Prie GS |
Di puncak musim korupsi, apa saja terancam dikorup tak terkecuali kata. Kata apel misalnya, kini tidak lagi terbayangkan cuma sebagai nama buah. Apel Malang misalnya, tak lagi terbayangkan nama buah produk dari sebuah kota. Sebutan itu dulu terkenal hanya untuk benar-benar mewakili satu maksud saja. Kini, maksud itu telah melebar ke mana-mana, apalagi ketika ditambah lagi dengan Apel Washington.
Karenanya, kegiatan korupsi yang paling berbahaya ialah ketika ia tak berhenti hanya di sebatas uang. Korupsi serupa rumah kartu yang akan terus menjalar dan meminta korban. Korban terakhir, dan korban paling berbahaya adalah sudut pandang. Ketika mendengar kata apel dan kita tidak lagi membayangkan nama buah, maka perubahan bayangan itu juga akan menjadi gejala di banyak objek dan benda-benda.
Ketika kita berhadapan dengan kata janji, bisa saja yang terbayang adalah ingkar. Jika berhadapan dengan kata mandat, yang terbayang adalah khianat. Jika berhadapan dengan kata pencalonan yang terbayang adalah kampanye. Sekarang apa yang terbayangkan ketika kepada Anda saya sebut kata dewan misalnya. Kata ini masih bisa diperpanjang dengan bupati, walikota, wakil walikota, sekda, dan kepala dinas. Ini baru dari jajaran birokrasi. Sekarang pungut saja sembarang kata dari kegaduhan jalan raya, sebut misalnya kata sopir dan angkot. Adakah imajinasi kita akan cuma terhenti di sopir dan angkot, ketika bahkan naik angkot pun bisa menjadi kegiatan berbahaya?
Tak terasa, kini, bias kata itu telah mengepung kita dari segenap jurusan. Kata yang semula berarti biasa-biasa, kini bisa menjadi pengusung rasa cemas. Kata yang semula cuma menunjuk sebuah benda, kini bisa menjadi pembawa kemarahan. Kata yang semula cuma untuk mengabarkan kegiatan, kini bisa berubah menjadi kecurigaan. Misalnya saja ‘’renovasi’’. Tak mudah lagi saat ini kita memercayai kata renovasi karena setelah kata ini ada saja rentetan perkara yang mengikuti. Renovasi ternyata tidak selalu berarti membangun, tetapi juga kegiatan mencari-cari.
Inilah puncak dari bahaya korupsi. Semua kata bisa terancam rusak karena telah mengalami pengingkaran arti. Mereka bilang begitu, kita akan menganggap begini. Memang tak semua yang begitu selalu berarti begini.Tetapi di tangan imajinasi yang sudah rusak, semua yang begitu cuma kana ditafsrkan begini. Jadi, kerusakan sudut pandang adalah bencana yang paling hasu dihindari. Tidak mudah, tetapi sebetulnya juga tidak sulit. Tidak mudah, karena sekarang ini penghancuran terhadap sudut pandang memang terjadi secara besar-besaran. Tetapi tidak sulit, karena di setiap bencana selalu ada relawan, di setiap perang selalu ada pahlawan, karena ada korupsi maka ada KPK. Segala sesuatu tidak bisa lahir sendiri. Ia selalu datang sepasang. Setiap turun sakit, turun pula obat. Sebelah sayap lalat memang berisi racun, tetapi di sayap sebelahnya tersedia penawar.
Tetapi inilah yang harus disadari: meskipun berpasangan sakit itu memang selalu turun lebih dulu dibanding obat. Sementara sakit telah menjalar obatnya masih harus diteliti. Kabar baiknya: setiap bujangan, para jomblo, jangan khawatir, memiliki jatah jodoh. Tapi kabar buruknya: bahkan jodoh sendiri pun perlu dicari. Maka selamat mencari!
0 comments:
Post a Comment