Oleh Prie GS |
Sudah tentu, semua yang hadir tertawa. Saya juga. Tetapi dalam hati saya sebetulnya berimpresi secara sunguh-sungguh atas pembukaan itu. Sepanjang perjalanan, tidak cuma ke Blora, aku selalu tergerus oleh rumah-rumah miskin di pinggir jalan. Kadang-kdang ada ayam dan kambing kurus di depan rumah, kadang-kadang kulihat orang tua yang duduk murung di teras rumah mereka yang muram.
Perjalananku ke wilayah kabupaten, yang paling mengasyikkan adalah menatap rumah-rumah miskin di pinggir jalan itu. Asyik? tentu tidak. Asyik dalm arti, itulah melulu yang menjdi konsentrasiku. Pertama, karena potret kemiskinan negeriku maish tercermin lewat pemandangan ini. Kedua, aku sendiri mengalami kemiskinan semacam itu. Aku pernah ke Kabuoaten Paser Penajam, Grogot Kalimatan Selatan.
Melewati desa-desa terpencil dengan rumah sendirian di pinggir hutan, sungguh mendatangkan bermacam-macam perasaan. Seandainya anak dan istriku yang tinggal di rumah terasing itu, sementara aku harus senantiasa bepergian mencari nafkah. Jika pikiran kudramatisir seperti itu, berpenderanlah wajah anak-anak dan istriku. Sering aku diam-diam menahan haru dan mencoba untuk tidak menangis. Aku tidak tahu apakah kedatanganku di aneka pendapa kabupaten itu ada gunanya. Tetapi pesan yang kutangkap dengan jelas di hati ialah, betapa luas ini negara dan betapa kita banyak tugas!
0 comments:
Post a Comment