulunya.
"Kekasihku Hanibal,..." ujar kekasih Hanibal menghanyutkan.
"Wahai kekasihku, jangan panggil lagi aku Hanibal,..."
"Oh, kenapa gerangan, honey? Kenapa tak boleh kupanggil Hanibal?"
Hanibal melirik ke pagar bambu pembatas, dengan dagunya ia menunjukkan pada sang kekasih, "Karena bal-ku nyangkut dan tertinggal di ujung bambu itu,..."
"Cuek aja, honey, asal kau di sini. Biarkan bal itu nyangsang di sana,..."
Hanibal menggerutu, "Lha tanpa itu, aku nggak bisa bercinta, my soulmate,...!


Sunardian Wirodono

 
MENUNGGU MATAHARI MENGHISAP PAGI | Di gigir sungai yang mulai mengering, air menggenang tak bergerak. Hanya ganggang sesekali mengecipaki. Pada batu besar di pojokan, terlihat sebatang tunas. Betapa benar pepatah Cina itu; Batu yang bergerak tidak bisa ditumbuhi tanaman.
Tapi kenapa aku tak bisa diam, serasa gelisah terus mencari?
Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi pemandu untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya, demikian Sayidina Ali bin Abi Thalib.
Demikianlah, jika kamu berhasrat untuk berjaya, jangan hanya memandang ke tangga, namun belajarlah untuk menaiki tangga tersebut.
Sementara kau akan juga mengerti, ada dua cara seseorang itu tidak boleh berjaya. Ialah mereka yang hanya mengerjakan apa yang disuruh, dan mereka yang tidak mau mengerjakan apa yang disuruh. Alias, tiada mau melakukan apa pun, lebih memilih apa yang menjadi hasrat hatinya. Menuruti kenikmatan-kenikmatan hari ini, tanpa setetes pun kehendak Merasa nyaman dalam comfortable zone.
Padahal, tidak ada manusia yang hidup untuk gagal, tetapi tidak merancang adalah merancang untuk gagal. Dan embun pagi menguap begitu saja, untuk kemudian menjadi segugusan awan, dan kembali lagi ke bumi, pada dedaun dan bebatuan bisu.
Tiba-tiba, kau kehilangan waktu, dan kepercayaan diri pun lenyap. Merasa-sia-sia, merasa ditinggalkan, dan mengeluh-keluh dalam sederetan kata lampus fesbukmu. Seperti kutbah Whittier, "Apabila kepercayaan telah hilang lenyap, kehormatan telah musnah, maka matilah orang itu di dalam hidupnya."

Continue Reading | comments

Ayo, Bersama Kita Gila

M Djoko Yuwono

Oleh Ki Jenggung

TANGGAL 10 Oktober lalu ada perayaan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Aneh, tidak ada sambutan gegap gempita. Biasanya orang Indonesia suka latah, perayaan hari kucing, tikus, atau kecoak sedunia selalu dirayakan heboh-hebohan oleh orang-orang sok borjuis, tanpa kenal atau peduli maknanya. Tanggal 10 Oktober lalu tidak! Ini ironis sekali, padahal negeri ini punya potensi besar untuk merayakan itu. Ya, Hari Kesehatan Jiwa. Berhubung ilmu jiwa itu ruwet dan sulit dipahami ada baiknya kita sebut saja Hari Gila Internasional. Lebih lugas dan jujur. Aneh, orang-orang gila di Indonesia cuek-cuek saja. Mereka yang “dikandangkan” di Rumah Sakit Jiwa sudah tentu “tidak nyambung”. Tapi, kenapa orang-orang gila di luar itu tenang-tenang saja? Barangkali, menurut analisis komunitas warung kopi, mereka sudah tidak aneh dan sangat familiar dengan kegilaan sehingga hari perayaan itu dianggap biasa saja.

Kita percaya, mengingat selain kaya sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), kita pun kaya sumber daya gila (SDG). Nyaris tak ada sisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tidak dijadikan objek kegilaan. Bisakah kita membayangkan bagaimana kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mampu pergi ke alam baka guna mencatat pemilih di sana, lalu balik lagi ke dunia? Lihat saja, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menyebutkan, dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) itu terdapat 27.000 lebih tercantum nama orang yang sudah mati.

Kerja KPU selama 15 tahun belakangan ini memang aneh dan gila. Dari korupsi perlengkapan, sampai dugaan manipulasi suara di teknologi informasinya, tidak banyak terbongkar. Tokoh-tokohnya yagn semula 'common people', tidak dikenal, lantas naik ditarik oleh partai besar jadi-jadian. Lebih gila lagi KPU sekarang menggandeng Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) satu lembaga pemerintah untuk melakukan sesuatu yang mereka sebut guna mengamankan suara. Lucu, jelasnya: gila. Seharusnya angka-angka itu terbuka supaya publik ikut mengawasi.

Sejak dulu pun, keterlibatan institusi intelijen sudah cukup terdengar di proses pemilihan, tapi sulit dibuktikan apalagi dibongkar, seolah itu hak prerogatif pemerintahan petahana atau yang punya banyak dana, serta yang punya koneksi kuat dengan negeri 'super power'.

Contoh lain yang cukup mencolok adalah keterlibatan para abdi hukum, polisi, kejaksaan, dan yang belakangan favorit bagi pers; hakim terlibat kasus korupsi, suap-menyuap. Lebih gila, ldipakainya lokasi instalasi pemerintah untuk pabrik narkoba! Bisa dibayangkan apa tidak oleh orang waras, ada ebuah Lembaga Pemasyarakatan justru memproduksi ekstasi atau apa pun produk narkoba? Tepat di bawah hidung penegak hukum, pembimbing “warga binaan” yang justru sering kesetanan bersekongkol dengan napi? Demi uang tentu saja. Untuk apa lagi?

Kegilaan lain adalah politik dinasti. Seseorang yang berhasil menduduki tahta kekuasaan berusaha menggandeng, menarik saudara-saudaranya, anaknya, istrinya, suaminya, iparnya untuk ikut duduk menikmati keringat rakyat yang sekarat lewat modus korupsi. Tak peduli apakah kadernya itu kelas lurah di pelosok ataukah juru tulis desa yang lembah lembut. Apa bukan “budaya gila” selain mental kéré? Peminta-minta, kaum jajahan hina-dina, tidak bermartabat, tak bermoral sekaligus gila segila-gilanya? Karena mereka mengabaikan esensi utama pemimpin yaitu yang memiliki kemampuan dan kewibawaan memimpin? Lebih gila lagi para bandit itu justru tegar menghadapi publik, seolah malaikat tak bersalah yang dizalimi dan mendapat cobaan dari Tuhan? Sungguh mental gila parah bila ia berlari berlindung di balik nama Tuhan ketika mereka malah melanggar perintahNya. Negeri ini betul-betul penuh orang sakit jiwa parah. Apakah bukan sakit jiwa kelas berat jika kemudian ada setan yang berbaju pemuka agama lantas pura-pura bersyiar tapi buntutnya adalah memenuhi nafsu seksual, nafsu kebendaan yang parah? Malah ikut korupsi gede-gedean? Bolehkah kita menyebut ini SUPER GILA? Dan, yang lebih gila lagi adalah kehilangan pandangan logis, waras, seimbang, nalar publik yang gampang terpukau para politisi loyo, pemimpin agama atau motivator yang sejujurnya cuma jual kecap untuk jadi kaya dari muda-mudi yang terpukau istilah-istilah sok ilmiah yang tidak jelas maksud atau artinya?

Apakah tidak gila kalau orientasi rakyat kemudian sekadar mengumpulkan harta sebagai syarat simbol keberhasilan, lalu ada pemimpin yang sekadar numpang nikmat terpilih duduk di kursi empuk lalu tidak berorientasi pada kepentingan rakyat? Lalu sang pemimpin itu suka melempar tanggung jawab bila ada masalah? Cuci tangan dengan mengatakan itu bukan domain saya, misalnya. Maka sungguh super aneh kalau rakyat Indonesia tidak merayakan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, tepatnya Hari Gila tempo hari. Ah, sudah terlalu banyak pertanyaan. Barangkali slogan ini yang tepat: AYO! BERSAMA KITA GILA!


Continue Reading | comments

Selamatkan MK


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Jokowi - Hidup Adalah Belajar



Continue Reading | comments

Gus Mus: Ada Apa dengan Kalian?



Continue Reading | comments

SURAT AKIL MOCHTAR KE MK

Wednesday, October 9, 2013

Akil Mochtar - Foto: www.antaranews.com


    Kepada Yth/ yang mulia Bpk/Ibu hakim konstitusi

    Ass. Wr. Wb.

    1. Saya mohon maaf kepada Bpk/Ibu Hakim Konstitusi dan kepada seluruh staf dan karyawan MK.

    2. Sejak tanggal surat ini (5/10), Saya mengundurkan diri sebagai Hakim MK.

    3. Walau tidak untuk dipercaya atau tidak perlu percaya kepada Saya, kiranya Saya perlu menjelaskan kejadian yg sebenarnya:

    A. Rabu malam, Saya baru sampai dirumah sekitar jam 8 lewat (malam), mandi ganti pakaian dan berbicara dengan istri. Saya diberitahu ada tamu oleh penjaga rumah kediaman. Saya menuju ke pintu mau membuka pintu lalu ada ketukan, dan pintu saya buka, dan ada petugas dari KPK memperkenalkan diri dengan mengatakan ada dua orang lagi duduk di teras halaman depan, dan diminta menyaksikan lalu saya hanya kenal dengan Chairun Nisa, yang pernah SMS beberapa waktu lalu mau bertamu ke rumah, saya jawab dengan SMS, silakan tapi jangan malam-malam karena saya ngantuk.

    Ketika saya menyaksikan kedua orang itu digeledah, dari laki-laki yang tidak saya kenal itu didapati beberapa amplop, sedangkan dari Chairun Nisa hanya didapati beberapa buah HP. Sedangkan satu orang lagi laki-laki, saya tidak pernah melihat katanya menunggu di mobil.

    Saya merasa saya tidak pernah tertangkap tangan!

    Selanjutnya saya diminta ke kantor KPK untuk menjelaskan kejadian itu yang terjadi di teras rumah saya itu. Saya tidak tahu latar belakang kejadian. Saya tidak pernah meminta uang atau janji sepeserpun! Yang kemudian saya ditetapkan sebagai tersangka. Banyak saksi kejadian itu, ajudan, petugas jaga dari kepolisian dan security. Kalau kaitannya dengan pilkada Gunung Mas silahkan diamati rekaman sidang, 2 hakim anggota, 1 panitera pengganti dan panitera. Bagaimana pengambilan keputusan perkara dimaksud. Semua berlangsung sesuai prosedur dan tidak ada satupun dipengaruhi oleh saya.

    B. Pemilu Kada Lebak : Saya lebih tidak mengerti lagi karena sudah diputus, sudah dibacakan putusan, semua proses sidang pengambilan keputusan semua dilakukan dengan musyawarah mufakat, tidak ada sama sekali saya menginteruksi, ada PP (Panitera Pengganti) dan panitera yang menyaksikan proses musyawarah tsb.

    Katanya ada SMS dari pengacara Susy kepada saya meminta dibantu perkara tersebut. Saya tidak pernah meminta meminta uang atau janji dari perkara tersebut, tapi saya dijadikan tersangka.

    4. Demi Allah Yang Maha Menyaksikan saya akan menghadapi ini dengan tabah dan yakin terhadap semua ini. Tiada pertolongan yang lebih baik kecuali dari Allah. Ditengah berita yang mendzolimi saya, menyudutkan dengan hal-hal yang aneh mengikuti perkara ini, saya tidak akan merubah sikap saya terhadap bangsa ini. Saya bukan penghianat! Walau saya harus mati untuk itu semua.

    5. Kepada Bpk/Ibu Hakim, maupun kolega Saya, Jika dalam perjalanan yang panjang ini, siapa tahu Istri dan anak-anak saya membutuhkan petunjuk, sekiranya Bpk/Ibu jika berkenan, bila mereka bertanya hal yang perlu mereka ketahui, mohon ditegur sapa kepada mereka.

    Terima Kasih

    Akil Mochtar



(Berdasarkan posting: M Djoko Yuwono)
Continue Reading | comments

Menimbang Hukuman untuk Akil Mochtar


Kartun Gom Tobing - Medan Bisnis

Continue Reading | comments

FABEL SORE

Syahdan menurut sahibul jamil, adalah seekor kangguru yang bisa keluar dari kandangnya setiap hari. Mengetahui bahwa ia bisa melompat tinggi, para pengurus kebun binatang (tempat kandang itu berada) memasang pagar sepuluh kaki.

Eh, pagi berikutnya, kangguru itu hanya jalan-jalan di sekitar kebun binatang. Para petugas memasang pagar duapuluh kaki. Sekali lagi, sang kangguru tetap bisa keluar dari kandang.


Pihak kebun binatang akhirnya membuat pagar kangguru empatpuluh kaki tingginya.


Sang Onta yang ada di samping kandang kanguru bertanya, "Seberapa tinggi kamu pikir pagar yang mereka akan buat, sekiranya kau bisa melampauinya kembali?"


"Ada dua kemungkinan, mereka akan menganggap aku kangguru kekasih Dewa," sahut Kanguru, "atau mereka akan meneruskan perbuatan bodohnya."


"Perbuatan bodoh? Tidak masuk akal tentu, seorang kangguru mampu melompat di atas ketinggian 10 kaki,..." menukas sang onta.


Kangguru menjawab kalem, "Tentu saja, kecuali seseorang petugas mengunci pintu kandangku di malam hari, Su, eh, On!"


Sunardian Wirodono
Continue Reading | comments

MENAFSIR “PUISI “ KARYA AKIL MOCHTAR

Sunday, October 6, 2013



Oleh Balya Nur

Merdeka!
Terbebas dari penjajahan
Terbebas dari Kebodohan
Terbebas dari kemiskinan
Terbebas dari Ketidak adilan
Menuju adil makumur
Semoga!

Itu salah satu “puisi” Akil Mochtar yang di-tweet pada tanggal 17 Agustus 2013. “Puisi” itu akhir-akhir ini banyak dicopas di dunia maya, dianggap sebagai pesan moral. Saya mencoba menafsirkan “puisi” itu dengan metode “Tafsir ngasal.”

"Merdeka!"

Penyairnya nampak seperti terbebas dari tuduhan korupsi yang sempat membuat perseteruannya dengan Refly Harun seperti mantan sepasang kekasih sampai terucap, “Aku atau dia yang masuk penjara.” Walhasil, tidak ada yang masuk penjara. Penyairnya malah diangkat menjadi ketua MK menggantikan Mahfud MD. Merdekaaaa!

"Terbebas dari penjahan"

Penyairnya ingin menGatakan, dengan menjadi ketua MK tidak ada lagi yang bisa menjajahnya, termasuk Refly Harun, seteru utamanya.

"Terbebas dari kebodohan"

Untuk kalangan koruptor yang ketahuan, seperti Fathanah dan lainnya, oleh penyairnya dianggap sebagai kebodohan. Koruptor yang tidak ketahuan mungkin lebih banyak, merekalah orang-orang pintar, termasuk penyairnya yang terbebas dari jeratan tuduhan Refly harun.

"Terbebas dari kemiskinan"

Menambah korupsi tiga atau empat milyar lagi tentu akan menjauhkan diri dari godaan kemiskinan yang terkutuk.

"Terbebas dari ketidak adilan"

Keadilan bersifat relatif. Jika kita menang berperkara, maka kita menganggap itu adil. Jika kalah,maka tentu saja tidak adil. Sebagai Ketua MK, tentu penyairnya ingin mengatakan,”sayalah pemegang palu keadilan.” Haaah..Selamat tinggal ketidakadilan bagi diriku.

"Menuju adil dan makmur"

Karena penyairnya sudah memegang lisensi keadilan, maka tentu saja tujuannya adalah untuk memakumurkan diri sendiri dan keluarganya sebanyak- banyaknya.

"Semoga!"

Harapan yang sangat besar ditandai dengan tanda seru ini, sayangnya bisa dijegal oleh KPK. Kata “semoga!“ memang lebih layak kita sematkan pada KPK. Semoga tetap kuat menjegal harapan koruptur-koruptor lain.


Semoga !
Continue Reading | comments

Republik Dagelan


Kartun Gom Tobing

Continue Reading | comments

Negeri Kecoak dan Anak Haram Republik

Gambar: Rw Mulyadi



Oleh Ki Jenggung



KECOAK itu makhluk menjijikkan,sebab habitatnya di jamban. Tubuhnya memerlukan kalium dalam jumlah besar, dan itu bisa dipenuhi di tempat penampungan kotoran manusia.  Gratis. Kini serangga ini berhasil menguasai satu negeri bernama Republik Acakadut.
       
Selain berwujud secara fisik, kecoak membentuk virus mental yang berhasil pula menguasai pikiran pemimpin dan penduduk negeri, menyusup ke dalam jaringan sel-sel otak yang rumit, hingga sosok penguasa yang gagah ganteng pun terkena.

Gerakan serangga tersebut begitu gesit. Operasinya masif, mampu menghilang dengan cepat. Masih untung negeri kaya raya yang murah hati—sebab sumber daya alamnya diberikan murah pada luarnegeri—itu memiliki Komisi Antirasuah persis seperti di Indonesia. Komisi ini berhasil menggepuki kecoak yang suka menyelundup ke lemari pakaian, meja makan, kasur, dan kantong harta. Maka, mentalitas yang semula semu kini menjelma sungguh-sungguh hingga ke fisiknya.

Di Negeri Acakadut, kecoak tidak hanya berhasil menduduki kursi parlemen, partai politik, perusahaan negara, dan (percaya tidak?) kabinet. Seorang menteri aktif tersangkut kasus korupsi, hingga mundur sebelum digeprak Komisi Antirasuah. Seorang menteri lagi, juga beberapa di antaranya, dicurigai berpenyakit kecoak mulai terbaui aroma sengak kecoaknya.

Virus kecoak itu selain menyerang gugus eksekutif, juga merambah legislatif. Celakanya lagi, juga ke yudikatif. Mahkamah Kecoak (MK) lahir dari desakan negeri adidaya, sehingga UUD negeri itu dikoyak lalu ditambal dengan mahkamah yang tidak pernah lahir dari revolusi kemerdekaan Republik Acakadut.

Kemarin Ketua Mahkamah Kecoak terjaring operasi Komisi Antirasuah. Si ketua yang setingkat menteri—karena nomor polisi mobilnya di bawah angka 10—tertangkap tangan menerima sogokan. Presiden negeri itu kaget setengah mati. Semua pejabat, pengamat, intelektual, menyatakan keterkejutannya. Yang tidak terkejut adalah rakyat, sebab selain masih buta juga sudah tidak percaya lagi para aparat Negeri  Acakadut yang dipenuhi kecoak. Masa bodoh, sebab selama 10 tahun terakhir mereka tidak pernah dipikirkan, diayomi, diperhatikan dan dikasihi.

Mahkamah Kecoak sebagai “anak haram revolusi kemerdekaan” digadang-gadang menjadi benteng terakhir tempat semua keputusan hanya berlaku dan mengikat sekali, tidak bisa diganggu gugat. Sebenarnya, ini hak para malaikat, tapi malaikat pun tidak laku, kalah oleh kecoak.

Gabungan antara “anak haram republik” dan kecoak membuat lembaga ini menjadi rawan kecurangan. Sebagian rakyat terdidik menggugat posisi Mahkamah Kecoak. Di negeri yang penuh kecoak seperti ini, tidak akan ada satu lembaga yang bisa dipercaya kejujurannya. Tinggal Komisi Antirasuah yang bisa dipercaya.

Kecoak di parlemen diam-diam menyunat kekuasaan Komisi Antirasuah lewat revisi Kitab UU Hukum Pidana, dengan cara melarang komisi itu menyadap tanpa persetujuan hakim. Rakyat tak boleh tahu, sebab kecoak parlemen banyak yang jadi korban komisi. Penyadapan terbukti efektif menjaring kecoak busuk. Bagaimana percaya pada hakim yang justru sering dijaring Komisi Antirasuah? Dan, apalagi dedengkot yang diagulkan seperti Mahkamah Kecoak justru tercoreng oleh ketuanya sendiri?

Maka, pupus sudah kepercayaan rakyat Negeri Acakadut pada negeri dan isinya. Semua sudah busuk bau sengak kecoak. Negeri Kecoak ini masih bermimpi muluk di ambang kebangkrutan negerinya, karena bos besarnya kini tengah limbung, tak mampu menggaji karyawan pemerintahannya. Kepada negeri bangkrut itu, pemimpin kecoak Republik Acakadut pernah berhikmat menjadikannya sebagai negerinya yang kedua.

Ih, dasar kecoak!


Continue Reading | comments

Spiderman Tak Berdaya


Kartun Apat Cartoon

Continue Reading | comments

Dari Akil Balik Sampai Akil Kebalik

Friday, October 4, 2013

Kartun Jitet Koestana



Membaca berita tentang Akil Mochtar, saya tak mampu berkata-kata. Mulut ini terkunci. Ketika terbuka, hanya satu kata terlepas: BAJINGAN!
(Mochtar Pabottingi)

Akil ketemu Janoko...akibatnya jelas...dia langsung tewas! (dms)
Karena makin jelas korupsi sudah menjadi budaya, maka bolehlah engkau katakan para koruptor itu sebagai budayawan, atau jika ingin agak mentereng, sebut saja pahlawan kebudayaan. Yang namanya pahlawan kadang bisa saja apes, seperti pahlawan kemerdekaan yang gugur di medan perang. Demikianlah para koruptor yang gugur di tangan KPK dalam menjalankan budaya korupsi boleh dibilang termasuk pahlawan kebudayaan. Mungkin sudah saatnya para pejabat yang budayawan itu mencari strategi kebudayaan baru supaya tidak mudah gugur di medan tugas korupsi. Mari kita beri usulan kepada mereka, para budayawan itu, agar bisa korupsi dengan berbudaya dan relatif aman. Misalnya begini, karena para budayawan itu adalah orang beragama, coba sesekali menyelenggarakan ritual tahlilan atau istighosah atau ratiban, atau kebaktian, pemujaan, atau ritual apa saja menurut keyakinan masing-masing, sambil diam-diam, di tengah ritual, menerima uang korupsi. Kalaupun tertangkap tangan pada saat itu, setidaknya mereka akan dikenang dengan sebutan yang lebih bagus: "Pahlawan Kebudayaan Korupsi Yang Religius." | The Art of Religiously Corrupsiong (Triwibs Kanyut)


Media membantu kita membuka borok2 korupsi dan amburadulnya hukum di Indonesia. Mungkin kita sdh sangat muak, tapi pelajaran berharganya, seluruh masyarakat mulai melek hukum dan tahu praktik2 kotor didalamnya. (
Jaleswari Pramodhawardani)


Digagas oleh Budiarto Shambazy

Continue Reading | comments

Lobi Toilet

Kartun Joko Luwarso

Continue Reading | comments

DONGENG KEHENINGAN YANG MENUMBUHKAN

Sunardian Wirodono

 

Katakan dengan bunga, kata orang bijak. Tentu, maksudnya, bertuturlah dengan keindahan, keharuman, atau maknanya dengan etika, kelembutan, kasih-sayang, atau kebenaran dan kejujuran.
Karena, bunga di mana pun di dunia ini, adalah simbol dari yang disebutkan itu. Di sejumlah negara, seperti Jepang misalnya, bahkan menempatkan bunga secara amat istimewa. Seperti ada rahasia di sana.
Bunga mekar mewakili keindahan. Namun, seberapa indah pun bunga, beberapa waktu kemudian harus ikhlas menjadi sampah. Dan, baik tatkala diberi sebutan indah maupun sebutan sampah, bunga tidak pernah menolaknya. Ia diam tak bicara.
Siapa yang hidupnya mengalir sempurna bagai bunga (apakah dalam pengertian sukses atau dipuja), menjadi sampah (gagal, dihina, dicerca), kemudian (bila ia bisa mengolahnya) menjadi bunga lagi, ia telah membuka salah satu pintu rahasia kehidupan ini.
Physical isolation is not the true solitude. Totally free from any grasping, that’s the true solitude. Kungkungan fisik bukanlah kesendirian, namun benar-benar bebas dari segala yang menggenggam, itulah keheningan sesungguhnya. Lepas bebas dari segala kemelekatan hal baik-buruk serta benar-salah, itulah keheningan sesungguhnya. Keheningan yang menumbuhkan.
Dan bila semua hal telah lepas-bebas, lantas apa pedoman dalam bertindak? Seorang guru berbisik kepada muridnya: "Memandanglah seperti langit, bertindaklah seperti ibu pertiwi. Langit memayungi semuanya, ibu pertiwi bertindak ketat mengikuti hukum alam. Bila menanam jagung, buahnya jagung. Kalau memelihara kelapa, buahnya kelapa. Tak ada yang aneh di muka bumi ini.
"Termasuk mulut politikus, yang sanggup menyebut Tuhan sekaligus Setan dalam satu helaan nafas, Guru?"
"Termasuk seorang kekasih yang mencintai begitu banyak kekasihnya,..." jawab Guru sembari tersenyum.
"Termasuk seorang yang harus kehilangan orang yang dicintainya?"
"Termasuk ketika kau menolak berbuat kebaikan, karena keheningan itu tak mampu mengusir kekosongan jiwa,..." | Percakapan XVLII dengan Guru Zen

Continue Reading | comments

Mobil Murah Cuma 100 Juta

Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Lelucon Oktober





Kartun Non-O

Ribut Mardiyanto

BACALAH TULISAN INI 2 MENIT SAJA


Seorang mandor bangunan yg berada di lt 5 ingin
memanggil pekerjanya yg lagi bekerja di bawah
Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si
pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada
pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.
Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh
ke atas, dilemparnya Rp. 1.000- yg jatuh tepat di sebelah
si pekerja.
Si pekerja hanya memungut Rp 1.000 tsb dan melanjutkan
pekerjaannya.
Sang mandor akhirnya melemparkan Rp 100.000 dan
berharap si pekerja mau menengadah "sebentar saja" ke
atas.
Akan tetapi si pekerja hanya lompat kegirangan karena
menemukan Rp 100.000 dan kembali asyik bekerja.
Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang
tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa kesakitan
akhirnya si pekerja baru mau menoleh ke atas dan dapat
berkomunikasi dengan sang mandor...
Cerita tersebut di atas sama dengan kehidupan kita, Allah
selalu ingin menyapa kita, akan tetapi kita selalu sibuk
mengurusi "dunia" kita.
Kita diberi rejeki sedikit maupun banyak, sering kali kita
lupa untuk menengadah bersyukur kpd NYA
Bahkan lebih sering kita tidak mau tahu dari mana rejeki
itu datang···
Bahkan kita selalu bilang ··· kita lagi "HOKI!"
Yang lebih buruk lagi kita menjadi takabur dengan rejeki
milik Allah.
Jadi jangan sampai kita mendapatkan lemparan "batu
kecil" yg kita sebut musibah ...! agar kita mau menoleh
kepada-NYA.
Sungguh Allah sangat mencintai kita, marilah kita selalu
ingat untuk menoleh kepada NYA sebelum Allah
melemparkan batu kecil.


Non-O


Seorang ayah berkata kepada anak lelakinya yang baru selesai mengikuti ujian nasional. "Kalau kamu tidak lulus ujian, jangan panggil lagi aku "papa", ya." katanya sedikit serius.
Ketika hasil ujian diumumkan, sang ayah bertanya. "Bagaimana hasil ujianmu, Tony?"
"Jeblok, bro!" jawab anaknya.



Sudi Purwono Baru
 
Seorang usahawan berjalan menyeret kakinya pulang dan nyaris tak mampu mencapai kursi malas ketika ia terhenyak kehabisan tenaga. Isterinya dengan penuh kasih sayang membawakan minuman dingin dan menghiburnya.
"Kau kelihatan lelah sekali," kata isterinya. "Kau pasti mengalami hari yang berat tadi. Apa yang terjadi hingga kau begitu kelelahan?"
"Mengerikan sekali!" jawab sang suami, "Komputer rusak sehingga aku harus berpikir sendiri, mam!"


 

Sudi Purwono Baru
 

Sebelum naik ke pesawat, satu pasangan pria-wanita tampak saling berpelukan dan berciuman serta menyatakan kesedihan akan perpisahan mereka. Akhirnya terdengar pengumuman agar semua penumpang segera naik pesawat. Pasangan ini berciuman untuk terakhir kalinya, lalu sambil sambil terisak-isak si wanita naik ke pesawat kemudian duduk di kursinya. Seorang wanita lanjut usia menyaksikan seluruh kejadian itu, berkata pada wanita muda yang masih bersedih itu, "Saya tahu persis perasaan Anda. Anda sedih sekali karena harus berpisah untuk sementara dengan suami Anda."
"Bukan begitu, bu," sahut wanita muda tadi, "Saya menangis justru karena sekarang saya harus kembali kepada suami saya."


Sudi Purwono Baru
 

Seorang aktor kawakan coba menguji ketenarannya pada seorang gadis cantik yang dijumpainya di sebuah mall.
"Kamu pasti kenal saya, kan?" tanya sang aktor yakin.
Gadis itu cukup lama berpikir tanpa menjawab.
"Masak kamu tidak tahu, saya kan sering tampil di bioskop."
"Ooo..." seru si gadis muda itu dengan rasa bingung yang mulai reda. "Oom sering nonton di bioskop mana, ya?"


GÕm Tobing
 

Namanya adalah Susan Jamine Zulkifli. Dia baru saja dilantik sebagai Lurah di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta. Dari namanya tentu saja awak berpikir pastilah dia seorang perempuan.
Upps..Pemikiran awak selintas tentang dia adalah perempuan itu saja di masa sekarang, hmmm…Sepertinya sudah tak pantas lagi. Pemikiran seperti itu rasanya seolah kembali mundur bertahun-tahun. Karena, memangnya kenapa pula kalaulah dia benar seorang perempuan? Apakah anda meragukan potensinya karena gender tadi?
Apalagi jika awak mulai pula mengarah kepertanyaan, apa agamanya? Dan tak habis sampai disana, masih ada lagi pertanyaan, jika agamanya adalah A, aliran apa pula dia dari agama itu. Lalu, jika kemudian diketahui kalau ternyata dia beragama A dan dari aliran AB, masih ada lagi pertanyaan, dari agama, aliran dan sekte mana pula? Begitu seterusnya dan seterusnya.
Hingga kemudian akhirnya diketahuilah bahwa dia ternyata beragama A dan dari aliran AB, dengan sekte ABC, lalu ternyata dia jemaat dari ABCD, yang ternyata sama dengan awak. Barulah kemudian awak bersedia bersalaman dengannya dan menerima dia. Bah! Hehehe..Repot amat awak, yah?
Syahdan, ada salah satu dari banyaknya kisah tentang Nasruddin Hoja, seorang Sufi yang konon hidup pada abad ke 14, yang kisah-kisahnya telah mendunia dan di bukukan di berbagai bahasa, seolah menjawab pertanyaan awak tadi.
Pagi itu Nasruddin dan seorang sahabatnya sedang berada di sebuah pasar yang ramai dan hiruk pikuk. Lalu sahabatnya mengatakan. “Mengapa tidak dibikin saja sebuah aturan oleh penguasa, bahwa jika berjalan di pasar, haruslah berjalan ke satu arah yang sama.” Nasruddin menjawab,”Jika semua berjalan di satu arah. Maka dunia akan miring, karena dunia menjadi berat sebelah.”
Keselarasan tercipta bukan melalui penyeragaman, melainkan justru karena kemajemukan.
Para pemikir dari tanah air tercinta ini telah menyadarinya di masa silam dengan membidani kelahiran Pancasila bagi kita semua. Maka, siapakah awak ini hingga berani mengusik dan menggelitik-gelitiknya, dengan berbagai pemikiran yang mundur kebelakang jaman?
Menyadari itu, kini awakpun putar setir untuk kembali maju melangkah sambil berteriak,”Susan Jamine Zulkifli, aku mendukung dan memberi kesempatan sebesar-besarnya buatmu untuk kau buktikan. Silahkan!”
Continue Reading | comments

Di Mana Jalan Perdamaian?

Kartun Jitet Koestana

Continue Reading | comments

1st Prize The International Izmir Cartoon Contest Turkey 2013

Kartun Ikhsan Dwiyono

Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger