<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Antre Lebih Penting dari Matematika

Wednesday, September 18, 2013

Tradisi Bergurau - Amrianis - Padang (oil on canvas)

Seorang guru di Australia pernah berkata “Kami tidak terlalu khawatir
jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika, kami jauh
lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”

Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu? Kerena yang terjadi di
negara kita justru sebaliknya, inilah jawabannya:

1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara
intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak
hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat
pelajaran berharga di balik proses mengantri.

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu
matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak
menjadi Penari, Atlet Olimpiade, penyanyi, musisi, pelukis dsb.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam
satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan
dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan
membutuhkan Etika Moral dan pelajaran berharga dari mengantri
disepanjang hidup mereka kelak.

Pelajaran berharga dibalik mengantri:

1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang
lebih awal dan persiapan lebih awal.

2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di
antrian paling belakang.

3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat
giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting.

4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya
orang akan membaca buku saat mengantri)

6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang
lain di antrian.

7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya."

(Berdasarkan posting Wir Kasut dari Teman)
Continue Reading | comments

Salma Marah-marah?


Kartun Ahmad Antawirya

Continue Reading | comments

Berondongan Kolom Sunardian Wirodono


Sunardian Wirodono

JURUS MENJEGAL JOKOWI

Jokowi, Joko Widodo, yang kini gubernur DKI Jakarta ini, memang harus dijadikan common enemy, musuh bersama, dan bersama kita bisa (bisa ular, bisa laba-laba, bisa kalajengking). Bagaimana caranya?
    Pertama, dasar alasannya dulu. Dia di Solo jadi walikota, belum nyelesai'in tugas sudah ditinggalkan. Lha jadi gubernur DKI belum rampung, belum separuhnya, juga akan dia tinggal? Lalu, kalau misal nih, dia jadi presiden, terus ditinggal pula? Kita 'kan nggak punya presiden? Trus dia nyapres di Amerika. Di sana kepilih. Di tengah jalan, eh, ditinggalin pulak. Trus, kalau kursi kepresidenan Amerika kosong? Siapa yang jadi polisi dunia? Memangnya boleh, polisi dunia kita angkat dari Polri? Betapa kacaunya nanti. Banyak Polisi kita pada ditembakin orang tak dikenal. Mending orang itu dikenal, bisa diajak ngobrol-ngobrol apa ngopi. Lha kalau penembak nggak dikenal? Begitu kita ajak kenalan, eh, dia bukannya nyodorin tangan salaman, tapi malah cabut pestol!
    Lagian, kalau mau Pilpres lagi, susah kita nyari sponsornya. Kita sendiri belum BEP. Sponsor tekor. Ini menggangu stabilitas negara.
    Enak bener posisi wapres, yang cuma ban serep, terus naik jadi pres. Kayak jaman Gus Dur ama Megawati dulu. Ini tak boleh berulang. Kita harus tolak itu.
    Kita harus bikin UU Pilpres baru. Bikin aturan. Yang pakai huruf 'o' dan 'i', tak bisa nyapres! Kalau dia ganti nama jadi Jakawi, maka kepopuleran Jokowi akan hilang dengan sendirinya. Lembaga survey sudah tekor duluan, untuk bikin polling lagi, gara-gara Jokowi ganti Jakawa, Jakayes, Jakana.
    Coba, waktu Presiden Sukarno, Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, kita tetep gini-gini aja to? Itu karena ada unsur huruf 'o' dan 'i' itu.
   "Lha, nanti, Prabowo, Wiranto, Dahlan Iskan, Gita Wiryawan, Anies Baswedan, Pramono Edie, nggak bisa nyapres dong?" tukas seorang pengamat.
  "Rhoma Irama juga, dong, xixixi, kasihan Cak Imin udah ngebet pengen goyang ndangdut,..." kata kubu Cak Imin.
    "Wah, Amien Rais pasti seneng nih, soalnya Hatta Radjasa bisa masuk,..." tetangga Teguh Juwarno sumringah.
    "Jiaaah, Mahfud MD bener-bener bejo dong dia, pantes suka minum jamu,..." gerutu peminum jamu yang pakai bintang iklan menteri BUMN.
    Kalau gitu, bikin aturan, yang kelahiran Solo nggak boleh nyapres!
    "Asyikk, berarti Amien Rais nggak bisa,..." celetuk seseorang, entah siapa.
    Ya, pokoknya kita cari cara. Gimana pun Jokowi harus kita jegal.
   "Prabowo harus masuk dong, 'kan dia gurunya Jokowi?" penggemar Prabowo ngotot.
    Ok, kalau begitu, kita harus mendesak MPR-DPR. Menunda Pemilu. Alasannya, harga kedelai belum stabil. Ini akan mempengaruhi kepercayaan rakyat. Karena kesukaan mereka makan tempe, terganggu. Itu tidak kondusif. Kecuali Pemilu kita biarkan jadi pembuat pilu sebenar-benarnya. Makanya, kita luncurkan mobil murah. Mosok kita sudah merdeka 68 tahun, ngelarang-larang rakyat miskin beli mobil murah? Itu namanya tidak pro-rakyat. Kalau kita ini, pro-rakyat. Kepentingan rakyat kita duluin.
    "Duluin nyungsep, mangsudnya?" sahut suara tanpa ujud, kentut 'kali.
    Hadeh, kita itu serius harus mencari jurus menjegal Jokowi. Ada usul?
    "Hadeuuuhhhh, siapa yang kentut nih,...!" teriak Kaka Slank. Lagu Bang Bang Tut digeber. Freeze Motion. Rolling Credit Title.

 


SI DOEL ANAK JAKARTA

Pada jaman dulu kala, adalah sebuah buku cerita berjudul "Si Doel Anak Betawi", novel karangan Aman Datuk Modjoindo (Balai Pustaka, 1932, yang kemudian tahun 70-an diterbitkan lagi dengan judul "Si Dul Anak Jakarta"). Saya membacanya waktu masih SD dan suka sekali (dan diam-diam menirunya), tiap libur puasa sebulan penuh, pergi ke desa kakek, dan main-main di sungai atau pun sawah.
Novel ini menceritakan kisah seorang anak Betawi yang biasa dipanggil Doel, yang hidup di tengah-tengah kota Jakarta.
Berbeda dengan novel terbitan Balai Pustaka lainnya, yang ditulis di dalam bahasa Melayu Tinggi, Aman menggunakan dialog bahasa Betawi. Dia ingin memperkenalkan bahasa Betawi kepada pembaca di luar Jakarta yang belum tentu mengenal bahasa tersebut.
Novel ini kemudian dibuat film oleh almarhum Sjumandjaya (1973) dengan pemain Rano Karno (inget dulu nonton film ini harus pakai upacara mandi dulu, baju bagus, dan pakai sepatu, kayak mau piknik). Sjuman kemudian (1976) membuat film "Si Doel Anak Modern" dengan Benjamin Suaeb sebagai pemeran utama.
Saya lupa, siapa nama asli si Doel ini, apakah Abdul atau Abdullah, tapi yang pasti bukan Abdul Qadir Jailani. Rano sebagai si Doel, setelah dewasa, kemudian mengembangkannya ke sinetron, menjadi seri TV yang legendaris, berjudul "Si Doel Anak Sekolahan".
Sinetron yang cukup beda, karena lebih membumi, meski dengan adonan film India; Cowok cakep, pinter, miskin, dan dicintai dua cewek cuantik berwajah Cornelia Agatha dan Maoedy Koesnaedi yang masih muda. Kalau si Doel dalam sinetron ini, nama lengkapnya Kasdullah (mirip nama orang pilem tempo dulu).
Salah satu keunggulan Si Doel yang sekolahan ini, lebih plural, karena ada orang Sunda, Jawa, Batak, disamping tentu Betawi itu sendiri. Si Doel ini mencapai 162 episode terbagi dalam 7 session. Dan itu prestasi. Dari 1994 hingga 2002, kemudian nyambung sampai 2006, dan beberapa waktu lalu masih suka di-rerun RCTI dengan rating cukup bagus.
Padahal, awalnya, naskah Si Doel (ditulis novelis Harry Tjahjono) sempat 4 tahun terkatung-katung dan ditolak stasiun TV. Tapi inilah tayangan pribumi pertama yang waktu itu mampu mengalahkan tayanagn film asing.
Demikian tulisan tentang Si Doel.



MAKANLAH SEBELUM KAU DIMAKAN

Kita sering hidup dengan jebakan logika masa lalu, sementara kita hidup di jaman kini. Kita masih suka memakai ejekan 'orang Indonesia baru keringetan jika sehabis makan'. Artinya, kalau pas kerja, justeru tidak keringetan, karena kita males, kurang kerja keras, dan sejenisnya.
Padahal, bagaimana logikanya kita makan tidak keringetan, kalau misalnya nasinya panas, sayurnya pedas, tambah sambel setan, belum lagi makannya di warteg pinggir jalan (soalnya kalau di tengah jalan bisa dituabrak mobil, cuk), dengan atap asbes atau seng di siang bolong.
Sementara makan di rumah yang adem dalam AC, atau di resto mewah dengan menu yang bukan dari kultur tropis, bagaimana mau keringetan?
Lagi pula, pengertian bekerja keras dalam pengertian kita juga sama jadulnya. Masih dipakainya pepatah 'membanting tulang', atau kalau orang Jawa, kaki dipakai kepala - kepala dipakai kaki. Tentu itu ukuran kerja jaman dulu yang hanya kerja fisik. Yang artinya, kerja keras atau kerja berat, tidak paralel dengan gaji atau pendapatan. Buruh gendong di Pasar Beringharjo (Yogya), tentu beda dengan gaji analis keuangan, atau pemain valas di bursa saham, dan apalagi dibanding para politikus dan pejabat negara yang korupsinya belum ketahuan.
Ada orang bekerja serius di ruang ber-AC, tidak keringetan (karena bukan kuli pasar, kuli pelabuhan, atau buruh bangunan), ada rakyat jelata atau orang miskin yang sangat doyan sambel biar nafsu makannya nambah karena tanpa itu nasi kualitas rendah dengan sayur seadanya beda dengan rempela ati atau daging sapi impor kebanggaan para kartel dan koruptor. Sementara antara rakyat miskin yang satu dengan lainnya, pun juga beda-beda, karena ada rakyat miskin yang layak beli mobil murah (setelah 68 tahun merdeka), ada yang benar-benar jangankan beli, menyentuh pun belum pernah.
Ada rakyat kecil yang kalau pas sering susah makan (artinya makan tidak teratur, karena harus berhitung besok makan atau nggak ya), baru bisa merasakan kalau makan itu ternyata banyak manfaatnya. Selain menjadikan kita kenyang, ada pembakaran kalori dan kita menjadi berenergi, juga bisa menjadikan kita sedikit lebih baik dari mereka yang tidak bisa makan. | Menunggu saat makan siang di warteg pertigaan bangjo Kalimalang, ketika aku kangen kamu dan kamu nggak dateng-dateng.



TINGKAT-TINGKAT KESOMBONGAN

Di tingkat terbawah, sombong sering disebabkan karena faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih cantik, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua, sombong sering disebabkan faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, lebih bijaksana dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga, sombong sering disebabkan faktor kebaikan. Kita seringkali menganggap diri kita lebih berakhlak, lebih bermoral, lebih pemurah, lebih religius, lebih halal, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Semakin tinggi tingkat kesombongan ini, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi akan sangat mudah terlihat tetapi sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena merasa lebih baik dan suci, sulit terdeteksi, karena seringkali hanya berbentuk benih-benih yang halus di dalam hati kita, apalagi disertai dengan kesombongan intelektual karena menguasai satu ilmu atau bacaan. Sampai tahapan ini, kesombongan ini bisa membawa-bawa Tuhan untuk justifikasi.
Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Pada tataran yang wajar, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Namun, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Bahkan, seringkali batas antara bangga dan sombong tak terlalu jelas.
Diri kita sebenarnya terdiri atas dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan diri sejati di lain kutub. Pada saat dilahirkan ke dunia, kita sepenuhnya berada dalam kutub diri sejati, kita lahir dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Kita sama sekali bebas dari materi apapun. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, kita mulai memiliki berbagai kebutuhan materi. Bahkan, lebih dari sekedar yang kita butuhkan dalam hidup, kelima indra kita selalu mengatakan bahwa kita membutuhkan yang lebih banyak lagi.
Perjalanan hidup seringkali mengantarkan kita menuju kutub ego. Perjalanan inilah yang memperkenalkan kita kepada kesombongan, kerakusan, serta iri dan dengki. Ketiga sifat ini adalah akar segala permasalahan yang terjadi dalam sejarah umat manusia.
Perlu menyadari bahwa hakikat manusia adalah diri sejati, kita bukanlah makhluk fisik tetapi makhluk spiritual. Tapi spiritualitas manusia, kini mendapat tantangannya karena perlahan berubah dalam bungkus formalitas.
Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi: Energi yang Anda berikan kepada dunia tak akan pernah hilang. Energi itu akan kembali kepada Anda dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang Anda lakukan pasti akan kembali kepada Anda dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, perasaan bermakna maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik pada orang lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau berbuat kejelekan pada orang? Kejelekan jugalah yang didapat. Kalau begitu, apalagi yang harus kita sombongkan?

 





Continue Reading | comments

Baru Diresmikan - Tidak Ada Rikuh-rikuhan Lagi


Foto Non-O S Purwono

Continue Reading | comments

Geger Vicky Teler Statusisasi

Sunday, September 15, 2013



Continue Reading | comments

Dua Teroris


Kartun GM Sudarta

Continue Reading | comments

The Seng Man


Kartun Ahmad Antawirya

Continue Reading | comments

Serupa tapi Tak Sama


Kartun Gom Tobing

Continue Reading | comments

Tenang, Takkan Lari Gunung Dikejar


Kartun Non-O



Continue Reading | comments

Dari Pendidikan hingga Pendiktean




Kartun Ahmad Antawirya

MENGAJAR BERHITUNG
 

Seorang ibu sedang coba mengajar berhitung pada anaknya dengan menjelaskan hal yang gampang segampang-gampangnya. Akhirnya ia menemukan contoh sederhana.
"Doni," kata sang ibu, "Kita mau piknik. Kamu, papa, mama, nenek, dan kakek. Coba, berapa Coca-cola yang harus kita bawa?"
"Empat, ma!" jawab Doni, sang anak.
"Kok empat? Salah, dong. Kan mestinya, lima.."
"Empat, mama!" jawab anaknya ngotot, "Aku kan mau Sprite!"


(Berdasarkan posting: Sudi Purwono Baru)


SI UDIN DAN BU GURU

Di suatu sekolah, pas jam pelajaran sejarah:

Bu Guru : "Din, Ibu perhatiin kamu dari tadi ngantuk aja. Coba jawab pertanyaan ibu dulu. Siapa itu THOMAS ALFA EDISON??"

Udin : "Tidak tau, Bu!"

Bu Guru : "Nah bener kan.... Kalau JAMES WATT kamu tahu??"

Udin : "Apalagi sama dia... tidak kenal juga aku, Bu!"

Bu Guru : "Kalau ALEXANDER GRAHAM BELL??"

Udin : "Aduh, Bu! Tidak kenal sama sekali. Namanya aja baru aja denger, Bu!!"

Bu Guru : "Dasar kamu Din, semuanya kamu tidak tau!!"

Udin : "Naahhh, sekarang coba Ibu yang saya tanya, Ibu tau tidak Pak ROHIM?"

Bu Guru : "Gak tau. Siapa dia??"

Udin : "Kalau Bu JULEHA?? HAJI ROHIM?? USTADH UMAR?? KYAI SAMSURI?? "

Bu Guru : "Stop..stop Din... Siapa mereka itu??"

Udin : “Tuh kan ibu gak tau! Aku cuma mau ngasih tau Bu.. Tidak semua orang yang Ibu kenal, aku juga kenal... Orang yang aku kenal, Ibu juga tidak kenal kan? Kita ini manusia Bu, punya kenalan sendiri-sendiri!!”

(Berdasarkan posting: Wasito Djati Pribadi)


POLISI MALAYSIA KALAH SAMA ORANG MADURA

DIisuatu hari yang cerah seorang nelayan Madura yang namanya pak Brudin sedang mencari ikan di dekat perbatasan Malaysia. Saking asyiknya mencari ikan, tidak sengaja pak Brudin masuk wilayah teritorial Malaysia.
Tiba² pak Brudin di kagetkan suara raungan sirine polisi laut raja diraja Malaysia. dan akhirnya pak Brudin tertangkap.

Polisi Malaysia : "Anda sudah tahu kesalahan Anda??", sambil membentak.

Pak Brudin : "Sampiyan aneh2 saja. Ya saya mana tahu Pak?" jawab Pak Brudin dengan lugunya.

Polisi Malaysia sambil melotot : "Anda telah memasuki wilayah kami tanpa izin dan mencuri ikan di wilayah kami."

Dibilang mencuri pak Brudin nggak terima, karena dari kecil pak Brudin sangat di wanti² oleh orangtuanya tidak boleh mencuri. Pak Brudin selalu memegang prinsip itu.
Dengan logat Madura pak Brudin membentak balik sambil menunjuk ikan di atas kapalnya :

"Jangan cem… macem sampiyan pak…, IKAN INI SAYA KEJAR DARI… MADURA…, SAYA TANGKAP DI SINI."


(Berdasarkan posting: Wasito Djati Pribadi)


REUNI AKHIRAT


Setelah meninggal,.Lim Siu Liong ketemu Suharto di atas sono..
Mereka kongkow2 tentang calon presiden yang cocok untuk tahun 2014.

Lim spontan mengeluh,
“Haiya, sulah 3 genelasi malga Su bel-tulut2 yang jadi plesiden (Sukalno, Suhalto dan Susilo). Kali ini gililan malga Lim yang belkuasa lah!!!”

Suharto langsung jawab, “Tidak ada suku Jawa yang marga Lim. Tidak pantas lah Lim jadi presiden. ”

Lim gak mau kalah, “Haiya.. halus ada donk malga Lim nyang jadi plesiden..
Owee mau cali olang yang malganya Lim tapi Jawa haaa.”

Suharto berfikir, “Kalo begitu kamu tanya aja ama Malaikat.. Suruh dia cari marga Lim tapi yang Jawa getuu.”

Lim lalu nanya pada Malaikat, “Hei Malaikat, owee mau tanya sama elo.. elo kan tau semua olang di bumi.. coba elo liat ada kagak manusia di bumi malga Lim tapi Jawa? Kalo ada kasih tau owe ya.”

Lalu Malaikat mulai mencari dan…., “AHAaaaa.. aku menemukan satu marga Lim asli Jawa.. kalo dia jadi presiden pasti ditakuti semua rakyat.”

Lim penasaran, “Haiya… Oewe bilang juga apa.. pasti ada malga Lim yang Jawa aaaa.. Siapa namanya Malaikat?”

Malaikat menjawab, “LIM............................BAD!”

(Berdasarkan posting: Wasito Djati Pribadi)



Alkisah Di Suatu RS Jiwa..
Seorang dokter melihat salah seorang pasiennya yang memasukkan sebutir pil ke dalam kopi yang sedang dia seduh itu....

Dokter : “Apa yg kamu masukkan ke dalam kopi itu??”

Pasien : “Panadol Dok.. ”

Dokter : “Untuk apa??”

Pasien : “Supaya kopinya cepet dingin, dikasih obat penurun panas....”

Dokter : “Kalo itu, apa yang sedang kamu giles-giles?”

Pasien : “Oooh, ini antimo buat kencan ntar malam sama cewek yang di kamar sebelah”

Dokter : “Haaahh..apa hubungannya dengan antimo..???”

Pasien : “Yailah Dokter.. gitu aja kagak ngarti. Sebelum kencan, burung saya ditaburi dulu dengan antimo ini Doook...”

Dokter : “Lho buat apa...???” (bingungdotcom)

Pasien : “Biar gak cepet muntah lah Dok.... Saya emang gila tapi gak bego kayak Dokter”

(Berdasarkan posting: Wasito Djati Pribadi)



MASUK SURGA

Pak Guru : "Anak-anak, siapa yg mau masuk surga?"

Murid2 : "Saya Pak guruuuuu..!!!"

(semua menjawab dengan kompak dan lantang ..
tetapi Udin hanya diam saja. Kepalanya disandarkan ke meja, sambil menahan kantuk).

Pak Guru : "Yang mau masuk surga berdiri...!"

Semua murid langsung serentak berdiri.....tapi Udin tetep saja cuek.
Melihat Udin yang cuek, Pak Guru lalu bertanya.

Pak Guru : "Din.., kamu tidak mau masuk surga, apa?"

Udin : "Mau donk, Pak ..!!"

Pak Guru : "Tapi kenapa kamu tidak berdiri?"

Udin nyeplos polos, "Emangnya udah mau berangkat sekarang ya, Pak ?"


(Berdasarkan posting: Wasito Djati Pribadi)



LIMA ALASAN ASI LEBIH BAIK'


    Dalam mata pelajaran ilmu gizi, para siswa sebuah Sekolah Menengah Umum diminta untuk menyebutkan lima alasan mengapa air susu ibu (ASI) jauh lebih baik daripada susu kaleng.
    Seorang siswa menulis sebagai berikut:
    1. Lebih cepat dihidangkan.
    2. Lebih bersih.
    3. Lebih aman karena tak terjangkau kucing.
    4. Lebih gampang ditangani bila mengadakan perjalanan jauh.
    5. Disimpan dalam kemasan yang menarik.


(Berdasarkan posting: Sudi Purwono Baru)



PENCERAHAN BATIN

“Guru, ajarkan pada saya jalan yang termudah untuk mencapai pencerahan batin,” ujar murid di suatu sore yang terang dan bersih.
“Jika lapar makanlah, jika haus minumlah dan jika mengantuk tidurlah.”
Murid terhenyak mendengar itu, “Oh! Bukankah itu yang saya lakukan setiap hari, setiap saat?”
“Mungkin tidak,” jawab Guru, “Selagi makan, biasanya pikiranmu sibuk dengan penyesalan masa lalumu sehingga itu membuat engkau tidak benar-benar makan. Selagi minum, engkau dipenuhi dengan kegelisahan akan hari esok, itu juga membuatmu tidak benar-benar minum. Selagi tidurpun benakmu dipenuhi bayangan-bayangan ketakutan akan apa yang akan terjadi keesokan harinya, jadi engkau tidak benar-benar tidur!”


(Berdasarkan posting: Sudi Purwono Baru)

Continue Reading | comments

Tiga Dongeng dari Sunardian Wirodono

Sunardian Wirodono

Satu
DONGENG PAGI TENTANG JARUM JAM | Alkisah, adalah seorang pembuat jam tangan yang hendak bereksperimen. Ia pun kemudian berdialog dengan jarum jam yang sedang dibuatnya.
"Hai jarum, adakah engkau sanggup berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"
"Haaaaaaaaaaaah? What? Tigapuluhsatu juta seratusempat ribu kali? Harus bergerak sebanyak itu? Setahun? Oh, my Godness!" begitu teriak jarum jam yang (ternyata) punya God itu.
"Hmmm,..."
"Mana mungkin aku sanggup? Ogah, ah! Aku gak akan mungkin bisa melakukan itu,... Kau boleh minta tolong Sengman, atau Dipo, atau Bunda Puteri, mungkin mereka lebih bisa ngatur-ngatur,..."
"Ya sudah, okhelah khalow bheghetow!" tukang jam rada genit, "bagaimana kalau 86,400 kali saja dalam sehari?"
"Delapanpuluhenam ribu empatratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini? Ogah! Aku gak akan sanggup,..."
"Hmmm, okhelah khal,..."
"Stop latah! Kamu mau minta aku harus berdetak berdetak 3.600 kali dalam satu jam? Masih terlalu banyak! Aku tidak mungkin mampu berdetak 3.600 kali selama satu jam saja, meski ada lagunya, satuu jam saaaja,...!"
"Hmm, garing!"
Dengan penuh kesabaran, tukang jam kemudian ngomong pada jarum jam yang peragu itu, "Baiklah, my love! Sanggupkah kamu berdetak satu kali dalam setiap detik?"
"Nhaaaa, ini baru logis. Okelah kalau begitu. Aku sanggup!" jarum jam suka cita menerima gagasan itu, "Aku pasti bisa untuk berdetak satu kali setiap detik!"
Maka, setelah selesai dibuat, jarum jam itu berdetak satu kali setiap detik. Hinggaaa, tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu, jam demi jam terus beranjak, hari demi hari terus bergonta-ganti seolah tanpa kepribadian, sebentar kemarin hari Minggu, sekarang sudah Senin, esok Kamis, Sabtu lagi, eh beberapa hari kemudian sudah akan Selasa, Jumat, Rabu, Minggu lagi, akhirnya,...
Setahun sudah berlalu. Dan ia terus bergerak, berdetak setiap detik. Ia terus berdetak tanpa henti. Dan itu berarti, ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali dalam setahun, atau ia juga telah berdetak 86.400 kali dalam sehari, bahkan ia juga telah berdetak 3.600 kali dalam satu jam.
Capaian yang telah dilampauinya, tidak sebagaimana yang disangsikannya sendiri, ketika ia menolak angka-angka itu disodorkan padanya,... Bahwa perjalanan ribuan mil, kata Lao Tze, dimulai dari satu langkah pertama, barulah kemudian langkah kedua, ketiga, dan seterusnya.

Dua
DONGENG SIANG SERULING SAKTI | Jangan percaya pada dunia maya, begitu nasehat Polisi. Karena katanya, dunia maya penuh tipu-daya. Waduh, terus percaya siapa dong? Dunia nyata? Dunia nyata yang mana? Emang ada berapa dunia nyata? Banyak sih, ada dunia nyata rekaan, nyata palsu, dan nyata-nyata ngibul. Itu susahnya.
Tapi, bagai seorang pendekar, kenyataan harus dihadapi. Maka, setelah lolos ikut konvensi, eh, mondok ding, di perguruan silat awang-uwung, ia harus turun gunung. Mengabdikan ilmunya. Orasi di kampus-kampus, kan KPU tak bisa menudingnya kampanye diam-diam, wong kegiatan akademik.
Oleh gurunya, ia dibekali sebuah seruling sakti. Jika nyawanya terancam, maka dia diminta meniup sulingnya. Memainkan lagu apa saja, asal bukan lagunya Rhoma Irama. Kenapa? Nanti kita tanya alasannya. Yang pasti, siapapun yang mendengar suara suling itu, tak akan kuat. Kupingnya akan berdarah, dan bisa mati berdiri dibuatnya.
Sekarang, yang penting, hup, begitu masuk ke rimba raya, pendekar kita kelelahan. Ia pun istirahat di bawah pohon beringin (yang ada grafiti; "ARB").
Rupanya pendekar kita tertidur, saking capek, laper dan ngantuknya. Ndilalahnya, makbedunduk, begitu terbangun seekor harimau menungguinya berjarak setengah meter.
Naluri kependekarannya, membuat pendekar kita sigap. Ia meraih serulingnya, dan dimainkan perlahan.
Satu lagu selesai, tambah satu lagu lagi, tapi sang harimau tak bergeming. Dan ketika lagu ketiga hendak dimainkan, sang harimau langsung menerkam sang pendekar.
Ketika persoalan ini menjadi urusan polisi, dan sang harimau tertangkap, dalam olah TKP diketahui sang harimau ternyata budeg alias tuli.
Ia dikenai pasal penganiayaan berat dengan menggunakan sajam.





Tiga
DONGENG MALAM RAJA YANG INGKAR JANJI | Syahdan menurut sahibul jamil, adalah seorang raja yang terusir dari kerajaannya, gara-gara pulang kemaleman. Maklum, sang raja ini anggota grup RTI (Raja Takut Isteri). Konon, ia dikutuk oleh isterinya, akan bisa bertahta kembali jika tidak termakan janjinya.
Maklum, raja ini suka banget berjanji. Di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, berjanji mulu kerjanya. Ketemu keong saja, ia juga berjanji mau membelikan mesin jet biar si keong kenceng jalannya. Tapi, tetap saja ia raja yang suka ngibul dan tidak menepati janji.
Nah, sebagai lelaki yang lemah syahwat (artinya tidak tahan dalam menahan nafsu syahwatnya), ia bersumpah; "Jika kutemu perempuan pertama, sipapun dia, akan kugauli dan kuanggap sebagai isteriku,..." Maklum, sudah beberapa waktu ia ngejomblo berat, padahal dulu kesehariannya, ditunggu isterinya yang berjumlah lebih dari 40. Rhoma dan Eyang Dubur pun kalah.
Hatta, demikianlah sang Rajasa yang ragu maju capres itu, sebagai pecundang sejati, tetap saja ia ingkar janji. Kenapa? Perempuan pertama yang ia jumpai ternyata seorang nenek-nenek, tuwek banget. Wuaduh, nenek-nenek? Tapi bukankah ia sudah berjanji?
Lagi-lagi, ia pun mencoba mengingkari janji. Diam-diam ia mengubah janjinya, dan akan dipenuhi dengan melihat berapa jumlah gigi sang perempuan tua itu. Ia akan memperlakukannya sebagai isteri, menggaulinya sebanyak jumlah gigi sang nenek.
Dan betapa senangnya, ketika ia tahu si nenek hanya bergigi se-biji acan. Berarti ia hanya berkewajiban menggauli satu kali saja (dan berkata dalam hati, ia akan mencoba mencari lagi, barangkali nanti ketemu dengan perempuan yang lebih muda dan cantik, dan giginya masih utuh-tuh).
“Nek,” kata sang Raja dengan bibir gemetar, “saya harus menggauli nenek,..."
"Ya, ayo, bergaullah,..." sahut sang nenek yang ternyata gaul juga.
"..., karena itu sudah menjadi janji saya. Nenek tahu, janji seorang pemimpin, adalah sabda yang harus ditepati."
"Aiyah, gedade, yang bener? Mentang-mentang mau 2014,..."
"Ijinkan saya akan menggauli nenek sebanyak gigi nenek punya,..."
"Jangan nak,” nenek mencoba berkilah, “nenek sudah tua. Tidak enak diapa-apain, swear!"
Tanpa memperdulikan kata-kata nenek, sang Raja pun langsung menggauli sang nenek. Mereka pun lantas saling bergaul.
Setelah selesai pergaulan, sang Raja langsung melarikan diri, sambil berkata, "Maafkan saya nek! Itu semuanya demi citra diri,..."
Nenek seketika itu juga, bangun, dan mengejar sang Raja sambil berteriak, “Nak,... Nak Raja! Jangan lari, lihat di dalam mulutku ini, masih ada dua gigi lagi, nih!"
Lagi-lagi sang raja ingkar janji. Kabuuuuuuur.



Continue Reading | comments

Dari Miss World Sampai Miss Komunikasi

Kartun Non-O


RAHASIA EHEM-EHEM



Di sela-sela rapat, seorang bos bertanya pada Wawan bawahannya, yang mukanya selalu terlihat riang gembira, cerah ceria.

“Wan, kenapa sih mukamu selalu terlihat riang, kaya gak pernah punya problem aja?” tanya si bos.

“Ooh, saya memang selalu riang, Pak. Hidup itu harus selalu disyukuri dan dinikmati. Hidup Cuma sekali Pak. Setiap malam saya selalu ‘dilayani’ wanita-wanita yang menyukai saya,” kata Wawan.

“Ooh, begitu, ya. Asyiik amat..Lalu apa rahasianya? Gimana sih caramu bisa mendapatkan semua itu dengan gampang, kasih tahu dong saya?” tanya si bos tanpa menyembunyikan rasa irinya pada Wawan.

“Begini Pak, gampang kok. Saya selalu memakai kode, kodenya cukup memberi suara ‘ehem, ehem’, pasti si wanita itu mengerti apa maksudnya,” jelas Wawan.

“Wah, kalau begitu, saya pengin niru kamu nih. Biar aku tes pada istriku dulu. Dia kan istriku, pastilah dia suka padaku, soalnya beberapa hari ini aku tidak ‘dilayani’ olehnya,” keluh Pak Bos.

Lalu pada malam harinya di rumah Pak Bos bersiap-siap di luar kamar tidurnya. Sementara istrinya di dalam kamar. Lalu Pak Bos mengeluarkan suara ‘ehem..ehem’. Tak lama kemudian dari dalam kamar terdengar suara istrinya,

“Eeh, dek Wawan sudah datang, silakan masuk dek Wawan…..”

Gedubragg..ada yang pingsan deh… 


(Berdasarkan posting: Wasito Djati Pribadi)



ISTRI TIDAK BEKERJA

Seorang suami mengeluh karena merasa capek setiap hari bekerja. Dia berkonsultasi pada seorang psikolog.

"Apa pekerjaan Pak Badrun?"

"Saya bekerja sebagai akuntan di sebuah bank."

"Istri Bapak?"

"Dia tidak bekerja. Ibu rumah tangga saja."

"Tiap pagi siapa yang menyediakan sarapan?"

"Istri saya, karena dia tidak bekerja."

"Jam berapa istri Pak Badrun bangun untuk menyediakan sarapan?"

"Jam 6 pagi dia bangun, karena sebelum membuat sarapan dia beres-beres rumah dulu."

"Anak-anak Pak Badrun ke sekolah bagaimana?"

"Karena istri saya tidak bekerja, dia yang mengantar anak ke sekolah."

"Habis mengantar anak, istri Bapak ngapain?"

"Pergi ke pasar, kemudian pulang untuk memasak dan beresin jemuran. Istri kan tidak bekerja."

"Petang hari selepas Pak Badrun pulang ke rumah, apa yang Bapak lakukan?"

"Beristirahat, karena seharian saya capek bekerja."

"Lalu apa yang istri Bapak lakukan?"

"Karena dia tidak bekerja, ya dia menyediakan makan malam, melayani anak-anak dan saya, membereskan sisa-sisa makanan, bersih-bersih lalu lanjut menidurkan anak-anak. Ya begitu tiap hari, karena dia tidak bekerja."

Berdasarkan cerita di atas, siapa sebenarnya yang lebih banyak bekerja?



(Berdasarkan posting: M Djoko Yuwono)
Continue Reading | comments

Antara Langit dan Bumi


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | comments

Infus Hati Nurani


Kartun Non-O S Purwono

Continue Reading | comments

Rileks Sejenak Bro...

Sunday, September 1, 2013


(Berdasarkan posting Peta Ariadi)

Continue Reading | comments

Jarak antara Bumi dan Langit

Kartun Non-O


Continue Reading | comments

Dongeng tentang Lili


Syahdan menurut sahibul fesbukiyah, adalah seorang gadis bernama Li-li. Ia menikah dan tinggal bersama suami beserta Ibu mertua. Li-li menyadari, bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya, dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Li-li sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Sebaliknya, Li-li juga dikritik terus-menerus.

Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-li dan Ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan bertambah buruk, karena berdasarkan tradisi Cina, Li-li harus taat kepada setiap permintaan sang mertua. Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu, mengakibatkan suami Li-li, yang miskin itu, dalam stress yang besar.
Akhirnya, Li-li tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi Ibu mertua. Dia memutuskan melakukan sesuatu. Li-li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, sang penjual jamu..
Li-li menceritakan apa yang dialaminya dan meminta agar Mr Huang dapat memberinya sejumlah racun, supaya semua kesulitannya selesai. Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum, “Li-li, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta.”
“Baik, saya akan melakukan apa saja yang Anda minta,” jawab Li-li.

Beberapa menit kemudian, Mr. Huang muncul dengan sekantong jamu. Dia memberikan pada Li-Li, “Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu, saya memberimu, sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh Ibu mertuamu. Setiap hari, masaklah daging babi atau ayam, dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dengan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”
Li-Li sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana pembunuhan terhadap ibu mertua. Minggu demi minggu berlalu, dan berbulan bulan berlalu, setiap hari Lili melayani Ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Li-Li ingat apa yang dikatakan Mr. Huang untuk menghindari kecurigaan. Li-Li mengendalikan emosinya, menaati Ibu mertua, Memperlakukannya seperti Ibu sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.

Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah. Li-li telah belajar mengendalikan emosinya begitu rupa, sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak mendebat sekalipun Ibu mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.
Sikap Ibu mertua terhadap Li-li pun berubah, dan dia mulai menyayangi Li-li seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya, bahwa Li-li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Li-li dan Ibu mertuanya sekarang berlaku seperti Ibu dan anak sungguhan. Suami Li-li sangat senang melihat apa yang telah terjadi.

Satu hari, Li-li datang menemui Mr. Huang, dan minta pertolongan lagi, “Mister Huang, tolonglah saya, untuk mencegah racun itu membunuh Ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi perempuan yang sangat baik, dan saya mengasihinya seperti Ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan,….”

“Jangan khawatir Li-li,” Mr. Huang tersenyum, “Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu, adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada, ialah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya,…” (Sunardian Wirodono)


Continue Reading | comments

Quo Vadis Tahun Politik?


Kartun Non-O

Kartun Non-O

Kartun Non-O

Continue Reading | comments

RR...Ruarrrrr Biasaaaa!


Kartun Gom Tobing

Continue Reading | comments

Kekanak-kanakan dan Anak yang Kedewasa-dewasaan


(www.1like4.me)

"Heran aku," keluh Darwin kepada Aspar, sahabatnya, "Sudah hampir limabelas tahun nikah tapi isteriku tidak juga berubah sifatnya. Ia masih saja kekanak-kanakan."
"Begitu? Memang apa yang diperbuatnya?" tanya Aspar.
"Ya, gitu, deh." sambung Darwin, "Setiap kali aku berendam di bathtub, isteriku selalu menyerobot masuk ke kamar mandi lalu menenggelamkan semua kapal-kapalanku..." (Sudi Purwono Baru)

                                                                          ***

Seseorang sedang menikmati hangatnya badan dengan sesloki wiski di sebuah kedai minum ketika tiba-tiba seorang yang terlihat seperti pendeta berseru lantang di kursi paling ujung.
"Tuhan akan murka, saudara-saudara! Kilat akan menyambar-nyambar dari langit," katanya seperti sedang berceramah, "Langit akan runtuh berkeping-keping, dengan ganasnya lidah api akan menerjang diiringi air bah mengamuk menenggelamkan kota. Demikian juga gunung berapi akan meletus menghamburkan lahar panasnya. Itulah, semua akan terjadi jika kalian tidak segera bertobat, wahai orang-orang berdosa. Oleh sebab itu sebelum kiamat benar-benar terjadi, segeralah bertobat dan hentikan kebiasaan minum minuman keras yang memabukkan itu."
Lelaki tadi segera bertanya, "Maaf, pak. Bisakah Anda memberi tahu pada saya, kapan semua itu akan terjadi? Apakah setelah atau sebelum kedai minum ini tutup?" (Sudi Purwono Baru)

(www.1like4.me)

(www.1like4.me)

(www.1like4.me)

(www.1like4.me)

(www.1like4.me)

Continue Reading | comments

Jumpalitan Politik dan Akrobat Isu


Kartun GM Sudarta (Kompas)


Kartun GM Sudarta (Kompas)

Kartun GM Sudarta (Kompas)

Kartun Non-O

Kartun Non-O

Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Parade Lingkar Kelakar

Kartun Non-O

Seorang usahawan berjalan menyeret kakinya pulang dan nyaris tak mampu mencapai kursi malas ketika ia terhenyak kehabisan tenaga. Isterinya dengan penuh kasih sayang membawakan minuman dingin dan menghiburnya.
"Kau kelihatan lelah sekali," kata isterinya. "Kau pasti mengalami hari yang berat tadi. Apa yang terjadi hingga kau begitu kelelahan?"
"Mengerikan sekali!" jawab sang suami, "Komputer rusak sehingga aku harus berpikir sendiri, mam!" (Sudi Purwono Baru)

                                                                             ***

Sebelum naik ke pesawat, satu pasangan pria-wanita tampak saling berpelukan dan berciuman serta menyatakan kesedihan akan perpisahan mereka. Akhirnya terdengar pengumuman agar semua penumpang segera naik pesawat. Pasangan ini berciuman untuk terakhir kalinya, lalu sambil sambil terisak-isak si wanita naik ke pesawat kemudian duduk di kursinya. Seorang wanita lanjut usia menyaksikan seluruh kejadian itu, berkata pada wanita muda yang masih bersedih itu, "Saya tahu persis perasaan Anda. Anda sedih sekali karena harus berpisah untuk sementara dengan suami Anda."
"Bukan begitu, bu," sahut wanita muda tadi, "Saya menangis justru karena sekarang saya harus kembali kepada suami saya." (Sudi Purwono Baru)

                                                                              ***

Seorang aktor kawakan coba menguji ketenarannya pada seorang gadis cantik yang dijumpainya di sebuah mall.
"Kamu pasti kenal saya, kan?" tanya sang aktor yakin.
Gadis itu cukup lama berpikir tanpa menjawab.
"Masak kamu tidak tahu, saya kan sering tampil di bioskop."
"Ooo..." seru si gadis muda itu dengan rasa bingung yang mulai reda. "Oom sering nonton di bioskop mana, ya?" (Sudi Purwono Baru)

                                                                             ***

Namanya adalah Susan Jamine Zulkifli. Dia baru saja dilantik sebagai Lurah di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta. Dari namanya tentu saja awak berpikir pastilah dia seorang perempuan.
Upps..Pemikiran awak selintas tentang dia adalah perempuan itu saja di masa sekarang, hmmm…Sepertinya sudah tak pantas lagi. Pemikiran seperti itu rasanya seolah kembali mundur bertahun-tahun. Karena, memangnya kenapa pula kalaulah dia benar seorang perempuan? Apakah anda meragukan potensinya karena gender tadi?

Apalagi jika awak mulai pula mengarah kepertanyaan, apa agamanya? Dan tak habis sampai disana, masih ada lagi pertanyaan, jika agamanya adalah A, aliran apa pula dia dari agama itu. Lalu, jika kemudian diketahui kalau ternyata dia beragama A dan dari aliran AB, masih ada lagi pertanyaan, dari agama, aliran dan sekte mana pula? Begitu seterusnya dan seterusnya.

Hingga kemudian akhirnya diketahuilah bahwa dia ternyata beragama A dan dari aliran AB, dengan sekte ABC, lalu ternyata dia jemaat dari ABCD, yang ternyata sama dengan awak. Barulah kemudian awak bersedia bersalaman dengannya dan menerima dia. Bah! Hehehe..Repot amat awak, yah?
Syahdan, ada salah satu dari banyaknya kisah tentang Nasruddin Hoja, seorang Sufi yang konon hidup pada abad ke 14, yang kisah-kisahnya telah mendunia dan di bukukan di berbagai bahasa, seolah menjawab pertanyaan awak tadi.

Pagi itu Nasruddin dan seorang sahabatnya sedang berada di sebuah pasar yang ramai dan hiruk pikuk. Lalu sahabatnya mengatakan. “Mengapa tidak dibikin saja sebuah aturan oleh penguasa, bahwa jika berjalan di pasar, haruslah berjalan ke satu arah yang sama.” Nasruddin menjawab,”Jika semua berjalan di satu arah. Maka dunia akan miring, karena dunia menjadi berat sebelah.”
Keselarasan tercipta bukan melalui penyeragaman, melainkan justru karena kemajemukan.
Para pemikir dari tanah air tercinta ini telah menyadarinya di masa silam dengan membidani kelahiran Pancasila bagi kita semua. Maka, siapakah awak ini hingga berani mengusik dan menggelitik-gelitiknya, dengan berbagai pemikiran yang mundur kebelakang jaman?
Menyadari itu, kini awakpun putar setir untuk kembali maju melangkah sambil berteriak,”Susan Jamine Zulkifli, aku mendukung dan memberi kesempatan sebesar-besarnya buatmu untuk kau buktikan. Silahkan!” (GÕm Tobing)


Gbr Ribut Mardiyanto

Continue Reading | comments

Dari Tes Keperawanan hingga Hukum Gantung



Kartun Non-O S Purwono

EMPAT CARA TES KEPERAWANAN

Seseorang masih perawan atau tidak bisa dilihat dari empat hal berikut ini:

1. Cara berjalan: jika seorang wanita berjalan menggendong bayi sambil menyusui bayi itu, dapat dipastikan dia sudah tidak perawan lagi.

2. Bentuk tubuh: jika ada wanita berjalan dengan perut membesar karena hamil, pasti dia tidak perawan lagi.

3. Bentuk leher: ini sedikit perlu perhatian agak jeli. Perhatikan baik-baik lehernya. Jika ada tonjolannya ke depan bisa dipastikan dia tidak perawan. Bisa jadi dia perjaka.

4. Namanya: jika ada seseorang bernama Bambang, Susilo, Djoko, bisa dipastikan tidak perawan.
Di tingkat nasional dulu rakyat bosan dan kesal dengan gaya kepemimpinan orang bisu, sengit, tidak komunikatif. Maka, ketika muncul antigone yang lihai, licin, pandai, ganteng, serta pandai “bersolek” di depan cermin publik, maka rakyat terkesima dan kontan menjadikannya antidote atas “racun” yang pernah mereka telan, tanpa daya kritis cukup. Rakyat berharap dia Ratu Adil yang memberi kemakmuran gratis.

 (M Djoko Yuwono)


HUKUM KORUPSI DI DUNIA

1. Di Cina ditembak mati
2. Di Malaysia digantung
3. Di Arab dipotong lehernya
4. Di Islam dipotong tangannya
5. Di Indonesia dipotong masa tahanan....

Dirgahayu Indonesia!





(Wasito Djati Pribadi)


Continue Reading | comments

Komedi Manusia


"Harga Diri" karya GM Sudarta (Acrylic on Canvas)

Continue Reading | comments

Budaya Kampungan: Mudah Terkesima

M Djoko Yuwono

Oleh Ki Jenggung


KEBIASAAN atau secara lebay bisa disebut sebagai budaya kita yang kampungan adalah gampang terkesima. Kalau Anda berbeda dengan yang lain, gokil atau ‘gila’, berani berbuat aneh di depan publik tanpa rasa malu, tanpa perhitungan etika atau intelektualitas, maka Anda dapat terpilih menjadi pesohor, selebritas. Langkah selanjutnya dengan popularitas itu Anda dapat meraih prestasi atau tataran tak terduga. Bisa menjadi pemimpin atau kaya mendadak tak peduli kapasitas atau kompetensi Anda itu seperti apa.

Budaya yang memalukan ini seolah menjadi garis bawah mentalitas peminta-minta, inlanders, oportunis sejak dulu. Jangan marah. Ada nenek moyang suku di Indonesia mengajarkan konsep Ratu Adil, yang ditafsirkan secara sederhana sebagai seorang penguasa, pemimpin yang dianggap dapat memakmurkan kita tanpa kita berbuat apa-apa asal loyal pada si Ratu. Sedangkan nenek moyang suku lain mengedepankan usaha mandiri, merdeka dari pengaruh kekuasaan.

Bila kita kecewa dengan seorang pemimpin, kita akan cari antagonisnya, dengan keyakinan orang baru ini akan jadi Ratu Adil. Tokoh ini akan cepat mendapatkan epigone dengan kualitas seadanya, sebab ada kelompok lain yang terkesima dengan si epigone alias “barang palsu” ini. Mochtar Lubis menengarai orang Indonesia itu suka sesuatu yang palsu asal mirip aslinya.

Seorang walikota dari pedalaman dianggap berhasil memimpin daerahnya, lalu terpilih menjadi gubernur di Kotaraja. Gayanya tidak biasa, membuat rakyat terkesima sebab belum melihat gagrak kepemimpinan seperti itu. Resepnya dianggap ampuh untuk menjadi Ratu Adil yang mengandung harapan menjadi sinterklas juga. Setelan baju gubernur yang belum komplet dipakainya, dipaksa-paksa, diojok-ojokin, dioyog-oyog, untuk segera ganti baju presiden. Jelas salah ukurannya, baik secara fisik maupun idealistiknya. Kenapa tidak dibiarkan dia bekerja hingga akhir?

Ini karena budaya terkesima tadi. Kontan para impostors memanfaatkan orang mirip dia untuk tujuan komersial belaka. Gilanya si epigone ditawari jabatan minor di daerah hanya karena punya muka mirip dengan si gubernur. Rakyat mengira wajahlah memberi tuah, bukan etos atau gaya maupun daya kerjanya.

Continue Reading | comments

Negeri yang Membutuhkan Kendali


Kartun Joko Luwarso


Kartun Richard Brookes

Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger