<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Pantun of The Year 2014

Wednesday, December 10, 2014


HumOr2014*

Continue Reading | comments

Zaman Edan - Serat Kalatidha


Berdasar posting: Akbar Linggaprana
Menyaksikan zaman gila,
Serba susah dalam bertindak,
Jika ikut gila tidak akan tahan,

Tetapi jika tidak mengikuti (gila),
Tidak akan mendapat bagian,
dan akan kelaparan ...

Namun sudah menjadi Kehendak Allah,
Sebahagia-bahagianya orang yang gila,
Akan lebih bahagia orang yang Waspada
dan tetap ingat akan perintah dan larangan Nya ...

TETAP WASPADA!
Continue Reading | comments

Drama of The Year 2014


Kartun M Najib

Continue Reading | comments

Tanggung Jawab Apa Jawabannya Nanggung?


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments (2)

Drama Komedi Satu Babak


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Begini Ninini - Begitu Tututu...


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | comments (1)

Gertak Gombal?


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

ANCAMAN DISINTEGRASI DARI JATENG-DIY

Kartun Non-O


Ancaman ‘disintegrasi’ ternyata justru muncul dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sejumlah kota merujuk ke negara atau kota-kota terkenal di luar negeri. Setidaknya itulah yang diteliti oleh Mas Kampret.

Ia menunjukkan hasil penelitian mencengangkan.
Dia sebutkan, beberapa kota di dua provinsi itu mulai mengubah nama-namanya. Dari arah barat ia menunjuk kota Tegal kini ingin menjadi Portegal, lalu Brebes menjadi Brisbane, Semarang menjadi Samarrand, Kudus menjadi Quds, Demak menjadi Denmark.
Di sisi selatan tak kalah serunya. Purwokerto ia sebut akan menjadi Puerto Rico, Kroya menjadi Korea, Solo berafilasi ke Oslo, Sragen menuju ke Sragentina. Lalu Yogyakarta tak mau kalah. Jauh-jauh hari sejumlah warganya “memaksakan” kehendak agar Yogyakarta berafiliasi ke New York menjadi Newyorkarto.

Tak ada satu institusi pun yang mau menerbitkan hasil penelitian Mas Kampret. Mereka menganggap Mas Kampret terlalu banyak minum air putih oplosan. Tapi siapa yang ingin menambah daftar itu? Silakan.

(Adji Subela)
Continue Reading | comments

Jokes Akhir Tahun

Kartun M Najib

Penjawab Cekatan

(Copy paste tetangga....)

Di satu SMU di Amerika, saat kelas Sejarah, ada seorang siswa baru dari Jepang bernama Suzuki Yamaguchi.

Ibu Guru: Murid2, siapa yang terkenal dengan pernyataan "Kebebasan atau Kematian"?

Sekitar 1 menit suasana kelas hening. Tiba2 Suzuki mengangkat tangannya dan menjawab: Patrick Henry, tahun 1775 di Philadelphia.

Ibu Guru: Bagus sekali Suzuki! Dan siapa yg mengatakan "Negara ini dan Bangsa ini tidak akan pernah mati?"

Suasana hening lagi. Suzuki kembali mengangkat tangannya sambil menjawab: Abraham Lincoln, tahun 1863 di Washington.

Ibu Guru memandang murid2nya: Kenapa kalian ini? Suzuki orang Jepang, tetapi tahu banyak sejarah Amerika daripada kalian.

Semua murid terdiam. Tiba2 dari deretan bangku belakang ada yg berteriak: Pergi kamu Jepang sialan!

Ibu Guru: Hey siapa yang mengatakan itu?

Kembali Suzuki langsung mengangkat tangannya: Jendral Mc Arthur tahun 1942 di Guadalacanal.

Suasana kelas semakin ramai dan gaduh, tiba-tiba ada yang teriak: Suzuki sialan brengsek!

Bu Guru: Hey siapa yang mengatakan itu?

Eeh Suzuki malahan menjawab: Valentino Rossi di Rio de Janeiro, Brazil, pada Motor Grand Prix tahun 2002.

Ibu Guru semakin gusar dan berkata: Sekali lagi kalian berbicara akan ku gantung kau di Monas!

Suzuki menjawab: Anas Urbaningrum tahun 2012, pada kasus Hambalang di Indonesia!

Ibu guru mengelus dada sambil geleng2 kepala: Waduuhh saya prihatin.

Suzuki berteriak: SBY, Presiden Indonesia ke-6!

Ibu Guru semakin stres lalu tepok jidat: Wis aku ra popo....

Suzuki lagi-lagi berdiri dan berteriak: Jokowi, Presiden Indonesia terpilih 2014!

Gubrak! Bu Guru pingsan. Stlh siuman dr pingsan Ibu Guru bilang: Saya merasa mual mau muntah.

Lagi2 Suzuki menjawab: Nurul Arifin kpd Tempo edisi pekan ini karena nyinyir ga suka liat menteri lompat pagar....

(Wasito Djati Pribadi)


Nama Terkeren

Menurut hasil survei terbaru, di Inggris, tahun 2014 ini, nama paling keren dan populer yang paling disukai orang tua untuk memberi nama buah hatinya adalah 'William' dan 'Kate'.

Sedang untuk Indonesia, pada tahun 2014 ini nama paling populer adalah 'Joko', sedang nama yang paling dihindari untuk menamai seorang anak adalah 'Anas', karena takut ketularan jadi koruptor kelas kakap.

(Umi Sakdiyah)


Kursi Pintar Jokowi

Setelah sidang paripurna DPR usai, beberapa orang wartawan mewawancarai Jokowi.

"Bagaimana sikap Bapak menghadapi kenyataan kalau Koalisi Indonesia Hebat tidak mendapatkan kursi pimpinan DPR?" tanya seorang wartawan.

"Wah ya ndak apa-apa, namanya politik, itu udah biasa! Lagipula, menurut saya kursi dewan itu kontra produktif!"

"Maksud Bapak?" sergah seorang wartawan TV bingung.

"Lha ya itu, kursinya sering membuat yang duduk di situ ketiduran. Saya sudah minta desainer mebel untuk merancang kursi pintar untuk seluruh anggota koalisi saya."

"Seperti apa Pak?"

"Nanti kursi itu bisa menangkap sinyal gelombang otak anggota DPR. Jadi bakal ketahuan siapa saja yang ngantuk atau tidur. Terus, kursi akan mengirimkan gelombang kejut, ya... semacam setrum gitu!"

"Wah... hebat itu Pak!"

(Umi Sakdiyah)



UU Pilkada dan Sabung Ayam

Pilkada lewat DPRD, jadi inget kembali waktu Golkar lewat ketuanya H. Harmoko bilang, "Saya sedang mengelus-elus jago saya!" yang notabene adalah Soeharto, yang akhirnya terpilih secara aklamasi melalui musyawarah mufakat di MPR sebagai presiden untuk kesekian kalinya (lupa, maklum dari saya lahir sampai kuliah masih jadi presiden).

Nanti pasti tiap partai akan sibuk mengelus-elus jagonya, dan menjadikan Senayan sebagai tempat sabung ayam!

(Umi Sakdiyah)


Tumbangnya Beringin Tua


Beringin tua yang ada di alun-alun tumbang. Seisi kota geger. Seluruh warga berduyun-duyun untuk melihat. Semua terheran-heran. Beringin yang seusia bangsa Indonesia, yang telah menjadi lambang kota tersebut, tercabut tanpa ada hujan maupun angin ribut.

Para petinggi, ilmuwan dan paranormal berembug untuk mengetahui penyebab huru-hara tersebut.

Menurut para petinggi, beringin itu tumbang karena dahannya terlalu rimbun, tidak sebanding dengan jumlah akar yang menancap ke tanah.

Para ilmuwan berpendapat bahwa pohon tua itu roboh karena ada tumbukan di lempeng bumi tempat akar-akarnya menancap.

Sedangkan melalui penerawangan seorang paranormal tua, diketahui bahwa para genderuwo yang telah lama beranak pinak di pohon itu memutuskan untuk bermigrasi ke pohon lain. Mereka merasa cadangan makanan di pohon itu takkan cukup untuk keturunan kedelapan. Sebagian genderuwo bahkan sibuk berkelahi berebut kekuasaan.

Akhirnya terjadi peperangan hebat. Setelah peperangan berakhir, pohon besar itu pun tumbang berkalang tanah.

(Umi Sakdiyah)


Harga Emas


"Jo, lihat tuh berita di TV. Harga emas Antam turun," seru Juki pada teman nongkrongnya, Paijo.

"Kok, harganya bisa turun ya?"

"Ya... itu sih karena mas-mas di Indonesia itu pada doyan korupsi sama rebutan kursi. Jadi harganya bisa anjlog, Jo!"

"Masih mending Mas Paijo, biar tampang sama dompetnya pas-pasan yang penting nggak korupsi!"

"Lha... kamu itu paling korupsi umur! hahahaha... "

(Umi Sakdiyah)
Continue Reading | comments

Islam Kultural


Oleh Prie GS

Agama sebagai alat berketuhanan telah melahirkan bermacam­macam perspektif, salah satunya adalah perspektif kebudayaan yang di dalamnya berisi seni (art) dan ilmu (sains). Ada yang berketuhanan lewat kecendurangn seni, ada yang berkecenderungan ilmu. Yang satu bercorak emosional, yang lain bercorak rasional, walau sebetulnya konsep berketuhanan membutuhkan totalitas keduanya.

Tapi pada prakteknya, proses penggabungan keduanya membutuhkan tahapan yang tidak sederhana. Saat Nabi Ibrahim AS menyangka bintang lalu bulan lalu matahari sebagai Tuhan lalu semua digugurkan, pada mulanya adalah kecenderungan seni baru yang kedua adalah ilmu. Pada diri seorang Ibrahim berkumpul dua kecenderungan seni dan ilmu dengan sangat baik sebagai anugerah kenabian. Tetapi bagi kebanyakan orang, dua kecenderungan itu tak mudah dipertemukan. Ada yang sangat kuat kecenderungannya kepada pendekatan seni sehingga kurang ilmu, ada yang terlalu berilmu sehingga kurang seni. Sedang komposisi yang ideal adalah penuh ilmu tetapi juga kaya seni.
?Saat Ibrahim memandang bintang gemintang dan menyanhkanya sebagai Tuhan, yang berlangsung saat itu adalah kecenderungan seni. Kenapa bintang dan bukan kayu dan batu, jelaslah ini hasil dari persepsi artistik. Kenapa dari bintang meningkat ke bulan dan matahari juga jelas, ini bagian dari superlatif seni. Menonton film TV tidak seasyik menonton bioskop itulah kenapa bioskop lebih disukai karena lebih menjanjikan sensasi. Itulah yang disebut sebagai superlatif seni.

Tapi kesadaran bahwa bintang, bulan bahkan matahari pun tenggelam dan karenanya mereka bukan Tuhan adalah kecenderungan ilmu pengetahuan. Baru di dalam tradisi ilmu pengetahuan berlangsung prosedur ilmiah. Di dalamnya mulai berlangsung budaya observasi dan verifikasi.

Lalu seperti apakah kecenderungan masyarakat Indonesia, Jawa khusunya, Islam lebih khususnya dalam berketuhanan? Kecenderungan artistik itulah yang tampak sangat menonjol. Sementara Daendeles mendarat di Jawa dan memantik terjadinya Perang Jawa dengan bedil dan meriam, prajurit Kasunan dan Kasultanan lebih terampil menggunakan keris dan tombak. Ketika kemudian Rafles menyusul kemudian, demi membaca medan kekuatan Keraton Yogya, ia telah berbekal peta yang sangat detail tentang keadaan keraton jauh sebelum teknologi GPS ditemukan. Sementara Belanda dan Inggris? Terus mengintimidasi Jawa dengan taktik politik modern, Pangeran Diponegoro muda, memantabkan diri tidak lewat ilmu pengetahuan modern tetapi lewat laku asketik artistik. Ia menejelahi gua-­gua Pantai Selatan untuk memantabkan diri mengambil peran sebagai ratu adil lewat serangkaian petunjuk langit. Salah satu pennguat itu adalah suara gaib yang ia yakini datang dari kakek buyutnya Hamengku Buwono I. "Sira srananipun mapan tan dawa," begitu bunyi suara itu seperti yang ditulis Sang Pangeran di Babad Diponegoro.

Pada akhirnya Diponegoro memang kalah secara politik. Tetali secara sosial dan kultural ini sungguh perang yang tak cuma membuat Belanda bangkrut tapi membuat Jawa, Islam, menemukan pijakan kulturalnya. Jauh sebelum kita mengenal FPI kita telah akrap dengan sorban dan jubah Arab (Turki) khas Pangeran Diponegoro yang memang pengagum kebudayaan dan kejayaan Islam di Turki saat itu. Bedanya, wajah Sang Pangeran bersih dari kumis dan jenggot. Karenanya Diponegoro walau bersorban dan berjubah khas Arab tetapi masih Jawa. Secara spiritual ia Islam tetapi secara kultural ia Jawa. Inilah bakat sinkretik yang mewarnai Islam di Indonesia yang selebihnya akan saya sampaikan di dalam diskusi. InsyaAllah.

Perjalanan Semarang ­ Solo 9 Desember 2014.
Continue Reading | comments

Golkar Retak?


Kartun Gom Tobing

Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger