<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Jangan Panik Masih Ada yang Menggelitik

Jangan Panik Masih Ada yang Menggelitik



Kartun M Najib

Umi Sakdiyah

Kulkas Baru

Hari Minggu kemarin, Paijo memergoki sebuah mobil bak terbuka mengantar kulkas ke rumah Juki. Kebetulan kontrakan mereka bersebelahan.

"Setahuku kamu itu bujangan, nggak pernah masak, alergi sama es, ngapain beli kulkas? Mau jualan es, ya?" tanya Paijo penuh selidik.

"Enggak, kok. Buat ngeringin baju sama sepatu. Kan sekarang musim hujan!"

"Kalo gitu, kenapa nggak beli mesin cuci aja?" lanjut Paijo keheranan dengan alasan Juki.

"Takut dikira mau buka laundry kiloan!" jawab Juki kesal.


Nonton Film
"Mau ke mana, Juki?" tanya Paijo melihat temannya sudah rapi jali.

"Mau nonton ke Blok M"

"Biasanya nonton dagelan di di Senayan" ujar Paijo heran.

"Di Blok M filemnya lagi seru, Jo! Cicak vs Buaya jilid 2"


Tiga Aturan Persilatan

Tiba-tiba Juki datang membawa mukanya yang masam. Padahal biasanya cuma ketiaknya saja.

"Nape lu, Juk?" tanya Paijo heran.

"Abis berantem sama Senior"

"Menang?"

"Kalah!"

"Makanye inget selalu pesan guru!"

"Pesan yang mana?"

"Itu, lho, tiga aturan persilatan :
1. Senior selalu benar
2. Senior tak pernah salah
3. Kalau senior salah, lihat aturan pertama"


DPR dan Deventer

"Wakil kita di DPR hebat-hebat ya, Jo?" ujar Juki sambil sarapan nasi sama orek tempe di warteg langganan.

"Hebat gemana?" sahut Paijo bingung.

"Ya, itu, giliran mbahas undang-undang untuk kepentingan rakyat, alotnya setengah mati, pake acara walk out sama mbanting meja. Tapi giliran milih Kapolri langsung oke, pake aklamasi segala," jelas Juki lagi.

"Ya nggak usah bingung, Juk! Mereka kan lagi menjalankan ajaran Van Deventer."

"Maksudnya?"

"Lha iya, kalau pemilihan Kapolri kan bisa buat mraktekin teori balas budi ajarannya Van Deventer. Kalau kita, wong cilik balas budinya paling lima tahun sekali, nggak penting banget!"


Ketemunya Black Box

"Woooiii... kotak hitamnya udah ketemu... " teriak Paijo, wartawan infotainment dari atas kapal. Matanya melotot girang ke arah sekoci yang sedang didayung petugas ke arah kapal.

"Mana... mana...?" sahut beberapa wartawan dan awak kapal berebut melihat ke arah yang ditunjukkan telunjuk Paijo.

"Wah... iya, bener! Itu kotak hitamnya. Lihat warna oranyenya jelas banget, kena pantulan sinar matahari!"

Sekoci itu pun semakin lama terlihat semakin jelas. Beberapa saat kemudian, mereka terbelalak.

"Lho, kok, ada gambar ikannya?" ujar orang-orang di geladak itu berbarengan.

Ternyata yang dikira kotak hitam itu hanyalah sebuah kotak penyimpan ikan berwarna oranye milik nelayan.


Murah Tapi Aman

"Jo, kalau naik pesawat pilih yang murah apa yang mahal?" tanya Juki iseng.

"Yang murah dan cepet, dong!" jawab Paijo sambil sarapan nasi uduk.

"Lha kalau murah tapi cepet masuk akherat, gimana?"

"Maunya sih yang murah, cepet, dan aman. Tapi nggak ada ya, di Indonesia?" tawar Paijo sambil cengengesan.

"Ada, tuh! Naik aja pesawat telpon, murah dan aman!" sahut Juki kesal.


Penyebab Jatuhnya Air Asia

"Ikut berduka cita ya, Jo, atas jatuhnya Air Asia," ujar Juki syahdu.

"Sebenarnya tuh penyebab jatuhnya pesawat itu keteledoran manajemen Air Asia. Lha wong nggak punya izin trayek kok malah jalan aja. Harusnya mereka kasih ganti rugi tuh, nggak cuma buat keluarga yang ditinggalkan, tapi juga kepada Basarnas, TNI/Polri yang ikut repot melakukan evakuasi, juga buat keluarga para petugas yang harus deg-degan ditinggal suaminya bertugas," sahut Paijo berapi-api.

"Kalau menurut aku, sih, yang paling salah itu Gatotkaca! Dia lalai menjalankan tugas!" sambung Juki tak mau kalah.

"Lho, kok, bisa?"

"Lha, iya! Yang bertugas patroli di udara kan si Gatot, harusnya kalau Air Asia itu nyalahi trayek, mbok ya dikejar, terus disemprit, suruh balik lagi ke bandara," jawab Juki kalem.

"Ooo... pantesan. Lha wong waktu itu Gatotkaca lagi main catur sama aku!" kata Paijo merasa bersalah.


Tris Sakeh

Kisah IBU lebih penting daripada ISTRI

Di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), ada seorang pria yang kehilangan ISTRInya karena terpisah.
Dia bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang menangis karena terpisah juga dari IBUnya.
Akhirnya mereka sepakat untuk bersama-sama mencari.
Si Pria itu bertanya:
"Ayahmu nggak ikut?"
"Ayah sudah meninggal tahun lalu.."
''Ibumu ciri-cirinya seperti apa, Nak?''
''Ibu saya tingginya 172cm,
Badannya langsing,
Kulitnya putih,
Pakai rok mini kuning,
Wajahnya cantik seperti Sophia Latjuba,
Dadanya seperti Julia Perez,
Dan pakai sepatu hak tinggi seperti Jennifer Lopez...''
Si Pria terperanjat... ''Haaahhh... Trus ?''
''Kalau ISTRI om ciri-cirinya seperti apa ?''
''Ahh..Ngga penting..
Ayo kita cari aja IBUMU dulu, Nak....."







Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger