<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Bedah Buku REPUBLIK BADUT di Malang

Monday, May 12, 2014



Continue Reading | comments

Krisis Multi Dimensi


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Semua Dibagi Dua atawa Tragedi Komedi

Friday, May 9, 2014




Darminto M Sudarmo



Oleh Darminto M Sudarmo 
Dimuat di Tabloid TOMATOES edisi 21 - Maret 2014.



Mitologi Yunani dengan santai membagi dunia ini menjadi dua bagian saja. Pertama, komedi; kedua, tragedi. Orang-orang di bumi dipersilakan memilih bagian mana yang disuka. Ada yang memilih jalan komedi dan ada yang memilih jalan tragedi.

Di tangan manusia, ternyata komedi masih dibagi dua; yaitu komedi yang menyenangkan dan komedi yang memilukan. Tidak cukup sampai di sini, manusia yang terus belajar akhirnya semakin merasa pintar, mereka tak mau kalau tradisi bagi-membagi itu cukup sampai di situ. Komedi yang menyenangkan dibagi lagi menjadi dua bagian: komedi yang menyenangkan bermutu dan tidak bermutu. Begitu pula dengan komedi yang memilukan. Juga dibagi dua. Di ranah tragedi juga begitu. Tragedi personal dan tragedi komunal.  Keduanya juga dibagi dua lagi. Tragedi personal/komunal  elit dan rakyat jelata. Demikian terus, menganak-cabang dan ranting sesuai urutan derivasinya. Semua dibagi dua.

Semua dibagi dua? Iya. Karena itu maunya manusia. Fakta itu juga bisa dilihat di Indonesia.  Lihatlah kuis-kuis bikinan Helmy Yahya di TV, pilihan jawabannya cuma dua: betul apa salah. Salah apa betul. Lihat penyelenggaraan Ujian Nasional, para peserta akan melihat hasil akhirnya: lulus atau tidak lulus. Tidak ada istilah agak lulus atau agak tidak lulus.
Pemilukada, pada akhirnya juga menempatkan calon gubernur/bupati/walikota: berhasil atau gagal. Caleg-capres sama jugak sami mawon. Jadi legislatif atau presiden beneran atau tidak sama sekali. Bahkan Gunung Sinabung, Gunung Kelud, tak mau kalah: mengeluarkan lahar panas dan lahar dingin. Tidak ada lahar hangat-hangat tai ayam.
Uniknya, manusia yang hidup di zaman full IT dan high tech seperti sekarang nyatanya juga masih tersandera mitos dari Yunani itu. Terpidana kasus korupsi Ahmad Fathanah suka membagi hasil korupsinya, bukan saja kepada sesama kaum lelaki, tapi juga ke kaum perempuan. Membagi ke pria dan wanita. Tak terkecuali dengan tersangka kasus korupsi Tubagus Chaeri Wardana (Wawan). Tidak hanya membangi ke para pria, namun juga ke para wanita. Belum pernah ada berita mereka membagi ke para wanita yang kepria-priaan atau pria yang kewanita-wanitaan.
Saat Anda berada di coffee shop sebuah hotel dan kebelet pipis, Anda bergegas menuju suatu tempat yang bernama Rest Room (bukan toilet atau WC Umum). Di sana Anda juga akan menjumpai dua pilihan saja: Gents dan Ladies. Kalau pengetahuan bahasa Inggris Anda sangat tertib, maka Anda akan sangat marah karena anak-anak Anda tak dapat masuk ke salah satu dari dua pilihan itu.
Kegeraman Indonesia saat ditegur Singapura karena memberi nama Kapal Republik Indonesia (KRI) Usman-Harun – yang oleh Singapura dicap sebagai teroris – jangan-jangan bukan karena alasan ideologis, tetapi bisa juga karena penulisan Usman-Harun itu tidak mematuhi asas hukum alfabetis. Besar kemungkinan jika penulisannya Harun-Usman, tidak membuat negeri singa-ikan itu kebakaran jenggot.

Mengapa Jokowi Disadap
Ketegangan menjelang pileg dan pilpres 2014, makin meninggi ketika media juga memberitakan dua hal yang yang tak pernah terpikir oleh masyarakat Indonesia; rumah dinas Jokowi dan kediaman (termasuk mobil) Megawati disadap. Siapa pelakunya? Semua berspekulasi, kalau tidak Negara ya parpol rival. Mengapa begitu? Karena Negara dan parpol rival pingin tahu, betulkah Jokowi hidup sederhana dan tidak royal, maka ruang makannya disadap. Betulkah kehidupan rumah tangga Jokowi harmonis? Maka kamar tidurnya disadap. Begitu juga dengan tempat-tempat lain, termasuk di kantor Jokowi, yang tak lupa dipasang alat penyadap. Motif lainnya bisa juga karena mereka tak mau keluar ongkos untuk bayar konsultan politik, mereka ingin mengintip trik dan tips gratis dari Jokowi bagaimana cara me-manage diri supaya saat disurvey mendapatkan perform elektabilitas yang oke banget.
Akan halnya kediaman dan mobil Megawati yang kena sadap, ya itu juga karena alasan yang pasti katro abis. Gara-garanya, seorang astrologist (peramal berdasarkan perhitungan astrologi) membuat proyeksi peruntungan Mega pada tahun 2014 ini lewat pengaruh bioritme perjalanan bintang-bintang dan tatasurya, ternyata posisi Mega sangat strategis dan mendapatkan banyak keajaiban. Nah, di situlah pihak-pihak yang merasa penasaran lalu memasang alat penyadap khusus buat memantau progress Mega. Targetnya? Kalau ocehan peramal itu tidak terbukti, maka baik Negara atau parpol rival akan gampang saja melakukan “pukulan” ampuh supaya posisi Mega makin rapuh; kalau perlu jadi total lumpuh. Sehingga yang lain bisa melenggang dengan tenang di Pemilu 2014 ini.
RUU KUHAP dan KUHP terbaru yang diusulkan Pemerintah ke DPR di dalamnya mengandung muatan yang sarat akan penggembosan pada kewenangan KPK. Masyarakat dan berbagai pihak (termasuk KPK sendiri) langsung bereaksi meminta agar RUU itu ditunda. Hemat saya, masyarakat yang peduli pada pemberantasan korupsi di negeri ini tidak perlu risau-risau amat. Faktanya, KPK bukan bola karet, bukan ban mobil, bukan kasur angin, atau benda lain semacamnya. Jadi, mustahil ia bisa digembosi!
Semua runutan kejadian atau perkara di atas bermuara pada target akhir: to be or not to be. Di zaman perjuangan sebelum kemerdekaan, para pejuang meneriakkan slogan: Merdeka atau Mati. Di masa lalu kedaulatan politik negeri ini bertumpu pada sikap politik: Bebas-Aktif. Bebas menentukan sikap, namun tetap aktif menjaga perdamaian dunia. Di masa kini, slogannya keren, tapi utopis banget: Million friends zero enemy (sejuta kawan tanpa musuh). Akibatnya, beberapa Negara Asean (Malaysia, Singapura) tak ketinggalan Australia, tergoda untuk menguji dan mengambil keuntungan issue dari Indonesia. Emang enaaakkk?
Niatnya sih, mau berbagi “kebanggaan” dan eksistensi. Karena memang demikianlah habit dari sosok atau pribadi yang selalu berkeyakinan bahwa hidup itu adalah wacana dan pencitraan. Tetapi, negeri-negeri tetangga yang logis, praktis, bahkan pragmatis, seperti melihat peluang dalam kelengahan pihak lain. Maka mereka langsung menyongsongnya dengan lahap.
Membagi atau berbagi ternyata tidak lagi seasyik yang terjadi di zaman baheula dulu. Kini, berbagi dalam situasi yang disebut sebagai serangan fajar dalam pemilukada atau pemilu nasional, ternyata sarat bermuatan pamrih dan interest. Fakta yang anomalistik itu diabadikan oleh seorang penyair kondang Chaerul Anwari yang menulis dalam sajak pendek: Sekali berbagi, sudah itu mati!
Darminto M Sudarmo, Satiris, penulis buku “Republik Badut”
Continue Reading | comments

Koalisi demi Kursi?


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Masa Gelap Nusantara


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Duet Capres dan Cawapres


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | comments

Selamat Datang Investasi


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Menunggu Pemimpin


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Pendidikan Indonesia nan Penuh Dinamika


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Tanggal 9 Mei Ya Hari Ini


Kartun No-O

Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger