Cak Lontong |
Oleh Odios Arminto
Melihat format ILK (Indonesia Lawak Klub)
belakangan, kok seperti ada yang bergeser dari format sebelumnya. Gimana
gitu. Tidak terstruktur, sistematis dan masif lagi. Tema yang dipilih
biasanya tajam dan dialogis. Lha kok yang baru-baru terasa mengambang.
Potongan kalimat, tanpa makna utuh. Lalu eksplorasi yang terjadi
mengembangbiak tanpa kendali. Dan mending kalau lucu, tapi yang terjadi
adalah spekulasi spontanitas, yang kadang garing kerontang-kering
kemarau.
Duhai ILK, kembalilah ke saat-saat di mana Cak
Lontong dapat porsi yang memadai untuk mengaduk-aduk imajinasi pemirsa
lewat model survey, yang setahu saya, menjadi main product dari ILK. Atau segmen unggulan memikat. Saat yang ditunggu-tunggu para pemirsa.
Andai seluruh fokus dikonsentrasikan ke Cak
Lontong, sebagai pihak yang disalahkan, direcoki, disalahpahami,
diapresiasi, ditolak, diragukan, namun juga kadang diterima dan dipuji
untuk kesimpulan2-nya yang salah, kekuatan humor akan muncul lebih
smooth dan natural.
Suka tidak suka, melihat perkembangannya, ILK harus
melihat Cak Lontong sebagai stasiun pemberangkatan dan kepulangan.
Format itu akan efektif dan tidak bikin bingung. Denny yang harus tetap
menjaga run down itu. Kalau menyimpang terlalu jauh, segera kembalikan
ke on the track. Para pendukung lain dapat men-support sesuai perannya
yang sudah-sudah. Hanya Komeng, perlu juga menjaga aura “intelektual”
dalam setiap respon atau perwacanaannya, supaya tetap dalam atmosfer
yang senafas dan selevel. Setahu saya dia jago baca-baca, kenapa tak
muncul knowledge-nya itu dalam respon spontanitasnya?
Saya tidak tahu, apa telah terjadi rolling tenaga
kreatif di produksi ILK? Tampak sekali bahwa tim yang menangani
belakangan ini, kurang paham di mana kekuatan, kelemahan, ancaman dan
peluang ILK di bursa produk acara humor TV. Sekian puluh episode telah
dilalui dan tampaknya perjalanan itu telah memberikan
kebajikan-kebajikan yang mengesankan.
Trans 7 pasti dapat mempertimbangkan bagaimana
menata ulang momentum ILK yang masih bisa diselamatkan tersebut. Produk
acara humor TV bukan saja penting dan menghibur, tetapi juga dapat
menjadi sarana pencerah batin bagi para pemirsa. Apalagi di situasi
ketika produk humor atau yang disangka humor digarap dengan pretensi
bahwa humor itu cuma cengengesan dan asal jumpalitan. Piiissss!
0 comments:
Post a Comment