<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Mengapa Kelucuan Pelawak Tak Bertahan Lama?

Tuesday, September 30, 2014


Oleh Odios Arminto

Jawabnya cuma satu: manajemen. Manajemen apa? Manajemen semua yang terkait dengan diri sang pelawak itu sendiri.

Sebelum ke mana-mana, mari kita “bedah” dulu bagaimana sebuah acara di TV terjadi? Pertama, dimulai dari brainstorming di internal produser atau dengan pihak rekanan (rumah produksi). Mereka berdiskusi dan berdebat seru tentang sebuah acara baru (berbasis humor) yang akan diajukan ke manager produksi (tiap TV kadang punya istilah yang berbeda-beda). Pihak yang mengajukan acara selain harus mempresentasikan dengan gamblang dan lengkap, juga harus menyertakan proposal berikut kalkulasi selling point yang diyakini kuat dan dapat “diterawang” secara instingtif maupun nalar logika umum.

Kedua, anggap saja tahapan pertama berlangsung mulus. Manajer produksi lalu menghadap pimpinan tertinggi yang juga dihadiri direktur produksi, direktur keuangan, direktur marketing dst dst. Dalam forum ini, tidak selalu manajer produksi menjumpai jalan yang lancar alias mulus; adakalanya ia mendapat sergapan berbagai pertanyaan dan “ujian” terkait dengan masa depan dan survival acara tersebut. Manajer produksi yang telah memiliki rekam jejak “hoki” bagus dan acara-acara yang lahir dari rekomendasinya menghasilkan rating yang aduhai, biasanya lebih banyak mulusnya ketimbang yang belum pernah “berprestasi” sama sekali.

Ketiga, setelah tahap-tahap krusial terlewati, sampailah pada tahapan pra-produksi. Dalam fase ini, pihak produser dibantu sutradara (dari pihak TV) fokus untuk pengadaan naskah (outline story) terlebih dulu. Naskah sudah oke, lalu ke tahap berikutnya: yaitu bedah naskah, bedah setting, bedah property (plus handprop, jika diperlukan), kostum, kamera, perkiraan artis lawak utama/bintang tamu dan peralatan yang dibutuhkan lainnya. Khusus mengenai naskah selain dikawal oleh penulis naskah, lazimnya juga dibantu dua atau tiga orang tenaga kreatif. Tugasnya memberikan masukan “lelucon” pada tiap peluang yang ada pada teks naskah atau penampilan sang pelawak.

Keempat, tahapan produksi. Sutradara didampingi tim kreatif, memberikan brifing (taklimat) pada semua pemain, baik utama maupun bintang tamu. Bagaimana alur cerita, bagaimana konflik harus dibangun, bagaimana karakter dipertahankan, bagaimana menyiasati peluang-peluang spontanitas, dst dst. Taklimat bisa berlangsung antara 15 menit sampai dengan 30 menit. Tanya jawab dan diskusi masih bisa dimungkinkan antara pemain dan sutradara. Tim kreatif terus menempel pada pemain dan memberikan bisikan-bisikan lelucon konstruktif yang bisa dimanfaatkan para pemain. O ya, seminggu atau beberapa hari sebelumnya, semua pemain telah mendapatkan naskah outline untuk dipelajari lebih dahulu. Sementara itu, di studio, setting, tata lampu, kamera, kru, penonton dan alat perekam telah siap dan terbangun. Usai make up dan memakai kostum, para pemain dipandu untuk tampil di sesi pengambilan gambar (tapping).

Kelima, bila acara itu live (langsung), para pemirsa di rumah langsung dapat menikmati lewat TV masing-masing. Namun bila acara itu siaran tunda, maka hasil rekaman itu harus melewati penyelarasan gambar, grafis, audio, pariwara dan sebagainya di ruang post production. Materi ditayangkan sesuai giliran dan jadwal yang telah ditentukan.
Hampir di semua TV, proses produksi yang terjadi di balik layar, sangat variatif. Ada yang lancar, ada yang tersendat-sendat ada pula yang lemot luar biasa. Ada yang terjadi karena masalah teknis, peralatan; ada pula yang terjadi karena ketidakdisiplinnya para artis/bintang tamu pendukung: datang terlambat, dsb dsb.

Mengapa para artis (lawak atau bintang tamu) datang terlambat? Biasa, mereka kan juga harus mengakomodasi permintaan tampil atau main di TV lain. Kadang jika sang artis begitu laris luar biasa, ia bisa tidak pernah sempat tidur, istirahat, apalagi belajar atau baca-baca. Seakan sehari semalam full time terisi acara. Itu salah satu karakter industri budaya di pertelevisian kita.
Demi rating bagus, semua (pihak artis maupun TV) sama-sama takut kehilangan momentum. Mereka bekerja sekeras-kerasnya siang dan malam.

Pertanyaan, mengapa kelucuan pelawak tak bertahan lama? Mudah bagi Anda menjawabnya, bukan? Andai pelawak mengelola waktunya dengan smooth: kapan istirahat, kapan bekerja, kapan belajar, kapan mencari tantangan baru, kapan rekreasi, kapan diskusi dengan teman atau sahabat, kapan bercengkerama dengan keluarga, niscaya pertanyaan seperti judul di atas tak berlaku lagi.

Catatan:
Di beberapa Negara maju, setiap komedian professional selalu memiliki tim kreatif pribadi atau staf yang bertugas melakukan riset bahan, menulis joke baru setiap harinya dan men-support materi kreatif yang berdaya saing.

Odios Arminto adalah kartunis, humoris dan penulis
Continue Reading | comments

Oh Pak Beye....


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Kaos Beribu Jarum

Sunday, September 28, 2014

Prie GS

Di masa kecil saya, di saat papan, pangan dan pakaian masih sulit dan mahal, saya memikiki kaos kesayangan, satu-satunya kaos terbaik yang saya
punya. Suatu kali, ketika sedang memakai kaos ini, saya keliru mencari teman bermain, yakni teman yang lebih tua dan bukan seangkatan saya. Kami bermain gulat dan perang-perangan. Saya lupa detailnya, tetapi permainan itu memanas, walaupun statusnya masih bercanda tetapi secara faktual kami telah berkelahi dalam pengertian sebenarnya.
Seorang anak benar-benar menempatkan saya sebagai target. Saya ditelikung dan kos saya dilepas paksa. Walau keadaan memang telah memanas, saya masih berharap, bahwa sesungguhnya kami masih bercanda. Dan pelepasan kaos ini hanyalah bahwa tanda akhir dari permainan dan kami kembali berteman. Dugaan saya keliru. Anak itu menenteng kaos saya menuju sebuah semak tempat tanaman sejenis ilalang dengan bunga, atau mungkin buah serupa jarum.
Kami orang-orang desa akrap dengan tanaman jarum ini, karena itulah jarum yang senantiasa menancap di pakaian kami ketika semak itu kami lewati. Hanya lewat tak sengaja, jarum-jarum itu telah sengit menancapi pakaian kami dan butuh waktu ekstra untuk membersihkannya. Dan anak itu, tak cuma melewati semak ini tetapi menyabetkan kaos ke semak ini. Saya berteriak sekuat tenaga untuk mencegah. Dengan teriakan yang nyaris kehilangan suara itu, saya kira akan cukup menghentikan aksinya. Dan saya salah. Anak itu terus melampiaskan amarahnya sedemikian rupa. Kaos saya dihajar sedemikian lupa sampai serupa gumpalan handuk berduri. Saya bukan cuma kehilangan suara, tetapi juga hampir kehilangan kesadaran. Anak itu menyerahkan kaos ini sambil
menyeringai puas. Saya melangkah pulang sambil bibir saya bergerak hebat tanpa pernah saya gerakkan. Itulah tanda-tanda kemarahan hebat, sekaligus ketidak berdayaan hebat. Kami sekeluarga berkerumunan untuk mencabuti ribuan duri ini. Tapi percuma. Kaos ini terlalu hancur untuk bisa diselamatkan.
Ini adalah salah satu pengalaman kelam yang terpatri dalam ingatan.pelajarannya adalah betapa fana apa yang disebut barang kesayangan itu. Suatu kali, suka atau terpaksa harus dilepaskan. Berat melepas barang kesayangan, tetapi lepas adalah keniscayaan. Kedua, mewaspadai perkembangan persoalan, bahwa permainan paling menyenangkan pun bisa berubah jadi pertengkaran. Ketiga,
mewaspadai bahwa ada potensi permusuhan di dalam pertemanan dan ada naluri berteman di dalam permusuhan.
Continue Reading | comments

Kabar Baik buat Para Mahasiswa, Peneliti, dan Peminat Studi Humor



Oleh Odios Arminto


Humor itu energi budaya. Keberadaannya dirasakan umat manusia di seluruh jagad raya. Ia menyelinap, mengendap-endap dan menyatu ke dalam urat nadi tradisi dan kehidupan manusia. Terekspresi dalam kehidupan sehari-hari. Dirasakan manfaatnya oleh kita semua.
Dalam ungkapan yang lain, humor menembus fungsi ke seluruh bidang yang mau mengakomodasinya. Sehingga tak pelak, ia dapat dikaji dengan pendekatan multidisiplin ilmu dan multiprofesi.
Apa yang tak bisa diwacanakan humor? Dari filsafat, budaya, masalah sosial, politik, ekonomi, hingga bahkan agama. Hanya saja, humor yang asasinya bersifat netral dan tak berpretensi, dengan kepintaran manusia, ia dapat dijadikani senjata untuk kepentingan-kepentingan pragmatis sempit.
Fitrahnya, humor itu tak mengenal justifikasi SALAH dan BENAR, karena humor memang tidak perlu pembuktian. Hal terpenting yang diapresiasi dalam humor adalah LUCU dan TIDAK LUCU.  Di situlah martabat dan nilai “ideologi” humor dikaji, diapresiasi dan diperdebatkan; namun karena nilai-nilai sosial masyarakat berbeda-beda (etika), maka gesekan-gesekan persepsi bisa terjadi, sehingga estetika dasar harus mengalah pada dominasi etika.
Namanya humor, atau katakanlah atas nama humor, semua lalu dapat menjadi bahan humor (lelucon) itu sendiri. Dalam konteks inilah pentingnya humor dikaji dan diteliti. Mengapa humor di suatu tempat sangat diapresiasi bahkan dipuji, di tempat lain justru dicaci-maki. Mengapa orang terntentu merespon sebuah humor sambil ketawa riang gembira, sementara bagi orang lain justru membuatnya sangat tersinggung dan kemudian marah habis-habisan alias kebakaran jenggot.
Dalam konteks politik, apa yang ditulis Darminto M Sudarmo (dms), praktisi dan pengamat humor, dalam bukunya Humor untuk Orang-orang Terpelajar, ia menulis.

Humor Politik
Park Chung Hee, 1917-1979, bekas pemimpin diktator Korea Selatan, pernah mengatakan, “Seharusnya tidak ada sensor untuk humor; karena humor itu, ibarat perlawanan, sudah upaya paling akhir.”
Ketika kasus Watergate merebak di Amerika Serikat, karikatur tentang Presiden Nixon muncul di hampir semua koran Amerika. Ada sebuah koran yang menggambarkan Nixon tampak sebagai tertuduh, namun di sisi lain, hakim, para juri, pembela, penuntut dan pengunjung sidang, semua berwajah dan bertampang Nixon. Begitu juga ketika Clinton tersenggol kasus yang mencemarkan nama baiknya; koran Amerika bersikap tak kalah edan-edanan.
Tetapi yang menarik, baik Nixon maupun Clinton sama-sama membuktikan bahwa mereka tidak pernah ribut soal dirinya yang jadi bulan-bulan humoris Amerika. Tak kurang lelucon yang benar-benar “gila” juga meramaikan udara segar negeri yang mengaku paling bisa memberikan jaminan bagi rakyatnya untuk berdemokrasi. Bagi demokrat sejati, bereaksi marah terhadap humor atau lelucon sama halnya bikin malu dirinya sendiri. Kriteria seseorang bisa disebut demokrat atau tidak, salah satunya bisa diukur dari mampu tidaknya ia menertawakan kekurangan, ketololan, kesialan dan ketidakjujuran dirinya sendiri.

Bukan rahasia lagi, humor selalu memposisikan diri pada semangat menelanjangi keagungan artifisial, keagungan yang pura-pura. Segala yang tidak jujur, yang dibikin-bikin, yang membodohi orang, bakal dibuka dan orang lain langsung tertawa; sebuah reaksi yang wajar dan manusiawi. Tetapi humor yang bertanggung jawab juga punya kesembodoan; ia tidak tergelincir pada fitnah dan penyerangan membabi buta yang biasanya mengabaikan estetika dan “akurasi”.
Untuk menghormati salah seorang yang pernah sangat populer dan menggegerkan di bumi Pertiwi tercinta ini, saya selaku penghimpun lelucon yang pernah beredar sangat santer di masyarakat memohon izin dan perkenanan kepada Paduka Yang Mulia Bapak “Pembangunan” kita yang tiada lain daripada Mister Soeharto, agar kiranya anak cucu daripada kita sekalian memperoleh intisari pelajaran daripada yang beliau telah pernah perbuat kepada negeri daripada yang kita cintai ini. Agar kiranya mereka, anak cucu daripada kita, bisa mengambil pelajaran berharga, kalau ada pelajarannya, dan menjadikan semua yang terjadi biarlah terjadi. Tiada dendam, tiada stigma ini-stigma itu, tiada pamirh demi keuntungan politik dan lain-lain daripada rakyat dan bangsa ini. Soeharto is Soeharto; however, he is a very brilliant political actor that we have ever seen. Mengapa ini perlu kita ketengahkan? Karena sebagian di antara Lelucon daripada Presiden etc! ini juga mengangkat masalah-masalah yang dikaitkan dengan nama daripada beliau. Selain daripada itu, buku ini juga memuat daripada lelucon presiden dari benua lain; pokoknya cukup bervariasi dan yang pasti, ramai!
Akhirnya, (demikian dms) sebagai kolektor lelucon, saya berharap Anda memperoleh sesuatu yang berguna; minimal untuk jadi bahan guyonan atau mungkin renungan; bagaimanapun humor adalah humor. Ia punya konteks realitas dan akurasi tersendiri, yaitu realitas dan akurasi humor. Bukan lainnya! 

Studi Humor di Indonesia
Kembali tentang studi humor. Ada anak bangsa ini, Danny Septriadi namanya, yang bermula dari minat dan kebutuhannya sendiri, ia mengoleksi satu dua buku baik terbitan dari dalam negeri maupun  dari luar negeri. Tahun demi tahun ia menambah koleksinya. Membaca dan mencermati isinya dengan lahap, tak terasa dalam bilangan sekian tahun, koleksinya sudah meledak sekitar 700-an buku dan media lain (CD, DVD) serta produk audiovisual lainnya. Menurut penuturannya, ke depan besar kemungkinan koleksinya bisa bertambah hingga 1000-an, bila buku-buku baru juga hadir dan menyemarakkan wacana perhumoran nasional/internasional.
Pertanyaannya,  untuk apa koleksi sebanyak itu? Apakah cukup ia hanya bermanfaat bagi Danny seorang? Ternyata tidak. Danny berharap, masyarakat luas, baik dari mahasiswa, peneliti, peminat multidisiplin ilmu, multiprofesi, dapat memetik manfaat dari buku itu.
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, ia bersama Darminto M Sudarmo dan Seno Gumira Ajidarma (tiga komisioner sableng) membuat perpustakaan maya atau rak buku random yang bisa diakses oleh masyarakat luas di ihik3.com. Ihik itu akronim dari Studi Humor Indonesia Kini. Mengapa ada angka 3 di belakang kata ihik.
Pertama, orang ketawa setidaknya berbunyi: ihik-ihik-ihik. Kalau  ketawa hanya berbunyi: ihik, bisa jadi ia bukan sedang ketawa, tapi justru sedang tersedak atau ada tulang ayam nyangkut di tenggorokannya. Kedua, angka 3 itu sebagai tanda ada tiga orang “sableng” yang nekad membuat kawasan studi sebuah ilmu penting tapi dinafikan atau belum dilirik oleh anak bangsa sendiri, jadi wajar kalau mereka dikatakan seperti orang yang kurang kerjaan saja. Tapi mereka berpendapat, sekarang studi humor memang belum nge-trend, tapi suatu saat nanti kalau masyarakat sudah tahu ada wahana untuk itu, pastilah everything will be going…. rush!
Bangsa hebat adalah bangsa yang memiliki kecerdasan dan rasa humor yang baik.

Odios Arminto adalah kartunis, humoris dan penulis.
Continue Reading | comments

Selingan Sekelebatan


Kartun M Najib

"Foto Selfie Sukaesih" by Pak Dhe Dwi


Continue Reading | comments

Etika, Tanggung jawab, dan Pekerjaan Rumah


Kartun GM Sudarta - Kompas


Kartun GM Sudarta - Kompas


Kartun Non-O


Kartun Non-O


Kartun Non-O


Kartun Non-O

Kartun Non-O


Continue Reading | comments

Demokrasi Sudah Almarhum


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | comments

Kenangan Pahit tentang Demokrasi


Kartun Wahyu Kokkang - Jawa Pos



Kartun Non-O

Kartun Non-O

Kartun Non-O

Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Yang Mudah dan yang Sulit

Saturday, September 13, 2014

Prie GS
Karena garis tangan sering disepadankan dengan nasib seseorang, maka saya tertarik mengamati dan malah memotret telapak tangan saya sendiri di suatu kali. Semakin diamati, semakin saya percaya bahwa anggapan itu ada benarnya. Bahwa garis tangan seseorang membeti gambaran jelas atas nasib seseorang. Setidaknya logika nasib, karena nasib ternyata juga punya logikanya.
Penjelasannya begini: nasib kita adalah hasil dari keputusan kita. Sementara keputusan kita adalah hasil dari sudut pandang kita. Telapak tangan sungguh memiliki daya akomodasi atas logika itu. Jika sudut pandang kita ruwet, garis di telapak tangan itu juga memiliki sisi ruwet. Lintang pukang, centang perenang. Artinya jika Anda memilih logika ruwet, kenyataan itu ada di tangan Anda. Jika tetangga membeli kulkas baru, kita boleh memandangnya dengan logika ruwet. Kita boleh mengusut darimana ia memperoleh uang. Jangan-jangan ia korupsi. Bagaimana mungkin tetangga itu bisa membeli kulkas empat pintu, itu pun bolak-balik, ada pintu depan dan pintu belakang. Untuk ukuran tetangga yang hanya pegawai rendah, kulkas itu terlalu modern.
Sungguh tak ada yang melarang kita untuk terus mengusut kulkas itu hingga ke ceruk terdalam. Sementara benda itu sesungguhbya hanya penyimpan dan pendingin sayuran, tetapi bagi logika yang ruwet ia bisa berarti macam-macam penafsiran. Ia tak sebatas alat pendingin tetapi juga alat untuk pemicu iri hati. Tetapi jika Anda ingin menempuh cara berpikir.sebaliknya, yakni cara yang ringkas dan sederhana, telapak tangan Anda, juga menyediakan pola serupa. Amatilah, di luar soal aneka garis yang centang perenang dan lintang pukang tadi, telapak tangan selalu memunculkan gurat yang dominan, yang jika diamati, gurat itu membentuk konfigurasi serupa huruf M. Artinya.mudah saja, berilah arti sesuka kepentingan Anda yang penting bermanfaat hasilnya.
Kalau Anda seorang pengusaha, artikan saja huruf M itu sebagai Makmur. Dengan logika ini, sudut pandang Anda tentang segala sesuatu akan mengikuti alur itu. Maka jika Anda melihat tetangga membeli kulkas empat pintu dengan pintu depan dan pintu belakang, Anda malah melihat peluang
baru, yakni peliang untuk menjual kulkas modifikasi enam pintu dengan dua pintu tambahan atas bawah. Ini sungguh belum pernah ada.
Katimbang mengusut dari mana tetangga itu mendapatkan uangnya, Anda lebih tergerak untuk menangkap peluang apa yang bisa dimanfaatkan darinya. Jika Anda masih memakai
logika.rinvkas sementara Anda adalah seorang religius, huruf M tadi bisa saja Anda artikan sebagai Mati. Jadi setiap melihat seseorang membeli sesuatu, cuma akan menambah kekhusyukan
ibadah Anda karena hanya akan mengingatkan tentang mati.
Begitukah isyarat telapak tangan dan pengaruhnya atas nasib kita. Ia ternyata adalah gambaran metode berpikir. Mau berpikir model ruwet dan model sederhana, semua tersedia.
Continue Reading | comments

Akrobat Keramat


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Hak Rakyat Terancam Hilang


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | comments

Pilkada Idol


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Harta Rakyat Terakhir

Kartun Djoko Susilo - Suara Merdeka

Continue Reading | comments

Keqi Struktural Sistematis dan Masif


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Urusan Presiden Berikutnya


Kartun GM Sudarta - Kompas

Continue Reading | comments

Azas Kesepadanan

Prie GS
Sampai hari ini, saya masih setengah takjub bahwa Jokowi adalah seorang presiden. Ini bukan soal aliran politik, tetapi soal keterkejutan instinktif. Sesuatu yang datang dari arah yang tak disangka-sangka memang selalu mengejutkan. Walau saya tidak mewakili seluruh keterkejutan tetapi soal ini rasanya saya tak sendiri.
Saat itu, di ruang transit sebuah televisi di Jakarta, saya bertemu seorang politikus, yang juga sahabat Jokowi, juga sedang merasakan sensasi serupa. Setengah tak percaya, setengah kagum, setengah geli. Itupun dalam konteks saat Jokowi baru hendak maju sebagai calon Gubernur DKI. Politikus ini secara formal pendukung Jokowi, tetapi secara naluriah sulit membayangkan bahwa gubernur DKI kelak adalah Jokowi. Jadi untuk kursi
gubernur saja, tak dibayangkan, apalagi untuk jabatan presiden. Sang politikus itu rasanya juga tak sendiri, karena kami dan sejumlah rekan di ruangan itu, seperti sedang mengimajinasikan soal
yang sama.
Tetapi apa yang terjadi? Gubernur DKI itu akhirnya adalah seorang Jokowi. Imajinasi kami, saya terutama, keliru. Sekali lagi ini juga bukan kekeliruan politis. Ini kekeliruan instinktif. Seperti ketika saya masuk rumah makan ayam goreng tekenal, tetapi setelah di dalam, baru sadar bahwa rumah makan ini juga menyediakan gado-gado. Saya iseng mencobanya dan apa yang terjadi? Enak sekali. Kini jika ingin gado-gado, ke rumah makan khusus ayam goreng inilah saya menuju. Itulah yang saya sebut kaget instinktif.
Rasa kaget itu saya kira juga melanda Fauzi Bowo, Foke, saat harus kalah oleh Jokowi. Untuk ini saya malah butuh mengujinya sendiri. Pasca pilgub DKI itu saya mendatangi rumahnya. Bersama serombongan kru Prie GS Show, acara saya di sebuah televisi kabel, saya wawancarai Foke dari hati ke hati. Tidak terlalu terbuka, tetapi terasa, betapa hasil akhir itu mengejutkan.
Tapi inilah hebatnya, menurut saya indikasi kaget itu bukan cuma milik Foke dan kami, tetapi juga Jokowi sendiri. Untuk duduk sebagai Gubernur DKI saja ia pasti tak membayangkan apalagi sebagai Presiden NKRI. Itulah kenapa ungkapan copras-capres yang terkenal itu, ia lontarkan sebagi bagian dari ketidakterdugaan yang bahkan bisa muncul dari dirinya sendiri. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Jokowi telah digariskan menjadi bagian dari sejarah besar negeri ini. Ia yang tak disangka-sangka itu kini ada di puncak sana. Inilah yang mendebarkan: rasa kaget itu, agar berubah benar-benar menjadi kegembiraan, harus bermuatan azas kesepadanan. Karena lihatlah sederetan tugas kebangsaan itu: bahkan belum pula dilantik, pemerintahan baru sudah harus memecahkan dilema BBM yang kusut itu. Seluruh kekusutan ini membutuhkan kepemimpinan, yang tak peduli kedatangannya mengagetkan, tetapi hasil akhirnya sepadan. Ini harapan.

Continue Reading | comments

Bergerak Serentak Menerjang Terjang


Kartun Non-O

Continue Reading | comments

Berantas Mafia


Kartun Jitet Koestana - Kompas

Continue Reading | comments

MULA KALA BUMI DAN MANUSIA TERCIPTA


BBM Naik - Kartun M, Najib
Oleh Sunardian Wirodono

Pada awalnya adalah sebuah telur kosmik, yang berada di kekosongan tanpa waktu, berisikan sebuah kekuatan Yin dan Yang. Demikian awal dongeng bagaimana dunia dan manusia diciptakan dalam versi China. Kapan waktunya? Entah.
Syahdan, setelah beribu-ribu tahun kemudian, mahluk yang pertama muncul bernama Pangu. Bentuknya seperti apa? Tak bisa dideskripsikan. Hanya diceritakan kemudian, kekuatan Yin yang lebih berat, menciptakan bumi. Sedangkan kekuatan Yang, yang lebih ringan, menciptakan langit.
Setelah Pangu tumbuh secara terus menerus, 10 kaki perhari selama 18 ribu tahun (bayangkan seperti daging tumbuh dilihat dengan mikroskop dan percepatan 1000 kali), pekerjaannya selesai.
Dan dengan sederhana, ia meninggal.
Bagiann-bagiannya (dalam proses penciptaan itu) berubah menjadi elemen-elemen di alam semesta ini. Menjadi seperti binatang, fenomena alam, petir, matahari, bulan, gunung, sungai, bintang, dan sebagainya.
Entah darimana datangnya, adalah Dewi Nuwa, yang wajahnya konon mirip Angelina Jolie waktu umur 28 tahun (kalau nggak percaya tanyalah pada penuis dongeng), mondar-mandir ke angkasa raya. Bisa jadi waktu itu belum ada gravitasi, apalagi gratifikasi. Belum pula ada video bokep dan path, yang membuat sang dewi kesepian.
Sebagaimana kesepian di mana-mana pun yang menciptakan keisengan, Dewi Nuwa kemudian bermain-main di sebuah tempat yang berbentuk seperti sungai dengan warna seperti warna kuning, karenanya disebutlah tempat itu Sungai Kuning.
Hatta, dalam bermain-main itu, ia merasa senang bisa membuat mainan yang bentuknya seperti manusia sekarang ini.
Ia merasa senang dengan manusia pertama ciptaannya, namun dirasa proses pembuatannya memakan waktu lama. Setelah melakukan kegiatan seperti riset laboratorium, Dewi Nuwa menjumput benda seperti lumpur di dasar tempat yang seperti sungai itu. Dengan itu, ia menetes-neteskannya ke tanah.
Ajaib, tetesan lumpur itu menjelma menjadi manusia. Gampang dan cepet banget. Itulah mungkin, negara China alias Tiongkok itu begitu mudah melahirkan manusia. Hngga kemudian menjadi negeri dengan penduduk terbesar di dunia. Dan merepotkan Amerika, juga Indonesia, dengan gelontoran produk-produk mereka.
Moral dongeng: Jangan main-main dengan lumpur. Nanti program KB bisa gagal.
Continue Reading | comments

Salma dan Orang Ketiga


Kartun Ahmad Antawirya

Continue Reading | comments

Salma dan Jambret Jelek


Kartun Ahmad Antawirya

Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger