Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) - RG |
"Orang Yang Berada Di Surga Adalah Orang Yang
Mencari Tuhan.." [Think Different Ala Cak Nun]
Emha Ainun Nadjib atau biasa disebut
Cak Nun adalah seorang ulama atau kyai yang punya pemikiran-pemikiran nggak umum,
kadang kontroversial, berbeda dari kebanyakan ustadzzzz. Tapi tentu saja
pemikirannya sangat masuk akal, brilian, otentik dan bisa dipertanggungjawabkan
. Ulasan di bawah ini adalah beberapa dari banyak sekali pemikiran beliau yang
saya anggap sangat dahsyat untuk bahan renungan dan pembelajaran.
Ingat : Tulisan ini khusus untuk
para gentho yang sedang berproses mencari kebenaran Tuhan. Sing ngaku alim atau
ahli ibadah minggir dulu, menengo disik, gak usah komen. Jangan berharap ada
dalil-dalil dari Syekh Zulkifli Jabal Syueb Sanusi (embuh sopo iku).
----------------------------------------------------------------------
Beberapa tahun belakangan marak
'sedekah ajaib' yang sering digiatkan oleh seorang ustad 'nganu'. Cak Nun
mengingatkan, "Sedekah itu dalam rangka bersyukur, berbagi rejeki bukan
dalam rangka mencari rejeki. Kalau anda mengharapkan kembalian berlipa-lipat
dari sedekah, itu bukan sedekah..tapi dagang!"
Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.
Kalau menyedekahkan uang, sepeda
motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun..kasih saja..titik! Setelah itu
jangan berharap apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda
tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan
sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus tapi janji Tuhan jangan dijanjikan
oleh manusia..!
Banyak orang beribadah yang masih
salah niat. Naik haji biar dagangannya lebih laris. Shalat Duha biar diterima
jadi PNS. Ibadah itu dalam rangka bersyukur..titik!. Menangislah pada Tuhan
tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam shalatnya menangis tapi sebenarnya
itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu
kecenderungan untuk dirinya tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya :
orang tua, anak, istri, saudara, sahabat dan seterusnya.
Ada seorang pedagang miskin yang
daganganya nggak laku, dia sabar dan ikhlas : "kalau memang saya pantasnya
miskin , dagangan saya nggak laku..saya ikhlas..manut...yang penting Tuhan
ridha sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh
Tuhan dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.
Tapi kalau kita yang ditimpa sial,
dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek : "Ya Tuhan kenapa saya kok
miskin, dagangan nggak laku, gak iso tuku montor....aku salah opo
se..!???" Waaahh...malaikat langsung gregetan, njundu raimu :
"Ohhh..cengeng koen iku!!!"
Iman seseorang memang tidak bisa
distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda . Makanya
kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya
panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya nggerundel,
gak ihklas , “matane…!”
Cak Nun mengingatkan, usahakan
berbuat baik jangan sampai orang tahu. Kalau bisa jangan sampai orang tahu
kalau kita shalat. Lebih ekstrim lagi, jangan sampai Tuhan tahu kalau kita
shalat (walau itu nggak mungkin). Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan
dan jauhi yang dilarang-Nya..titik!. Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa
pamrih yang luar biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming
imbalan pahala, yang penting Tuhan ridha, nggak marah sama kita.
Motong rambut atau kuku nggak harus
nunggu hari Jum'at. Mau kenthu aja kok ya harus nunggu malam Jum'at. Itulah
kita, tarafnya masih kemaruk pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan
diartikan meremehkan Sunnah Rasul. Pikiren dewe..
"Surga itu nggak
penting.." kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi bias yang bernama surga
dan neraka. Tapi kebanyakan manusia kepincut pada surga. Akhirnya mereka
beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan kita beribadah karena ingin
surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita berada di surga, bakalan dicueki
oleh Tuhan. Karena cuma mencari surga nggak mencari Tuhan. Kalau kita mencari
surga belum tentu mendapatkan Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis
mendapatkan surga. Kalau nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???
"Cukup sudah, jangan nambah
file di kepalamu tentang surga dan neraka..fokuskan dirimu pada Tuhan. Karena
sebenarnya orang yang berada di surga adalah orang yang mencari Tuhan. Dzat
yang sangat layak dicintai di atas segala makhluk dan alam semesta..."
kata Cak Nun.
----------------------------------------------------------------------
Ilmu kesehatan Cak Nun berbeda dengan
ilmu kesehatan pada umumnya. Beliau tidak percaya bahwa olahraga itu pasti
sehat.
"Gizi iku asline gak ono rek...tapi ojo diomongno dokter lho yo.."
kata Cak Nun.
Omongan Cak Nun itu jangan diartikan linier dan harfiah. Bisa jadi itu cuman cara berpikir dan sugesti aja.
Omongan Cak Nun itu jangan diartikan linier dan harfiah. Bisa jadi itu cuman cara berpikir dan sugesti aja.
Kalau kita cermati bayi jaman dahulu
yang hanya dikasih pisang atau tajin. Kok ya bisa tubuhnya tumbuh jadi besar.
Atau gelandangan yang hidup di jalan bertahun-tahun makan nggak jelas apa yang
dimakan, kok ya bisa hidup dan nggak pernah sakit. Dan masih banyak contoh yang
lain.
Menurut Cak Nun kunci kesehatan itu
terletak pada pikiran yang benar. Kalau pikiran kita salah maka akan membuat
disorganisasi otak. Perintah yang datang dari otak ke organ tubuh yang lain
(saraf, jantung, ginjal dan lainnya) akan jadi kacau. Maka akan menimbulkan
sakit-sakit.
Usahakan dalam segala hal cara
berpikir kita benar, walau kita nggak mampu bertindak untuk mewujudkan
kebenaran itu. Misal kita tahu ada seorang presiden yang dalam pikiran kita dia
nggak benar tapi kita tidak bisa merubahnya. Itu sudah beres, minimal pikiran
kita sudah tepat.
Maka hati-hatilah dalam berpikir.
Karena pikiran akan jadi ucapan. Dan ucapan akan jadi perbuatan. Perbuatan yang
terus menerus akan menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasaan maka akan
menjadi karakter hidup. Kalau sudah menjadi karakter lama-lama menjadi unsur
dari kebudayaan dan bersama-sama menjadi kebudayaan masyarakat. Kalau
kebudayaan masyarakat dibiarkan tanpa kritik atas dirinya maka dalam jangka
waktu tertentu akan menjadi peradaban. Kalau sudah jadi peradaban, susah untuk
dirubah lagi. Ibarat batu yang sudah jadi akik.
Begitu juga Endonesah dengan
korupsinya, dengan kecurangannya, dengan kedengkiannya..tidak bisa dirubah
lagi. Maka pisahkan dirimu dengan Endonesah yang itu.Temukan dirimu, kamu
regulasi lagi, kamu teliti lagi benihmu, kesejatianmu.
Per-nya hidup adalah berpikir dengan
benar. Tidak kebenaran berpikir akan membuat destruksi, disorganisasi sel-sel
maupun urat-urat syaraf otak. Selanjutnya urat-urat syaraf yang kacau tadi
menurunkan perintah ke seluruh tubuh dan dalam jangka panjang terakumulasi
menciptakan sakit-sakit...stres, daya tahan tubuh berkurang, perut sakit,
stroke, dsb.
Kunci kesehatan terletak di pikiran
bukan di hati. Kalau hati tugasnya bertapa. Orang yang selamat adalah yang
hatinya bertapa, tidak lirik kanan lirik kiri. Sekarang nikah, besok selingkuh,
cerai, kawin lagi, selingkuh lagi, cerai lagi dan seterusnya.
Pernah suatu kali Cak Nun bertanya
pada dokter, "Dok, jantung itu baiknya dipacu atau dihemat..?"
Doktere ngelu ndase. "Ono-ono ae sampeyan iku.....yooo dihemat..," jawab dokter seperti nggak yakin.
Doktere ngelu ndase. "Ono-ono ae sampeyan iku.....yooo dihemat..," jawab dokter seperti nggak yakin.
"Mangkane jangan suruh saya olahraga, " kelakar Cak Nun.
Dalam guyonannya suatu kali, beliau bilang kalau di Lauh Mahfudz konon tiap
manusia dijatah detak jantung sekian milyar detak. Dan jatah tiap manusia
berbeda .
“Soal benar tidaknya itu…aku yo gak eruh rek..” kata Cak Nun.
Dulu Cak Nun sempat berolahraga
bulutangkis. Tapi sekarang tak dilakukannya lagi. "Itu bukan olahraga, itu
penyiksaan!" kata beliau berkelakar.
Lihat saja saat shuttle cock menuju ke kanan, kita ikut lari ke kanan. Saat
shuttle cock menuju ke kiri, terpaksa kita juga ikut ke kiri. Bagi beliau,
olahraga itu harus berdaulat. Tubuh dan pikiran bebas melakukan sesuatu gerak
atau aktifitas yang membuat tubuh jadi nyaman/sehat. Tapi yang terjadi adalah
kita dipaksa oleh lawan untuk mengejar shuttle cock .
Orang sekarang tidak bisa membedakan
antara olahraga dan permainan. Saat bermain sepakbola sebenarnya yang disebut
olahraga itu saat pemanasan atau latihan. Tapi pada saat bertanding itu adalah
permainan. Karena pikiran nggak merdeka, kita lari ke sana kemari mengejar bola
karena dipaksa oleh lawan.
Tidak berarti Cak Nun anti olahraga.
Olahraga tentu saja baik tapi kita hendaknya bisa memaknai semua itu dengan
tepat. Dengan begitu tubuh kita nggak gampang capek dan sakit. Ini nggak cuma
teori nggedabrus atau wacana omong kosong. Bukti otentiknya pada Cak Nun
sendiri, yang masih lincah di usianya yang sudah kepala 6. Aktivitas luar biasa
dengan jadwal jadi pembicara atau pengajian yang padat dan tidur nggak sampai 5
jam tiap harinya.
Menurut penelitian, gerakan shalat
dan wudhu itu sebenarnya gerakan olahraga dan pijat refleksi yang asli ciptaan
Tuhan. Mengalahkan semua gerakan olah raga ciptaan manusia : Tai Chi, Yoga,
SKJ, Goyang Dombret, dsb. Kalau kita melakukan dengan benar, teratur dan waktu
yang tepat maka dijamin akan menyehatkan.
Manusia diturunkan Tuhan di bumi
sebagai khalifah (wakil Tuhan) untuk mengolah dan memanfaatkan apa yang ada di
alam semesta. Atas dasar inilah Cak Nun yakin bahwa manusia mempunyai
kedaulatan atas dirinya . Sampai batas tertentu kita bisa memerintah tubuh
kita. Jadikan semua yang ada dirimu itu sebagai anak buahmu. Tanganmu adalah
bagian dari tubuhmu tapi itu bukan kamu. Seperti juga matamu itu bukan kamu.
Kalahkan mereka dengan niat dan sugestimu. (Tapi ya nggak iso rai welek
diperintah dadi ayu).
Menurut Cak Nun, satu obat pun bisa
diperintah jadi obat sakit yang lain. Ketika MUI mengharamkan pengobatan batu
oleh Ponari di Jombang, Cak Nun pikir itu tidak tepat. Apa bedanya batu, kapsul
atau obat yang lain. Sama-sama benda mati. Kesembuhan dari Tuhan bisa lewat apa
saja. Syirik atau bukan itu tidak terletak pada bendanya tapi pada niat dan
konsepnya.
Karena umur sudah kepala 6, maka
otomatis kemampuan tubuh pun menurun. Begitu juga dengan kemampuan penglihatan
Cak Nun. Tapi dengan keyakinan dan sugesti tadi, beliau melatih, memerintah
matanya untuk bisa melihat dengan normal. Sekarang mata beliau bisa normal lagi
tanpa harus pakai kaca mata. Tentu saja tidak semua orang bisa berhasil dengan
itu. Kasihan para penjual kaca mata...gak payu mblo.
----------------------------------------------------------------------
Suatu kali beliau bertanya pada
jamaahnya, "Kalian suka puasa nggak..?"
Reaksi jamaahnya beragam, ada yang jawab "Suka..!" dengan semangat dan ada yang jawab "Yaa..suka.." dengan malu-malu seolah nggak yakin.
"Alaa raimu...nggak ada manusia yang suka puasa..!" kata Cak Nun.
Reaksi jamaahnya beragam, ada yang jawab "Suka..!" dengan semangat dan ada yang jawab "Yaa..suka.." dengan malu-malu seolah nggak yakin.
"Alaa raimu...nggak ada manusia yang suka puasa..!" kata Cak Nun.
Menurut Cak Nun, manusia itu
melakukan puasa karena perintah Tuhan (apalagi perintahnya wajib). Kalau
manusia suka puasa, ya nggak akan diperintahkan..ngapain, lha wong sudah suka
kok. Berhubung itu perintah Tuhan dan hukumnya wajib, mau nggak mau harus dijalankan.
Tapi manusia menjalankannya dengan ikhlas sebagai bentuk cinta pada Tuhannya.
Dan orang hebat adalah orang yang melakukan dengan ihklas perbuatan yang tidak
disukainya. Kalau orang melakukan sesuatu karena memang suka..ya apa hebatnya.
Sifat dasar manusia adalah lebih
banyak meminta daripada memberi. Sebuah perintah (Tuhan) harus diiming-imingi
imbalan dulu. Kayak anak kecil yang diiming-imingi coklat kalau mau si anak
hapal ayat suci tertentu. Imbalan pahala yang sangat besar itu adalah sebuah bentuk
stimulus agar manusia tergerak dan jadi suka. Itu pun nggak jadi jaminan
manusia mau melaksanakan.
Kalau hukumnya nggak wajib, maka
segelintir orang yang mau melaksanakan. Perhatikan saja saat puasa sunnah
Syawal, walaupun diiming-imingi 'puasa seminggu pahalanya sama dengan puasa
setahun', hanya sedikit orang yang menjalankan. "Males boss..cuman puasa
sunnah..nggak wajib!"
Dan puasa (atau semua ibadah yang
lain) bukan untuk kepentingan Tuhan. Tuhan gak pathe'en, manusia mau melakukan
atau tidak..gak ngurus!. Semua sudah ada aturan dan sanksi yang jelas. Puasa
itu 100% untuk kepentingan manusia. Untuk kebaikan, pelatihan dan pemahaman
manusia.
----------------------------------------------------------------------Masih buanyakk pemikiran-pemikiran nyeleneh tapi cerdas dari beliau yang kalau ditulis bisa jadi disertasi…tapi sementara ini dulu mblo… kesel nulise, enak awakmu cuman moco tok ae huwehehehe…!
Nggak Ada Nabi Yang Mengaku Alim
(Ilustrasi: RG) |
Jujur aku rodok sungkan nulis koyok
ngene iki rek. Yang saya takutkan adalah orang menganggap saya ini hebat,
pinter ngaji, tahu agama. Ketahuilah mblo, saya ini cuman seorang gentho bosok
yang sedang berproses belajar agama. Maka saya sebisa mungkin tidak
menyantumkan dalil-dalil biar tidak terkesan ngustadz (tapi pitutur Cak Nun
nggak asal ngablak, semua ada dalilnya dan atau melalui proses ijtihad yang
panjang). Semoga bisa menjadi bahan renungan dan pembelajaran. Yo wis lah,
zuukk mariii..
-------------------------------------------------------------------------
Walaupun seorang ulama atau kyai,
tapi Cak Nun selalu berpakaian seperti layaknya orang biasa. Bisa dikatakan
ganok bedane karo wong dodol akik, buruh pabrik atau sales kaos kaki.
"Kalau saya datang dengan berpakaian gamis dan sorban, memang tidak ada
salahnya. Cuman saya takut semua orang akan berkesimpulan bahwa saya lebih
pandai daripada yang lain. Lebih parah lagi, kalau mereka berkesimpulan bahwa
saya lebih alim...Kalau itu tidak benar, itu khan namanya 'penipuan'...!"
kata Cak Nun.
"Kalaupun memang benar, apakah
akhlak itu untuk dipamerkan kepada orang lain (melalui pakaian)? Tidak boleh
kan? Maka semampu-mampu saya, berpakaian seperti ini untuk mengurangi potensi
'penipuan' saya kepada Anda. Anda tidak boleh mendewakan saya, me-Muhammad-kan
saya, meng-habib-kan saya, karena saya adalah saya karena Allah menjadikan saya
sebagai saya dan tidak karena yang lain. Maka Anda obyektif saja sama saya...”
lanjut Cak Nun.
Menurut Cak Nun, seorang ulama
harusnya bisa berpakaian yang sama dengan pakaian umatnya yang paling miskin.
Cak Nun tidak mempersalahkan orang yang bergamis dan berserban. Malah salut
sama mereka yang menunjukan kecintaannya pada Rasulullah dengan meniru persis
apa yang ada di diri Rasul.
Tapi perlu diketahui bahwa baju
Rasulullah tidak sebagus dan sekinclong yang dipakai kebanyakan orang sekarang.
Baju Rasulullah sendiri ada 3 jenis : yang dipakai, yang di dalam lemari dan
yang dicuci. Dan semua orang Arab di jaman nabi, model pakaiannya seperti itu.
Nggak cuma Nabi Muhammad..;Abu Jahal, Sueb, Sanusi, Atim dan orang Arab
lainnya, model klambine koyok ngono iku. Jadi sebenarnya sunnah Rasul yang
paling mendasar adalah Akhlaknya bukan kostumnya.
Orang yang disukai Tuhan adalah
orang yang menyebut dirinya buruk, biso rumongso, nggak rumongso biso. Orang
yang diragukan keihklasannya adalah orang menyebut dirinya baik. Semua nabi
mengaku dirinya dzolim : "Inni Kuntu Minadzolimin"(aku termasuk orang
yang dzolim). Nggak ada nabi yang mengaku dirinya sholeh. Kalau ada orang yang
mengaku paling benar atau alim, langsung tinggal mulih ae...ndang baliyo
sriii..!
"Kalau sama Tuhan kita harus
100%, kalau kepada ilmu kita, cukup 99%. Seluruh yang saya ketahui dan yakini
benar itu belum tentu benar. Maka saya tidak mempertahankan yang saya yakini
benar karena mungkin mendapatkan ilmu yang lebih tinggi." kata Cak Nun.
Karena itulah saat bersama
jamaahnya, Cak Nun selalu memposisikan dirinya sama, sama-sama belajar. Dan Cak
Nun sendiri lebih suka pada jamaah yang sedang berproses daripada yang sudah
ahli ibadah. Karena itu lebih tepat sasaran. Bukan pengajian pada orang yang
sudah ngerti Al Quran, bukan pengajian yang menyuruh haji orang yang sudah
berhaji, menyuruh ngaji orang yang sudah ngaji tiap hari, menyuruh orang shalat
yang sudah shalat, dst.
"Tidak
apa-apa kalau ilmu agamamu masih pas-pasan, itu malah membuatmu menjadi rendah
hati. Banyak orang yang sudah merasa tahu ilmu agama, malah menjadikannya
tinggi hati, " begitu pesan Cak Nun.
"Kalau saya kadang bicara pakai
bahasa Jawa, jangan dibilang Jawasentris..saya cuman berekspresi sebagai orang
Jawa..saya lahir dan dibesar di Jawa..diperintah Tuhan jadi orang Jawa...maka
saya mencintai dan mendalami budaya saya..siapa bilang Jawa itu tidak
Islam..kalau saya ayam saya nggak akan jadi kambing..kalau anda kucing jangan
meng-anjing-anjing-kan diri..Kita memang disuruh Bhineka (berbeda-beda)
kok..!"
Banyak orang salah kaprah menyebut
Cak Nun sebagai penganut kejawen. Kejawen ndasmu... 'Software' Cak Nun lebih
canggih karena laku tirakat luar biasa yang dilakukan sejak kecil. (Laku tirakat
yang tidak bertujuan untuk menguasai ilmu hitam koyok mbahmu mbiyen). Sehingga
beliau waskito, mempunyai sidik paningal, mempunyai pandangan yang tajam dan
jernih soal kehidupan.
Little bit wagu kalau ada orang Jawa
(atau Indonesia) yang malah membangga-mbanggakan budaya Arab atau Barat. Benci
kebaya tapi nggak ngasih solusi bagaimana kebaya bisa Islami. Ingat : Jowo
digowo, Arab digarap dan Barat diruwat.
-------------------------------------------------------------------------
Cara dakwah Cak Nun hampir mirip
dengan dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga. Satu-satunya Wali yang mengerti
bahwa dakwah harusnya digarap secara kultural dan strategi ke-Jawa-an, karena
wilayah dakwahnya ada di Jawa. Begitu juga Cak Nun dalam dakwahnya yang
berpartner dengan kelompok musik Kyai Kanjeng pimpinan Nevi Budianto.
Ada cerita ketika Cak Nun dan Kyai
Kanjeng bertemu dengan Yusuf Islam (Cat Stevens) seorang penyanyi pop lawas di
London. Yusuf Islam yang Mualaf ini heran, dipikirnya seorang muslim itu
diharamkan main musik. Rupanya mas Yusuf ini mengartikan ayat (hadits) secara
harfiah atau tekstual. Tahu khan bunyi hadits-nya? sip, pinterrr.
Yusuf Islam ditanya sama Cak Nun,
" Awakmu mrene numpak opo mas.?"
"Numpak montor cak..." jawab Yusuf Islam.
"Seperti mobil, musik itu netral, tidak ada agamanya, bisa dipakai sebagai kendaraan ke surga atau ke neraka.....bermusik boleh saja, asalkan tujuannya untuk mengagungkan Allah. Masjid pun kalau untuk memusuhi Allah, justru jadi sarana masuk neraka, " jelas Cak Nun yang menggunakan musik Kyai Kanjeng sebagai kendaraan untuk berdakwah.
"Numpak montor cak..." jawab Yusuf Islam.
"Seperti mobil, musik itu netral, tidak ada agamanya, bisa dipakai sebagai kendaraan ke surga atau ke neraka.....bermusik boleh saja, asalkan tujuannya untuk mengagungkan Allah. Masjid pun kalau untuk memusuhi Allah, justru jadi sarana masuk neraka, " jelas Cak Nun yang menggunakan musik Kyai Kanjeng sebagai kendaraan untuk berdakwah.
"Oalaa..ngono yo cak,..yo wis suwun..see you tomorrow, " akhirnya mas
Yusuf pun melanjutkan kegiatan musiknya sampai sekarang. Semprul, gara-gara
tafsir harfiah, karier musiku rusak mblo, begitu mungkin batin Yusuf Islam.
Bukan musiknya yang haram tapi musik
yang apa, bagaimana dan untuk apa. Hidup manusia tak bisa lepas dari musik.
Unsur musik itu : bunyi, nada dan irama. Kalau bunyi dilarang, awakmu nek
ngising ojok sampek ngeden...!. Manusia bicara pun pakai nada, tempo dan irama.
Nada omongan Jawa berbeda dengan orang Batak atau suku lain. Saat berjalan pun,
sadar atau tidak sadar, pakai irama dan tempo. Dan seterusnya...(Sori saya
nggak memperpanjang soal ini...bakalan bisa jadi berlembar-lembar
tulisan...ndas mumet mblo.)
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Cak Nun tidak pernah menempuh
pendidikan (formal) yang tinggi. Pendidikannya hanya sampai semester 1 Fakultas
Ekonomi UGM. Tapi Cak Nun tampil dengan cerdas dan meyakinkan dalam
seminar-seminar berdampingan dengan nama-nama top markotop, bergelar akademik
tertinggi. Yang sekolahnya jauh di Amrik sana. Malah Cak Nun yang selalu lebih
‘bintang’ dari siapapun di forum-forum tersebut. Profesor pun kadang minder
kalau 'diadu' sama Cak Nun dalam sebuah dialog kebudayaan atau hal yang lain.
Satu-satunya orang yang diakui Cak
Nun sebagai guru adalah Umbu Landu Paranggi. Seorang sufi (begitu Cak Nun
menyebutnya) yang banyak membimbing Cak Nun menemukan makna dan hakikat hidup
melalui sastra di 'universitas' Malioboro. Walau Umbu beragama Marapu, agama
asli Sumba, itu tidak menjadikan halangan Cak Nun untuk terus menimba ilmu
darinya.
Ilmu
tidak selalu diperoleh dari guru, ustadz, kyai, ulama atau ahli agama. Kebenaran
bisa datang dari siapa saja. Seorang bajingan bisa saja membuka mata hatimu
pada sebuah hidayah. Seorang ulama bisa saja membuatmu ‘kerdil’ dengan ilmu
pengetahuan dan keyakinan yang kamu dekap erat. Yang membuatmu jadi menutup
diri pada ilmu dan pengetahuan yang ada di luar sana. Yang kamu anggap
bertentangan dengan keyakinanmu. (Cak Nun)
Belajar boleh pada apa dan siapapun.
Nggak masalah mempelajari Fir'aun, Hitler, Che Guevara, Fidel Castro dan
lainnya. Semua yang ada di dunia ini adalah cahaya ilmu. Selama kita dewasa,
kita nggak akan gampang 'masuk angin' oleh kalimat kayak apapun. Yang penting
nggak mudah terseret untuk menyalahkan atau membenarkan. Ambil saja makna dan
manfaatnya. Simpan yang baik, tendang jauh-jauh yang mblendes.
"Saya merasa bersyukur karena
saya dilindungi Tuhan sehingga dihindarkan dari sekolah yang saya masuki.
Selalu diusir oleh sekolah-sekolah tadi . Itu karena desakan untuk meneliti
diri saya sangat besar. Dan itu diganggu oleh guru-guru saya, " kelakar
Cak Nun serius (kelakar kok serius..ya'opo se rek).
Kalau kita cermati saat bayi baru
lahir. Kok si bayi ini menggerak-gerakan mulutnya, bisa tahu tempat dan caranya
menyusui. Maka sebenarnya pendidikan itu jangan ge-er, guru itu tidak bisa
mengajari orang, guru itu bisanya menemani. Agar murid punya bahan dalam rangka
meneliti dirinya sendiri. Kalau kita tidak tahu diri kita ini siapa, bagaimana
kita tahu kemampuan kita.
Kalau nggak tahu kita ini kiper apa penyerang, maka saat di lapangan sepakbola, kita bakalan kebingungan, aku iki lapo nang kene..? Kalau kucing jangan diajari menggongong. Kalau kambing jangan diajari terbang. Maka kenali dirimu, barang siapa mengenali dirinya sesungguhnya ia mengenali Tuhannya.
Kalau kamu bernama Paimo. Apa kamu itu memang Paimo? Itu khan nama yang diberikan bapakmu. Kalau kamu menamai dirimu sendiri, pasti bukan Paimo. Jadi dirimu itu bukan Paimo, bukan Markeso, bukan semua itu. Dirimu dijadikan tertutup. Begitu kamu punya orang tua, begitu masuk sekolah TK sampai kuliah..kamu ditutupi. Tugas sekolah adalah membuka tabir siapa dirimu, memberikan alat supaya mengenal dirimu. Sekolah malah menutup-nutupi dan malah ditambahi sarjana anu, ditambah doktor, ditambah kepala dinas, dsb.
Kalau nggak tahu kita ini kiper apa penyerang, maka saat di lapangan sepakbola, kita bakalan kebingungan, aku iki lapo nang kene..? Kalau kucing jangan diajari menggongong. Kalau kambing jangan diajari terbang. Maka kenali dirimu, barang siapa mengenali dirinya sesungguhnya ia mengenali Tuhannya.
Kalau kamu bernama Paimo. Apa kamu itu memang Paimo? Itu khan nama yang diberikan bapakmu. Kalau kamu menamai dirimu sendiri, pasti bukan Paimo. Jadi dirimu itu bukan Paimo, bukan Markeso, bukan semua itu. Dirimu dijadikan tertutup. Begitu kamu punya orang tua, begitu masuk sekolah TK sampai kuliah..kamu ditutupi. Tugas sekolah adalah membuka tabir siapa dirimu, memberikan alat supaya mengenal dirimu. Sekolah malah menutup-nutupi dan malah ditambahi sarjana anu, ditambah doktor, ditambah kepala dinas, dsb.
"Kamu itu harus jadi tuan,
sekolah itu alat anda, jangan sampai diperalat sekolah. Andai kamu perlu
ijazah, oke no problem..ikutilah aturan sampai mendapatkan ijazah. Tapi tidak
ada hubungannya dengan cari ilmu. Kalau cari ilmu ya banyak tempatnya, tidak
hanya di sekolah. Kuliah itu mencari ijazah untuk membahagiakan orang tuamu.
"
Jadi jangan salah niat. Kalau
niatnya mencari ilmu, goblok koen mblo..! Kita bersekolah itu biar punya
sertifikat buat mencari pekerjaan. Sekolah itu tidak mengenal Tuhan. Tuhan
tidak diakui secara akademis. Karena Tuhan tidak bisa diteliti, didata,
dianalisis dan disimpulkan. Segala sesuatu yang tidak memenuhi persyaratan
akademis (nggak ilmiah) itu tidak diterima. Jadi semua universitas itu
sebenarnya atheis...!
Pastikan anda tidak terjajah oleh
dunia pendidikan. Penting mana anda sekolah atau belajar? Anda 'diperalat'
sekolahan atau anda 'memperalat' sekolahan? Anda bergantung pada sekolah
ataukah sekolahan yang tergantung pada anda? Terhadap pendidikan, jadikan anda
subyek dari sekolahan, bukan obyek sekolahan.
Alat
kejahatan yang paling canggih adalah aturan-aturan, maka bikinlah aturanmu
sebelum kamu dikalahkan orang lain dengan menggunakan aturan dia.
"Kamu itu sekarang diatur oleh
yang membuat sekolahan..kamu seharusnya nyantri tapi kamu dikasih aturan :
nyantri itu tidak ada masa depannya, yang bermasa depan itu sekolah. Dan
sekolah mempunyai aturan yang lebih detail lagi, bahwa orang harus jadi S1,
S2.." kata Cak Nun di depan santri-santri NU suatu kali.
Pendidikan itu tujuannya sederhana,
biar kita tidak kesasar saat kembali ke Tuhan. Maka teruslah belajar agar tidak
kesasar. Sebenarnya tidak sekolah itu lebih baik tapi tetap ente harus sekolah
mblo..!. Karena begitu sekolah kamu lupa dirimu, ketutupan. Begitu kamu
sarjana, kamu pikir kamu itu sarjana. Sarjana itu bukan hakikat, bukan wujud,
bukan kasunyatan. Sarjana itu cuman kartu parkir. Maka niatkan sekolah untuk
membahagiakan orang tuamu. Ngono ae wis dan itu adalah motivasi yang paling
tinggi. Cepatlah lulus biar orang tuamu bahagia. Beressss.
-------------------------------------------------------------------------
Cak Nun adalah seorang 'pejalan
sunyi'. Beliau 'out of the box' dari semua hiruk pikuk duniawi. Sekarang tidak
pernah mau tampil di media nasional. Hanya mau tampil di TV lokal, itu pun
bukan keinginan Cak Nun. Tapi media yang datang, merekam event dan
menyiarkannya.Tanpa transaksi, karena memang tujuannya sodaqoh . "Saya
nggak mau diatur media." kata Cak Nun.
Cak Nun bukan NU juga bukan
Muhammadiyah atau yang lainnya. Beliau orang yang fleksibel, bisa menempatkan dirinya
di semua kalangan dan aliran. Malah kalangan dan aliran tertentu yang tidak
bisa menerima Cak Nun. Menurutnya, agama tidak dianjurkan untuk di-lembaga-kan.
Yang penting sebisa mungkin akhlak kita seperti Rasulullah.
Cak Nun tidak pernah jadi anggota
sebuah organisasi atau partai politik. Kalau beliau jadi ketua dewan syuro SAR
Jogja, itu karena diminta dan alasan kemanusiaan yang nggak mungkin ditolak.
Pernah juga jadi anggota ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) atas
permintaan BJ. Habibie yang berjanji akan menyelesaikan kasus Kedungombo yang
ditangani Cak Nun. Tapi ternyata janji tinggalah janji, Cak Nun pun keluar dari
ICMI.
"Saya tidak berpolitik dan
jangan sampai ada politisi Indonesia yang boleh masuk dalam pikiran saya,
apalagi dalam hati saya, karena syarat rukunnya tidak terpenuhi sama
sekali..!" tegas beliau.
"Ahmaq adalah orang yang tidak
tahu bahwa dirinya tidak tahu..orang yg tidak mau mendengarkan, memikirkan dan
mempertimbangkan pendapat-pendapat orang lain. Demokrasi di Indonesia
adalah salah satu bentuk dari ke-ahmaq-an. sudah berkali-kali tertipu dan
menjadi korban, tapi tetap dipakai juga.." kata Cak Nun.
Cak Nun sendiri nggak suka dengan
demokrasi (endonesah). Baginya demokrasi adalah diktator mayoritas. Yang menang
adalah yang mayoritas (suara terbanyak), bukan yang benar. Politik kita adalah
politik yang tidak mungkin melahirkan pemimpin sejati. Kerikil bisa ditempatkan
di maqam-nya berlian, begitu juga sebaliknya. Orang sehebat apapun tidak akan
pernah menjadi apa-apa kalau tidak ikut Parpol.
Cak Nun juga menganggap kampanye
partai di Indonesia itu aneh. "Kalau ada partai kampanye di depan kader
partainya sendiri, itu namanya onani..!"
Partai itu seharusnya kampanye kepada partai yang lain. Kampanye kok di depan anggotanya yang jelas sudah tahu persis misi dan tujuan partai tersebut. Menurut Cak Nun, jargon Pemilu-pun juga salah kaprah (langsung, umum, bebas dan rahasia). "Bebas kok rahasia..kalau rahasia ya nggak bebas..! Ya'opo se rek."
Karena
sikapnya yang indepeden itulah Cak Nun sempat dicap sombong oleh sebagian
kalangan. Cak Nun menanggapi hal itu dengan santai :
"Saya memang sombong. Harus itu! Sombong kepada dunia itu wajib hukumnya. Yang tidak boleh itu sombong kepada Tuhan. Tapi, kepada dunia, kepada popularitas, kepada semua yang ada di dunia, kepada uang, harta benda, anda harus sombong! Kalau tidak, anda hanya akan jadi budak dunia...!"
"Saya memang sombong. Harus itu! Sombong kepada dunia itu wajib hukumnya. Yang tidak boleh itu sombong kepada Tuhan. Tapi, kepada dunia, kepada popularitas, kepada semua yang ada di dunia, kepada uang, harta benda, anda harus sombong! Kalau tidak, anda hanya akan jadi budak dunia...!"
-------------------------------------------------------------------------
Sementara ngene disik...kapan-kapan
disambung maneh mblo....
Kalau ada sesuatu yang nggak paham, solusinya adalah kita belajar memahami. Kalau ada sesuatu yang tidak setuju, solusinya adalah mencoba menghayati dan menerima sesuatu yang tidak sama. Jangan lupa, bahwa kamu juga tidak sama dengan dia. Jangan berpikir kamu tidak setuju pada sesuatu hal, sesuatu hal itu juga nggak setuju dengan kamu..! Melihat uler jijik, padahal ulernya juga jijik lihat kamu. Rumangsamu..
Kalau ada sesuatu yang nggak paham, solusinya adalah kita belajar memahami. Kalau ada sesuatu yang tidak setuju, solusinya adalah mencoba menghayati dan menerima sesuatu yang tidak sama. Jangan lupa, bahwa kamu juga tidak sama dengan dia. Jangan berpikir kamu tidak setuju pada sesuatu hal, sesuatu hal itu juga nggak setuju dengan kamu..! Melihat uler jijik, padahal ulernya juga jijik lihat kamu. Rumangsamu..
Nggak perlu teriak : liberal!
;apalagi ngafir-ngafirno. Pikiren nang awakmu dewe, opo uripmu iku wis bener?
Nek pancen Cak Nun kafir utowo liberal, terus koen kate lapo..?
Cak Nun cuman berusaha menyumbangkan gagasan dan pemikirannya untuk menunjukkan jalan lain bagi kita yang sudah beku dan merasa tak lagi menemukan cakrawala yang suejukk. Cak Nun memberikan kita sebuah alternatif cara menilai, dan menyikapi hidup. Hanya itu..........................bersambung...mbuh kapan (red).
Robbi Gandamana, 10 Juli 2015
(Sumber : Mocopat Syafaat, Kenduri Cinta atau pengajian maiyah yang lain, mbah google, buku, dsb)
(Sumber : Mocopat Syafaat, Kenduri Cinta atau pengajian maiyah yang lain, mbah google, buku, dsb)
0 comments:
Post a Comment