Home »
» Lelucon Masa Kini dan Masa Lalu
Lelucon Masa Kini dan Masa Lalu
Rahasia Gantungan Kunci Mobil Mewah
Di suatu malam yang romantis, Hendro sedang santai sendiri menikmati musik di lounge sebuah kafe ketika tiba-tiba datanglah Armen, sahabatnya, disertai tiga wanita cantik yang menggelayuti manja. Beruntungnya Armen, gampangnya menggaet perempuan cantik, sedangkan aku selalu jomblo, pikirnya.
Pada sebuah kesempatan baik Hendro bertemu dengan sahabatnya lalu bertanya, “Apa sih rahasianya kau begitu mudah menggandeng cewek-cewek cantik setiap kali ke sini?”
“Oh, gampang saja,” jawab Armen, “Kalau kamu mau, kuberi tahu caranya. Setiap kali kamu ke sini lemparkan kunci mobil di meja, mereka akan datang menghampirimu untuk sekadar ngobrol. Selanjutnya terserah kamu..” lanjut kawannya.
“Tapi aku kan cuma pakai motor,” sahut Hendro, “Butut pula!”
“Nggak masalah,” balas Armen menghibur, “Kamu bisa lemparkan saja gantungan kunci mobil-mobil mahal sejenis Jaguar sport, BMW, Mercy atau yang lain dan tunggu sebentar…”
Bukan main girangnya Hendro saat diberi tahu itu.
Suatu hari berdua datang ke kafe itu, Armen memisahkan diri dan mulai menyapa beberapa perempuan seksi di sekitarnya.
Hendropun mulai beraksi, melempar gantungan kunci mobil ke atas meja. Ditunggu beberapa saat, karena tak ada reaksi maka dikantonginya kembali kunci dan gantungannya itu lalu dilakukannya lagi dan lagi. Tetap tak ada reaksi apapun dari wanita-wanita cantik yang tampak hanya tersenyum-senyum dari kejauhan.
Di tengah keputus-asaannya datanglah Armen sembari berbisik pelan, “Lepaskan dulu HELMmu di luar, ndro!”
Dilempar dari Atas Loteng
Seorang sahabat Nasruddin Hoja terkejut bukan kepalang saat dilihatnya sang Mullah itu mukanya memar dan lebam.
"Astagfirullah!" serunya kaget, "Apa yang terjadi, sahabat, sehingga mukamu lebam seperti itu?"
"Istriku marah-marah," jelasnya, "Seluruh baju dan jubahku dilemparkannya dari atas loteng..."
"Ya, tapi hanya melemparkan jubah dari loteng masak wajahmu jadi memar begitu?" ujar temannya seakan-akan tidak percaya.
"Yah, begitulah!" kata Nasruddin, "Masalahnya ketika jubah itu dilemparkan, aku sedang berada di dalamnya!".
Garpu Emas dan Garpu Perak
Hari cukup panas, Nasruddin Hoja bertamu kepada seorang tetangga. Tuan rumah mengeluarkan rendaman kismis dan memberikan garpu kecil dari emas kepada Nasruddin, sementara si tuan rumah memegang garpu bersar terbuat dari perak. Mereka segera menikmati hidangan yang ada. Tuan rumah dengan garpu yang besar mendapat bagian yang banyak sambil berkata, “Ah, betapa nikmatnya. Aku bisa mati karena kelezatan kismis ini!”. Sementera itu Nasruddin Hoja menggunakan garpu kecil sekalipun dari emas, tentu saja ia hanya memperoleh sedikit saja dari kismis itu.
“Wah, ini tidak adil dan tidak boleh dibiarkan seperti ini,“ kata sang Mullah dalam hati, ia menoleh kepada tuan rumah lalu berkata, “Saya berharap Anda berkenan memberikan garpu itu kepada saya dan biarlah saja juga mati karena kismis ini!”
Tahu dan Tidak Tahu
Suatu hari, syeikh Nasruddin duduk di mimbar untuk memberikan mauidhah hasanah di salah satu masjid jami’ di kotanya, Aq Syahr. Syeikh bertanya, “Hai, orang-orang Islam, apakah kalian tahu apa yang akan kukatakan kepada kalian?” Mereka yang hadir menjawab, “Tidak, kami tidak tahu!”
Syeikh berkata, “Jika kalian tidak tahu, untuk apa aku bicara?” lalu Nasruddin turun dari mimbar.
Pada hari lain, ia berdiri di atas mimbar dan bertanya sebagaimana sebelumnya, dan para jamaah berkata serentak, “Ya, kami tahu!”
Maka Nasruddin berkata, “Kalian selalu tahu apa yang akan kukatakan, lalu apa gunanya aku bicara?” Syeikh pun lalu turun dari panggung podium. Mereka semua pada bingung apa sebenarnya yang menjadi jawaban atas pertanyaan itu, sebagian menjawab “Tidak” sedangkan yang lainnya menjawab “Tahu”.
Pada kali ketiga syeikh datang kepada mereka, ia juga melontarkan pertanyaan sebagaimana dahulu. Mereka berselisih dalam menjawab pertanyaan itu. Maka syeikh Nasruddin berkata, “Bagus, sangat bagus! Yang tahu kuharap memberi tahu pada yang tidak tahu. Paham, kan?”.
Mengetahui dan Tidak Mengetahui
Sebuah wadah dibuat dari tanah liat tapi kegunaannya berasal dari ruang yang kosong di dalamnya. Ruang kosong dalam pusat roda memungkinkan rodanya berputar. Jendela serta pintu adalah ruang kosong di dinding. Sebuah ruangan dapat digunakan hanya karena kekosongannya.
Yang berharga berasal dari yang ada, yang berguna berasal dari yang tidak ada. Oleh karenanya, perhatikan yang tidak diketahui maupun yang diketahui. Walaupun mengetahui itu berharga, tidak mengetahui itu berguna. Tidak mengetahui adalah awal, sedangkan mengetahui adalah akhir. Tidak mengetahui adalah ketidak pastian yang memungkinkan gerakan. Kalau hanya ada yang diketahui, tak seorangpun dapat bergerak dalam kepastian. Majulah dari yang tidak diketahui ke yang tidak diketahui. Kepastian itu mengikat sementara ketidak pastian itu membebaskan. (Tao)
(Berdasarkan posting: Sudi Purwono Baru)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment