Awas! Humor Dosis Tinggi |
Darminto
M Sudarmo melalui “Republik Badut” ini menulis esai-esai tentang berbagai isu,
terutama masalah-masalah sosial-politik yang sedang aktual di negeri ini.
Esai-esai itu tidak ditulis semata-mata dengan pretensi mau “melucu”; karena dia
sebenarnya menuangkan gagasan yang serius tetapi dengan gaya bercanda. Kalaulah
kita mendapati kata-kata yang menggelikan hati di sana-sini, itu adalah suatu
pilihan gaya menulis yang disebut parodi; tetapi terminologi itu tidak dimaksudkan
sebagai “samaran” atau untuk berlindung dari tanggung jawab.
Seperti
nama “Republik Badut”; itu tak lain dan tak bukan adalah Republik Indonesia.
Pilihan julukan itu pastilah karena sang penulis menganggap situasi di
Indonesia saat ini persis panggung dagelan. Dari kacamata komik, situasi
sosial-politik Indonesia sekarang, di satu sisi, dipenuhi ulah dan perilaku manusia-manusianya,
tak ubahnya pelawak yang mengundang rasa geli; tetapi di sisi lain sesungguhnya
itu merupakan tragik kemanusiaan, serba memprihatinkan.
Lewat
“Republik Badut”, Darminto mengupas secara kritis, tajam, jernih, dan segar terhadap
berbagai persoalan sosial-politik yang karut marut dan nilai-nilai kemanusiaan yang secara umum mengalami degradasi.
Dalam format parodi yang membebaskan penulisnya, tak hanya soal diksi tetapi
juga imajinasi, banyak kata dan idiom tak lazim yang muncul di sana-sini. Semua
itu bermuara pada pembahasaan persoalan – seserius apa pun – dalam pemaknaan
dan pembacaan yang cair. Esai parodi
kiranya menjadi bentuk alternatif karena dianggap lebih bebas, lebih menohok
persoalan, dan relatif “tanpa beban”. Spirit itu tak kita temukan pada esai
yang ditulis dengan format konvensional; bahasa yang tertib, santun dan efeumistik.
Barangkali
ada yang menganggap, esai-esai dalam “Republik Badut” terkesan “main-main” atau
seperti bermain kata-kata. Tetapi, Darminto menulis esai-esainya dengan
“serius”; artinya, isu, materi dan datanya bisa dipertanggungjawabkan.
Fakta-fakta yang dia kutip otentik, dan datanya nyata. Sebutlah isu tentang kenaikan
harga BBM, isu redenominasi (“pengerdilan” rupiah), tentang parlemen (DPR) yang
ikut “main bola”, dan menyebut kementerian sebagai kapling mesin dana bagi
parpol. Atau maraknya “Robinhood” (=koruptor) yang ironisnya justru ‘diapresiasi’
masyarakat. Isu-isu aktual itu diungkap secara lugas dilengkapi dengan datanya.
“Republik Badut” adalah esai berisi kritik
terhadap kondisi riil Indonesia saat ini. Ia seperti merefleksikan suara hati
rakyat kebanyakan yang jujur dan apa adanya. Namun, dengan gaya parodi yang ndagel (lucu), esai-esai yang ditulis
Darminto justru memperlihatkan bobotnya yang terasa intelek, cerdas dan
komprehensif. Ia, misalnya, menerangkan makna Liberalisme, Kapitalisme,
Sosialisme, Komunisme, Pragmatisme dll lewat perbedaan perlakuan terhadap “dua sapi”,
yang memberikan edukasi bagi awam sekaligus menerbitkan senyum.
“Republik
Badut” niscaya sebuah kumpulan esai yang langka. Ditulis oleh seorang pakar
humor Indonesia, bukan untuk melucu apalagi “mentertawakan” kondisi bangsa dan
negaranya sendiri; tetapi sebaliknya merupakan wujud empati dan
nasionalismenya. (Dst, dst, dst, dst.)
Ardus M Sawega, Mantan Wartawan Kompas.
*
Jangan
percaya pada apapun yang ditulis Darminto M Sudarmo. Dia bukan penulis idiot
yang menulis segala sesuatu dengan sederhana. Dia sama sekali tidak menulis
hal-hal gila dan kurang ajar, tetapi justru sesuatu yang serius dan getir. Dan
jika percaya segala yang sedang Anda baca adalah dagelan, segeralah ke rumah
sakit jiwa.
Triyanto Triwikromo, Jurnalis dan Sastrawan.
*
RepublikBadutadalahreportasepolitikalaDarminto
M Sudarmo.Iatrampilmembuatisyu-isyupolitikaktualmenjadilucu.
Isyuimporsapimisalnya,
dibuatuntukmendefinisikanberbagaiistilahpolitik-ekonomidenganterminologibaru.Contoh,
kapitalisme: Andapunyaduaekorsapibetina.
Andajualsatudanmembeliseekorsapijantan.Sosialisme: Andapunyaduaekorsapi,
Andaberikansatuuntuktetangga. Ha-ha, pendidikanpolitiklewat humor. Sapitenan (inilebihhalus,
daripadakitamengumpatpejabatkitadengan: asutenan…).
Bre Redana, wartawan Harian Kompas
*
Darminto M Sudarmo, pakar humor yang
sangat kaya data, informasi, dan rujukan. Tulisan-tulisannya menganalisis
setiap kejadian apa pun di Indonesia – dengan cara pandang humor. Gaya
bahasanya lincah, cekatan, dan dinamis berpelantingan. Menertawai kondisi
zaman, untuk mengajak Pembaca memandang kehidupan berbangsa Indonesia, dengan
perspektif maha luas.
Buku “Republik Badut” – bukunya yang
kesekian ini – mencubit tanpa sakit, mengkritik secara menggelitik. Lebih dari
melucu, humornya memiliki kedalaman filosofis, sekaligus kontemplatif. Sangat
tepat jadi referensi para akademisi maupun praktisi. Cocok sebagai acuan bagi
para politisi, pelaku usaha, pakar sosiologi, hukum, psikologi, komunikasi,
serta para mahasiswa segala jurusan.
Semoga penulisnya tidak segera
dipanggil Presiden, Mahkamah Konstitusi, DPR, Mabes TNI, Mabes Polri, Kejaksaan
Agung, karena telah mengubah nama NKRI menjadi NKRB, Negara Kesatuan Republik
Badut.
Prasetyohadi
Prayitno, Sasterawan, staf pengajar
“Interstudi” dan pemimpin redaksi majalah “Kicau Bintaro”
*
Untukdapat
membacasebuahtulisanlucu,dibutuhkanpengetahuandankemampuanmelucu.Sehinggauntukmenilaikelucuandalamtulisanpolitik,
sosial, ekonomi, seseorangjugaharuspunya ‘reference’ tentangpolitik, sosial,
ekonomi yang memadaisehinggamampumenangkapkelucuanitu.
Mengikutitulisan-tulisanDarminto M Sudarmo, bukan main terseok-seokakibatperhatianpolitik, sosial, ekonominegeriinitelah lama sayakendorkan.Sayaterbahak-bahaksetelahsayamendudukkanperistiwa-peristiwaitudenganbenar, yaitudi sebuahnegara yang namanya REPUBLIK BADUT. Pas, taklebihtakkuranghanya di negarasemacamitulahperistiwainibisaterjadi.
Sayaamatgembiralakon-lakoninitelahterekamdenganbaik, saatmanakitamasihmemaknaisebagaisebuahkelucuan.Karenasayapercaya, satudekadelagikehidupaninidiputarmakasesungguhnyakelucuan-kelucuanituadalah KEBIADABAN.
Heru S Sudjarwo, PenelitiRupa&KarakterWayangPenulisdanperupa‘agak’ idiot
Mengikutitulisan-tulisanDarminto M Sudarmo, bukan main terseok-seokakibatperhatianpolitik, sosial, ekonominegeriinitelah lama sayakendorkan.Sayaterbahak-bahaksetelahsayamendudukkanperistiwa-peristiwaitudenganbenar, yaitudi sebuahnegara yang namanya REPUBLIK BADUT. Pas, taklebihtakkuranghanya di negarasemacamitulahperistiwainibisaterjadi.
Sayaamatgembiralakon-lakoninitelahterekamdenganbaik, saatmanakitamasihmemaknaisebagaisebuahkelucuan.Karenasayapercaya, satudekadelagikehidupaninidiputarmakasesungguhnyakelucuan-kelucuanituadalah KEBIADABAN.
Heru S Sudjarwo, PenelitiRupa&KarakterWayangPenulisdanperupa‘agak’ idiot
*
REPUBLIK BADUT adalah sebuah ikhtiar
menjaga kewarasan jiwa di zaman edan: zaman yang memanjakan keserakahan, zaman
yang membiarkan otak bertahta di dengkul. Jika Anda masih bisa menemukan
kelucuan-kelucuan kemudian tersenyum dan tertawa, meskipun pahit, membuktikan Anda
masih "gila" tingkat pemula alias waras jiwanya.
Butet
Kartaredjasa, aktor alias pengecer jasa akting.
*
Setelah membaca buku ini, ada dua kemungkinan reaksi Anda.
Pertama, Anda akan tertawa terbahak-bahak tanpa henti, karena sulit melupakan
kelucuannya. Atau, kedua, Anda akan tertawa sejenak, lalu berhenti dan
menangis. Karena bahan lelucon buku ini bukan hasil fantasi dan imajinasi
penulis, melainkan realitas faktual, benar-benar terjadi di sebuah negeri yang
telah terkoyak oleh nafsu keserakahan sebagian (besar) pemimpinnya. Selamat
membaca, tertawa dan menangis!
Winarto,
jurnalis, trainer dan dosen komunikasi.
*
''Tak
ada humor yang lewat tanpa kehadiran Darminto. Menyebut kata humor tanpa
menyebut namanya adalah sebuah kesalahan. Lebih-lebih saat humor
kini sedang buka cabang di mana-mana ini: ada ironi, ada parodi, ada
satire, kehadiran Darminto sungguh makin tegas kedudukannya. Ia adalah Penjaga
Gawang Humor Indonesia, tempat seluruh anak cabang humor dicatat, dirawat dan
dimaknai.''
Prie GS,
penyuka humor. Murid kehidupan Darminto.
*
"Kenapa orang tertawa? Ada
macam-macam teorinya. Juga ada macam-macam cara untuk membat orang tertawa.
Karena tertawa juga banyak maknanya, tergantung konteksnya. Tapi yang pasti,
Darminto M. Sudarmo, termasuk satu dari sedikit orang yang mampu membuat orang
'tertawa' melalui tulisannya. Kadang tulisan yang agak panjang pula. Dan
membaca tulisan Darminto memang perlu ada referensi agar kita bisa tertawa,
lalu merenungkannya. Darminto adalah Art Buchwald-nya Indonesia."
Kemala
Atmojo, Pencinta Humor, Mantan Pemred Majalah MATRA.
*
Negera
ini memang pantas disebut sebagai Republik
Badut. Buku ini mencatat berbagai kekonyolan yang terjadi di negara ini,
dan menyajikannya dengan aroma yang kocak sekaligus cerdas dan mencerahkan.
Ahmadun Yosi Herfanda, pengajar dan pelayan sastra.
*
"Dagelan paling sesuai faktaisasi, dipenuhi kisah
kudetaisasi, dijamin bikin labilisasi republik ini. Wassalam."
Toni Masdiono,
seniman galau.
*
Himpunan
dagelan yang cerdas, tajam, sekaligus mengharukan.
Jika
dagelan lahir dari kedalaman qalbu, hasilnya paduan kekocakan dan kemirisan
yang sama-sama menguras air mata
Kisah
Negeri Dagelan yang dengan cantiknya menohok semua lapisan, sekaligus edukatif.
Rini Clara, akitivis seni-budaya.
*
Hahaha.. STOP! Melarang orang ketawa itu kejahatan kemanusiaan terbesar, melanggar hak asasi mendasar manusia. Juga, ketawa perlu alasan kuat, pemikiran mendalam, referensi cukup, dan kematangan jiwa. Tersenyum asam, itu akibat langsung dari ekspresi ketawa yang tersendat. Ada tekanan psikologis kompleks sebagai penyebabnya. Oleh karena itu ketawa adalah hasil proses pemikiran mendalam, jauh ke depan, visioner sekaligus reaksioner pasif. Oleh karena itu ketawa tanpa alasan kuat sudah masuk ranah psikiatri.Membaca Republik Badut karya Darminto M. Sudarmo cukup aman dari ancaman dokter jiwa, sebab ia menyuguhkan fakta-fakta aktual, tak terelakkan, sulit dibantah atas negeri ini. Ia seorang humoris yang saya kenal lama, baik lewat tulisan maupun tatap-muka. Dan, kata Arwah Setiawan, humor itu serius, jadi membaca bukunya dan ketawa atau tersenyum masam, menjadi “ijazah” bahwa Anda sebagai orang yang paham masalah. Tidak membeli buku ini sebuah dosa terbesar yang tak terampunkan hingga Hari Kiamat ke-II!
Adji Subela, jurnalis senior, aktivis seni-budaya.
*
Politik lebih sederhana bisa disebut
cara, tepatnya taktik, dan seindah-indahnya “cara” disampaikan secara
menggelitik. Itu sebabnya politikus yang taktis ialah mereka yang mempunyai
kemampuan komedik, sebagaimana Soekarno pernah menjadi bintang indah di sidang
PBB. Usai makan siang di perjamuan meja bundar di Gedung PBB, Bung Karno
mengisap rokok kretek. Asap rokok tentu saja membuat semua batuk-batuk,
terutama Perdana Menteri Belanda yang duduk di sampingnya. Kepada Sang PM
dengan kalem Bung Karno berkata, “ini tembakau yang membuat bangsa anda dulu
menjajah bangsa kami...” Kalimat tragik-komik politik ini membuat semua tertawa
tergelak, termasuk Sang PM yang sontak memeluk Soekarno.
Esei-esei tragik-komik Darminto M Sudarmo
menggelakkan satu kesadaran, bagaimana menyikapi politik secara indah. Saya
kira, terutama, para politisi kita yang masih mengalami ketegangan berpolitik,
perlu membaca buku “Republik Badut” untuk mengendurkan syaraf-syaraf mereka.
Meski, demi kejujuran saya mesti mengkritik judulnya, bahwa bukan republik ini
yang banyol, tapi para politisinya yang konyol.
Eko
Tunas, Sasterawan
*
Bicara
tentang Republik, konon katanya kata itu berasal dari kata Re = kembali, dan Public = rakyat. Oleh karenanya, semua hal
kembali kepada rakyat . Semua milik rakyat, semua oleh rakyat, dan semua
untuk Rakyat. Jadi ya mestinya tidak ada yang disebut maling, koruptor,
perampok, kalau sebagian rakyat yang `kebetulan` sedang berada pada posisi dan
waktu yang tepat, duduk dalam struktur
jabatan masyarakat yang disusun oleh rakyat, mengambil harta rakyat. Toh.. dia
kan juga rakyat.
Mungkin
begitulah sebagian besar alur logika dalam Republik Badut ini, semua serba
boleh, tidak ada salah,tidak ada benar, karena semua sudah manunggal dalam
kawulo dan Gusti. Yang mengatur dan yang diatur sudah jadi menyatu, sehingga
tidak perlu ada aturan lagi. Karena semua sudah teratur...teratur dalam ketidak
teraturan. Yah..begitulah namanya Republik Badut.
Agus Sulistiyo, Pandagan - Character Building
Society.
*
“REPUBLIK
BADUT” ….? Mungkininihanyaakankitatemukandipanggungteater, ketoprak humor,
panggungsrimulatataucerita film komedisaja. Bagaimanatidak, hanyadi “REPUBLIK
BADUT” elitpenguasanyamulaidaripresiden,menteri,penegakhukumnya,aparatkemanan,
dananggotadewan yang katanyaterhormat alias
DPRbisadijabatolehsekelompokbadut-badut.Tapisemuainimenjadinyatadisajikandalam“REPUBLIK
BADUT” yang ditulisolehjuragan joke
danceritakonyolmasDarmintoMSudarmo, yang manapolahtingkahpenguasarepublikini,
yang sangatkonyol, tolol, dangakmasukakaldiceritakandenganguyonan yang segar.Terusterang
“REPUBLIK BADUT” membukamatakitabetapalucunyanegeritercintakitaini……selamattertawaaaa……..
TIYOK
BUDI SETYO WIDODO, Kartunis/Ilustrator Harian Media Indonesia.
*
Humor
dan satir senyatanya aksi agresif. Buku ini memprovokasi Anda untuk melakukan
hal yang sama, beramai-ramai, dengan sasaran para penguasa yang korup dan
gerombolan politikus yang hipokrit. Karena rasanya setiap hari mereka semakin
beranak-pinak saja di negeri kita ini. Tawa ejekan dan olokan kita pantas dilakukan karena humor senyatanya juga merupakan senjata bagi rakyat yang berbudaya dan masih memiliki akal sehat. Bukankah negarawan Inggris Winston Churchill pernah berujar, “Lebih baik adu olok daripada adu golok ?” Jadi, bagi Anda yang sudah siap-siap menghunus golok, tahan dulu. Buku ini harus Anda baca dulu. Begitu Anda sudah tamat membacanya, silakan tamparkan sekeras-kerasnya ke wajah-wajah mereka yang kita percayai untuk berkuasa tetapi mengingkarinya !
Bambang Haryanto, penulis buku Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010) dan Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau (2012). Facebook : bbharyanto.
*
Buku ini
sangat pas terbit menjelang tahun pemilu di Republik Badut. Sangat tepat karena semua orang sedang membicarakan
politik dari soal partai politik, caleg sampai siapa calon presiden periode
mendatang. Namun bisa jadi buku ini akan kalah lucu dengan keseharian politisi
yang kita saksikan di spanduk, baliho atau berita di media massa. Tetapi
daripada Anda penasaran mana yang lebih lucu, buku ini atau di media massa,
sebaiknya Anda membeli (jangan meminjam apalagi mencuri) buku ini di toko buku
terdekat. Bacalah dan Anda akan membuktikan buku ini lebih lucu dari keanehan
politisi kita di media massa. Mengapa? Karena buku mengupas setiap peristiwa
politik dengan pisau analisa humor. Bahkan peristiwa politik yang biasa saja
bisa menjadi lucu. Jika Anda masih tak percaya dengan komentar saya ini, sekali
lagi saya sarankan membeli buku. Jangan meminjam, karena kata Gus Dur:
meminjamkan buku kepada orang lain adalah perbuatan bodoh, tetapi mengembalikan
buku yang kita pinjam adalah perbuatan orang gila!
Tri Agus Susanto Siswowiharjo, dosen di Prodi Ilmu Komunikasi
STPMD "APMD" Yogyakarta.
*
Republik Badut sudah aku baca....keren..! Mencerahkan...ternyata
satiris/humoris itu orang yang jenius ya....!
Muhammad Subarkah, Wartawan Harian Republika.
Baru membaca judulnya saja, buku ini sudah membuat kita tersenyum. Republik Badut, entah di mana republik ini berada. Kalau ada nama, tempat, dan cerita yang sama, itu sebenarnya disengaja, biar kita bisa ber-cangar-cengir sambil membacanya. Dan, untuk target ini, sang penulis benar-benar berhasil.
Lewat tuturan-tuturannya yang satire, santai, dan di sana-sini terkesan main-main, tetapi sesungguhnya sang penulis tidak sedang bermain-main.
Sungguh, ini sangat jauh lebih baik ketimbang ada sebuah negeri yang seharusnya ditangani secara serius namun justru ditangani secara main-main.
M. Djoko Yuwono (Jurnalis, pegiat seni dan budaya).
*
Baru membaca judulnya saja, buku ini sudah membuat kita tersenyum. Republik Badut, entah di mana republik ini berada. Kalau ada nama, tempat, dan cerita yang sama, itu sebenarnya disengaja, biar kita bisa ber-cangar-cengir sambil membacanya. Dan, untuk target ini, sang penulis benar-benar berhasil.
Lewat tuturan-tuturannya yang satire, santai, dan di sana-sini terkesan main-main, tetapi sesungguhnya sang penulis tidak sedang bermain-main.
Sungguh, ini sangat jauh lebih baik ketimbang ada sebuah negeri yang seharusnya ditangani secara serius namun justru ditangani secara main-main.
M. Djoko Yuwono (Jurnalis, pegiat seni dan budaya).
*
Buku
karya salah satu empu humor di tanah air ini tak membuat saya tertawa lebar
seperti saat menyaksikan dagelan panggung. Namun saya yakin bahwa Mas Darminto,
sang empu humor, memang tidak bermaksud untuk membuat pembaca mengekspresikan
tawa seperti itu.
Kepiawaiannya
mengolah kata-kata dari sederet fakta, serta kepekaannya menangkap fenomena
kehidupan negarawi yang diimbangi dengan ketajaman dalam melakukan
interpretasi, telah memungkinkan Mas Darminto mendokumentasikan dagelan para
elit politik yang makin menggerogoti rasion d’etre berdirinya Republik
tercinta.
Membaca
buku ini dari tanah seberang membuat saya tersenyum trenyuh,
mengalami mixed feelings antara rasa kangen tanah air dan rasa miris
membayangkan sebagian besar rakyat jelata yang dijadikan mainan para politisi
yang makin jauh dari tatakrama kenegarawanan.
Saya
ingin mengajak siapa saja yang peduli masa depan negeri kita untuk melakukan
kontemplasi dengan membaca buku ini. Salam.
Wisnu T Hanggoro, bekerja pada Southeast
Asian Press Alliance [SEAPA], Bangkok, Thailand.
*
Buku
“Republik Badut” ini mendapat penguatan oleh tertangkapnya Ketua Mahkamah
Konstitusi oleh KPK. Sungguh tiada tandingan keadaan runyam yang dialami oleh
bangsa Indonesia pada saat ini. Produk-produk MK bersifat final dan mengikat,
tak mempan digugat, seperti keputusan juri yang meniadakan surat menyurat.
Ibarat sopir bajaj di Jakarta, hanya dia dan Tuhan yang tahu kapan dan ke mana
berbelok….. Jangan menangis kalau terlanjur beli buku ini seberapapun sedih dan
kecewa dengan negerimu. Tertawalah, dijamin lebih sehat dan bermartabat.
Efix Mulyadi, Wartawan Senior
(d/h Harian Kompas).
Penjelasan lebih lengkap tentang Buku REPUBLIK BADUT, Klik Di SINI!
Ingin belanja online langsung buku ini, silakan pilih link di bawah yang Anda suka.
0 comments:
Post a Comment