<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Kolom-, info tentang APBD, Begal dan Sekitarnya

Kolom-, info tentang APBD, Begal dan Sekitarnya


 Melayat Hukum dan Keadilan - Non-O



Ahok Melawan "Groupthink" DPRD 


Irwanto


Kasus "dana siluman" yang digunakan Gubernur DKI Basuki Tjahaja  Purnama atau Ahok untuk melawan DPRD merupakan wacana politik yang berpotensi menjadi kasus abadi dalam textbook kajian pembangunan maupun psikologi sosial dan organisasi. 


Gayanya yang frontal dan blakblakan akan segera diuji oleh sejarah, apakah akan menjadi bumerang atau pisau tajam yang memang diperlukan untuk meruntuhkan groupthink para politikus elite negeri ini.

Rezim totalitarian
Istilah groupthink diperkenalkan Irvin Janis (1918-1988), psikolog dari Universitas Yale. Ia meminjam istilah George Orwell (1903-1950), seorang novelis Inggris yang menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan rezim totalitarian. Dalam pengamatan Janis, orang saling  mengikatkan diri satu sama lain, bersatu, karena mempunyai pandangan atau situasi yang lebih kurang sama sehingga kebersamaan mereka menjadi tembok pelindung kepentingan bersama.
Kepentingan tersebut dibangun bukan atas nilai-nilai terpuji atau prestasi, melainkan justru di atas berbagai kesalahan, ketidakmampuan, ketamakan, kekuasaan yang koruptif, dan ancaman atas status quo mereka. 

Dalam studinya mengenai rezim-rezim atau kelompok yang membangun groupthink, Janis mengidentifikasi delapan elemen menonjol dari kelompok atau rezim ini. Mereka memiliki illusion of invulnerability, yaitu merasa kelompoknya tidak memiliki celah untuk dijatuhkan. Mereka juga merasa bahwa pikiran dan cara mereka berpikir sudah benar, tidak perlu dikritik, apalagi dibuktikan. Mereka menganggap diri mempunyai standar moral lebih tinggi daripada orang lain.

Mereka memandang rendah anggota out-group.  Adanya ancaman yang jelas dan pasti bagi mereka yang mengkhianati kelompok. Dalam norma kelompok terjadi self-sensorship yang sangat kuat. Pandangan kelompok dianggap disetujui secara aklamasi oleh semua anggota. Mereka menghalangi pimpinan mereka dari berbagai informasi yang dapat merusak cara berpikir dan citra yang telah dibentuk.

Dalam mempertahankan groupthink ini ada sikap militan, terutama untuk mempertahankan in-group mereka. Tidak ada toleransi terhadap orang-orang atau kelompok di luar mereka. Kalian bersama kami atau menjadi musuh kami. Sikap ini disertai dorongan kuat untuk menghancurkan musuh bersama mereka dengan segala cara. 

Zaman Orde Baru, groupthink merupakan ciri umum dari birokrat dan pimpinan pemerintahan. Setelah reformasi, situasinya terbalik, bentuk-bentuk groupthink menjadi liar, ada di mana pun selama ada ketamakan kekuasaan yang koruptif, termasuk di lembaga perwakilan rakyat yang seharusnya menjadi sumber suara hati nurani. Dalam kasus DKI, pimpinan pemerintah daerah justru harus berhadapan dengan kekuatan politik yang dikristalisasi oleh kepentingan kolusif-koruptif yang seharusnya mendukung kiprah pemda. 

Mendobrak "groupthink"

Mampukah Ahok mendobrak groupthink?
Posisi Gubernur DKI dalam berhadapan dengan DPRD sedikit berbeda jika dibandingkan dengan posisi rakyat Indonesia melawan rezim Orde Baru. Saat itu, groupthink ditopang dengan kekuasaan dan kekuatan riil-dalam maupun luar negeri, bersenjata, sistemik, dan berakar.

Hal itu tidak ada pada DPRD DKI saat ini. Kekuatan mereka hanya setengah riil, artinya benar mereka mempunyai kekuatan politik, tetapi ada risiko kekuatan itu bertubrukan dengan kekuatan moral konstituennya (rakyat).  Walau praktik seperti ini sudah jadi kebiasaan, masyarakat menunggu kepemimpinan yang berani dan berkomitmen pada rakyat. Tanpa dukungan rakyat, pameran groupthink DPRD DKI bisa jadi hanyalah macan ompong.

Ada dua skenario yang akan menentukan perjuangan melawan groupthink ini. Skenario pertama, perjuangan Ahok akan berhasil jika ada dukungan presiden dan wakil presiden (masing-masing sudah menyatakan dukungan secara terpisah) dan menyerahkan kasus ke ranah hukum. Sistem inilah yang akan membedah elemen groupthink yang disajikan DPRD DKI. Masyarakat akan menjadi sumber legitimasi atas temuan dan pembuktian dana siluman Rp 12,7 triliun. 

Unsur kunci dalam skenario pertama adalah Menteri Dalam Negeri, yang berasal dari partai politik pendukung hak angket, tetapi sekaligus anggota kabinet kerja Jokowi. Kementerian Dalam Negeri wajib mengevaluasi secara independen kedua versi budget. Jika anggaran DKI versi Pemprov tidak segera disahkan, hal itu akan menyulut kemarahan rakyat.

Maka, orang berharap Mendagri berani mengesahkan anggaran DKI tanpa tekanan. Proses hukum pun biarkan berjalan terus. Jika ini yang terjadi, kita akan menyaksikan buah-buah manis dari Ahok. Masyarakat yang merasa dibela akan tetap memelihara harapan dan kepercayaan pada pemerintah.  
Jika yang terjadi Mendagri menekan Pemprov DKI untuk memperbaiki hubungan dengan DPRD DKI, Mendagri akan menolak pengesahan anggaran di luar prosedur. Peristiwa itu akan memicu skenario kedua, rakyat akan merasakan untuk kesekian kalinya "berada di ruang kosong publik tanpa pemimpin". Tumbuh apatisme dan perasaan marah yang dapat membabi buta dan berdampak buruk.  
Pemerintahan Jokowi lahir dalam kancah perseteruan antara suara dan nalar yang berakal budi dengan nafsu dan ketamakan kekuasaan disertai autodestruct mechanism (mekanisme bunuh diri). Pemerintahan Jokowi harus mengedepankan akal budi dan tidak membiarkan pemerintahan bermisi bunuh diri karena absennya keberanian moral. 

Irwanto Guru Besar Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Ahok Melawan "Groupthink" DPRD".
 



Fenomena Begal


TB RONNY RACHMAN NITIBASKARA

Memasuki tahun 2015, masyarakat dikejutkan dengan makin maraknya tindak kejahatan perampasan kendaraan bermotor roda dua, yang diistilahkan sebagai begal.

Dalam situs resminya, 26 Februari 2015, Kompas merilis tulisan ”Catatan Aksi Begal sepanjang Januari 2015” yang menyebutkan Polda Metro Jaya mencatat ada 80 kasus pembegalan sepanjang Januari 2015 di wilayah hukumnya. Kasus itu tersebar di sejumlah wilayah di Jakarta dan daerah-daerah penyangga, yaitu Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Bahkan, dalam salah satu kasus di Depok, seorang perempuan pedagang sayuran sempat dilempar pelaku ke dalam kali ketika mereka merampas sepeda motornya. Untung saja ia selamat sehingga dapat langsung melaporkan peristiwa itu kepada polisi. Kejadian di atas menunjukkan bahwa pelaku tidak pandang bulu dalam mencari mangsa, mulai dari anak muda, dewasa, hingga perempuan menjadi incaran.

Mencermati keadaan memprihatinkan ini, Polri dengan sigap langsung mengupayakan segala daya dan upaya untuk membekuk para ”begal” itu. Sebagian besar pelaku tertangkap dan diamankan, kendati ada di antara mereka yang harus menghadapi pengadilan ”jalanan”, yaitu dibakar hidup-hidup oleh massa yang sudah habis kesabarannya.

Kekerasan dan kemiskinan

Literatur kriminologi telah lama mengidentifikasikan di antara masyarakat ada golongan yang kerap berpikir ”bunuh dulu, urusan belakangan”. Dalam buku saya Catatan Kriminalitas (1999) telah dikemukakan panjang lebar mengenai perilaku sosok yang mengedepankan kekerasan itu dalam perspektif classical bahwa di masyarakat terdapat sejumlah orang yang tak merasa takut terhadap sanksi, baik sanksi sosial maupun hukum. Dalam keadaan frustrasi, mereka tak segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan dan kepentingan yang bermacam-macam.

Akibatnya, perilaku yang mengedepankan moto membunuh dulu, sedangkan akibatnya dipikirkan belakangan, akan tumbuh subur dalam perspektif struktur sosial, yaitu bahwa ketegangan dan frustrasi yang dialami seseorang yang tinggal atau hidup di daerah kumuh kelas bawah menyebabkan mereka mudah berperilaku menyimpang. Sebagaimana diketahui, nilai-nilai kelas bawah menekankan pada kekerasan (violence) dan kekuatan (power), yang mengakibatkan mereka sering berurusan dengan penegak hukum.

Di samping itu, perspektif lainnya mengacu pada proses sosial. Di dalam masyarakat terdapat sejumlah orang yang tak punya kesempatan menikmati institusi konvensional, seperti sekolah, pekerjaan dan keluarga. Kondisi ini menimbulkan keresahan. Mereka pada umumnya bereaksi keras terhadap tekanan hidup sehari-hari. Termasuk ke dalam golongan ini adalah orang-orang yang tak memiliki kepandaian atau keterampilan seperti dimiliki orang lain. Semakin besar jumlah mereka, semakin tinggi keresahan, hingga menimbulkan ketegangan sosial(social unrest) di masyarakat.

Von Mayr, dikutip dalam Mannhein (1965), Bonger (1916), Thomas (1925) dan Radzinowics (1925), berpuluh-puluh tahun silam telah membuktikan adanya hubungan antara pencurian dan fluktuasi harga gandum, yang dapat dianalogikan dengan kebutuhan pangan. Sementara Bonger pernah membahas hubungan antara kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan. Shaw dan Mckey (dalam Gordon 1967), telah mengemukakan tingginya tingkat kejahatan dalam komunitas miskin. Pakar lainnya dalam studi di Houston, AS, menemukan tingginya korelasi kejahatan kekerasan dan kemiskinan. Hal di atas diamini Schwartz (1984) dalam teori perbedaan struktur, yang menemukan fakta bahwa perbedaan sosial ekonomi akan menjadi sumber kejahatan.

Hubungan antara pelaku, kemiskinan, dan kejahatan, terungkap dalam penelitian James F Short, Jr (1997) bahwa meningkatnya konsentrasi kemiskinan secara signifikan wilayah perkotaan serta jurang pemisah yang melebar antara si kaya dan miskin, akan menumbuhkan budaya kekerasan pada kaum yang tergolong miskin. Perasaan ”senasib” sebagai pihak yang lemah kerap membuat mereka merasa terikat satu sama lainnya untuk kemudian mencari solusi yang sangat jauh dari apa yang berlaku dalam norma masyarakat.

Pembegalan yang akhir-akhir ini marak terjadi dilakukan lebih dari satu orang, atau berkelompok. Modusnya, memepet korban dengan dua sepeda motor yang dikendarai empat pelaku bersenjata tajam atau bersenjata api, dengan tujuan mengambil sepeda motor korban. Mereka tak segan-segan berperilaku sadis atau bahkan membunuh untuk mendapatkan keinginan mereka.

Organisasi kejahatan

Sifat kejahatan mereka seperti terorganisasi walaupun mereka bukan organisasi kejahatan. Terdapat perbedaan antara kejahatan terorganisasi (organized crime) dan organisasi kejahatan (crime organization). Setiap kejahatan yang dilakukan organisasi kejahatan tentu saja terorganisasi. Namun, tidak semua kejahatan terorganisasi dilakukan oleh organisasi kejahatan. Hal itu dapat dilihat dalam peristiwa pembegalan yang terjadi selama ini.

Beberapa alasan yang patut diperhatikan dalam pembegalan di atas adalah, pertama, pembegalan lebih dipandang sebagai cara melakukan tindak kejahatan daripada sebagai organisasi. Kedua, sistem kerja sama dalam pembegalan ditopang keanggotaan yang sangat cair, artinya bergabungnya mereka tidak bersifat permanen. Ketiga, mereka tidak memiliki aturan dan kode etik yang bersifat tetap. Keempat, mereka tidak memiliki tujuan jangka panjang dan tahapan-tahapan pencapaiannya melainkan hanya obyek, yaitu sepeda motor.

Di samping itu, patut diingat bahwa setiap peristiwa kejahatan kerap terkait dengan imitation crime model. Kisah sukses mereka yang melakukan kejahatan seperti pembegalan yang dimuat di media massa, mengundang orang lain untuk mengikuti dan meniru model serta teknik-teknik yang dipandang ampuh dan mumpuni. Kegagalan seseorang melakukan kejahatan juga kerap dijadikan pegangan bagi mereka agar tidak bernasib serupa.

Keterampilan sebagai begal tidak dimiliki secara tiba-tiba, tetapi melalui suatu proses pembelajaran terlebih dahulu, melalui berbagai sumber, termasuk media. Perihal ”mempelajari kejahatan” ini, Sutherland (1947) memiliki beberapa pemikiran menarik antara lain, pertama, perilaku kejahatan itu dipelajari. Kedua, perilaku itu dipelajari dari orang lain dalam suatu interaksi. Ketiga, bagian terpenting dari perilaku jahat yang dipelajari diperoleh dari kelompok pergaulan yang akrab. Keempat, apabila tingkah laku itu dipelajari, yang dipelajari adalah cara melakukan kejahatan dan bimbingan yang bersifat khusus mengenai motif, rasionalisasi, dan sikap.

Dengan demikian, mustahil memberantas semua fenomena kejahatan yang terjadi di muka bumi termasuk begal di atas. Penumpasan hanya berlaku sesaat, untuk kemudian muncul lagi di kemudian hari. Karena kita hanya mampu meminimalkan faktor-faktor pencetus kejahatan tersebut dan menyingkirkan sebab-sebab yang mendorong tingginya tindak kejahatan pembegalan selama ini. Kemiskinan, pengangguran, jurang pemisah yang dalam antara yang mampu dan tidak mampu, lemahnya pengawasan terhadap peredaran senjata tajam dan senjata api, merupakan masalah yang patut mendapat perhatian serius.


TB RONNY RACHMAN NITIBASKARA
Guru Besar Kriminologi Pascasarjana UI; Ketua Program Kajian Strategi Ketahanan Nasional Pascasarjana UI 
  

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Februari 2015, di halaman 6 dengan judul "Fenomena Begal".
 


Rp 12 Triliun Bukan Jumlah Sedikit

Bambang Sigap Sumantri 

Mencermati kasus perbedaan sikap antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan DPRD soal anggaran, kita semua bisa belajar banyak. Di era yang serba transparan seperti sekarang ini, mari kita hentikan proses penganggaran dana yang tidak jelas arahnya.

 KOMPAS/PRIYOMBODOUnit alat catu daya listrik cadangan (uninterruptible power supply/UPS) yang digunakan di SMA Negeri 35, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Sabtu (28/2). Proyek pengadaan UPS serupa serta berbagai perlengkapan sekolah yang bernilai miliaran rupiah kembali muncul dalam rancangan APBD 2015 yang diajukan DPRD.
Perbedaan antara kedua belah pihak itu mempunyai akar yang panjang walaupun masa pemerintahan Basuki (dihitung juga saat sebagai Wakil Gubernur DKI) belum ada tiga tahun. Masyarakat sudah sering mendengar konflik antara mantan Bupati Belitung Timur tersebut dan anggota DPRD DKI. Hal itu sudah terjadi sebelum Basuki menjadi orang nomor satu di Jakarta menggantikan Joko Widodo yang menjadi orang nomor satu di Indonesia empat bulan lalu.

Kali ini, konflik antara Basuki dan DPRD lebih serius walaupun bisa jadi bukan yang terakhir. Tampaknya sampai masa jabatan Basuki selesai tahun 2017, silang pendapat yang menjurus pada konflik terbuka masih akan terus berlangsung dengan tema berbeda.
Dikatakan serius karena, pertama, seluruh anggota DPRD sepakat menggunakan hak angket untuk menyelidiki dugaan terjadinya pelanggaran perundangan-undangan yang dilakukan Basuki menyangkut APBD. DPRD akan menyelidiki langkah pemerintah provinsi menyerahkan dokumen APBD yang bukan pembahasan bersama eksekutif-legislatif ke Kementerian Dalam Negeri. Ini berarti pencairan dana pembangunan untuk masyarakat menjadi lebih lama.

Konsisten dengan karakter Basuki yang selalu nothing to lose-bersikap tanpa beban, kalaupun harus terjungkal kursinya, dia tidak ambil pusing- ia pun maju terus. Sehari sesudah DPRD DKI Jakarta bersepakat melakukan hak angket, Basuki memberikan tumpukan bukti dugaan penggelembungan (dana siluman) anggaran ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Temuan di lapangan untuk sementara ini mendukung sinyalemen Basuki bahwa ada yang tidak beres dalam penggunaan anggaran APBD DKI Jakarta tahun 2014 ataupun rancangan untuk 2015. Wartawan menemukan perusahaan pemenang lelang tidak cukup meyakinkan sebagai perusahaan bonafide yang mampu menyediakan pesanan dengan nilai miliaran rupiah. Sementara instansi yang menggunakan barang yang dianggarkan dalam APBD ternyata tidak pernah memintanya. 

Semoga saja temuan lapangan tersebut menyumbang sesuatu yang berarti untuk DPRD yang sekarang ini sedang meneliti permasalahan penyalahgunaan anggaran melalui hak angket. Tampaknya memang ada permasalahan substansial menyangkut anggaran DPRD DKI Jakarta yang tergolong sangat besar dibandingkan dengan daerah lain.

Jumlah APBD DKI Jakarta tahun 2015 sekitar Rp 73 triliun merupakan anggaran yang sangat besar dibandingkan dengan Jawa Barat (Rp 24,7 triliun), Jawa Timur (Rp 23 triliun), Jawa Tengah (Rp 17 triliun), dan DI Yogyakarta yang hanya Rp 3,69 triliun. Jika benar dugaan Basuki, terjadi penganggaran dana yang tidak jelas peruntukannya senilai lebih dari Rp 12 triliun, memang pantas semua pihak turun tangan.

Langkah Basuki untuk mempermasalahkan dana siluman tersebut sudah mendapat dukungan dari masyarakat, yang tiap hari mengalir lewat berbagai saluran dan media. Mereka mewakili rakyat yang menginginkan proses transparan dalam penggunaan dana triliunan rupiah tersebut. 

Panitia angket DPRD yang sudah mulai bekerja akhir pekan lalu pasti akan bertanya dan mencari data sebanyak mungkin tentang penyelewengan anggaran. KPK juga akan menindaklanjuti laporan Basuki soal dugaan penggelembungan anggaran. Masyarakat memberi dukungan untuk penuntasan kasus ini dengan memberikan keterangan kepada wartawan secara apa adanya. Tinggal kita bersama-sama mengawal, jangan sampai dana triliunan rupiah dipakai semena-mena.



Mati Ketawa ala Haji Lulung

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
 
Kompas/WISNU WIDIANTOROWakil Ketua DPRD Abraham Lunggana dan anggota DPRD lainnya menjawab pertanyaan wartawan saat keluar dari ruangan setelah rapat mediasi antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD yang digelar di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (5/3), tidak menemukan titik temu. Rapat itu berakhir dalam suasana pana

Anggota DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana, yang juga dikenal sebagai Haji Lulung, kembali meramaikan linimasa media sosial di Indonesia. Muncul tagar #SaveHajiLulung yang mendadak melejit dalam semalam hingga sempat masuk topik tren nasional. Menurut layanan analisis Topsy, tagar itu muncul hingga 21.000 kali dalam waktu singkat.
 
Di balik makna tagar yang terlihat empati terhadap anggota legislatif itu, ternyata isinya berkata hal yang sebaliknya.

*tweet 1*
Tweet yang bermunculan sambil menyebut tagar tersebut ternyata mengolok-olok Haji Lulung, menyusul keributan yang berlangsung di rapat mediasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta yang digelar Kementerian Dalam Negeri. Mediasi digelar karena perseteruan lembaga eksekutif dan legislatif terkait pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta tahun 2015.

Rapat mediasi berakhir dengan keributan, seperti video yang disebarluaskan melalui Youtube yang memperlihatkan kedua belah pihak berbicara dengan nada tinggi. Lulung bersama beberapa nama anggota DPRD juga tertangkap kamera video tengah melontarkan ucapan yang tidak pantas kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau kerap dipanggil Ahok.

Seusai rapat digelar, pengguna media sosial segera memberi sanksi sosial berupa merisak para anggota DPRD DKI Jakarta yang kebetulan memiliki akun media sosial. Khusus untuk Haji Lulung, terdapat pembedaan perlakuan karena beberapa kali nama ini menjadi buah bibir; mulai dari perseteruan dengan Ahok terkait penataan Pasar Tanah Abang hingga mobil mewah yang dia bawa ke acara pelantikan anggota DPRD DKI pada Agustus 2014.

Yang terjadi kemudian, bermunculan kicauan demi kicauan menggunakan tagar #SaveHajiLulung bernada sarkastis dan saat terkumpul menjadi kumpulan humor. Beberapa di antaranya bisa membuat bibir tersenyum hingga tertawa terpingkal-pingkal.

*tweet 2-11*
Keberadaan tagar tersebut juga mendapatkan komentar dari pengguna media sosial lainnya sebagai hiburan di tengah berita mengenai berbagai masalah yang mengimpit Indonesia.

*tweet 12-16*
Barangkali inilah cara orang Indonesia dalam bercanda melalui media sosial.

Ingin merusak citra
Menanggapi hal itu, kepada Kompas.com, Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPRD DKI Maman Firmansyah mengatakan kicauan lelucon tentang rekan separtainya itu dikoordinasi oleh pihak-pihak tertentu yang ingin merusak citra Lulung alias Abraham Lunggana.
"Saya kira ini sepihak dan tidak berimbang. Ada caci maki pada Haji Lulung. Itu kan dikoordinir dan kebanyakan bukan warga Jakarta," jawab Maman. 

Maman juga menegaskan bahwa kegigihan yang diperlihatkan Lulung adalah untuk menjaga harkat martabat DPRD. "Jangan direndahkan terus. Dia ingin perlihatkan bahwa tuduhan mengenai DPRD nipu dan macam macam, tukang peras, tidak benar. Dia ingin menampakkan itu," katanya. Lulung dihubungi lewat telepon selulernya untuk dimintai tanggapan tidak menjawab.

Muhadkly Acho @muhadkly
Haji lulung kalo laper tengah malem, McD yang nelpon duluan. #SaveHajiLulung
12:33 AM - 6 Mar 2015

Tokoh Masyarakat @bebiben
Haji Lulung kalo beli aqua satu galon, dia dapet tisunya 2. #SaveHajiLulung
10:41 PM - 5 Mar 2015

Rumail Abbas @Stakof
Haji Lulung tidur, matahari gak berani terbit. Takut ngebangunin. #SaveHajiLulung
11:55 PM - 5 Mar 2015

Riadi Bagus @yabaguslah

lo inget kapan trakhir liverpool menang epl? ya pas haji lulung jadi coachnya laah! #savehajilulung
11:10 PM - 5 Mar 2015

Miranti Primasty @miracle__13

Emang Advent Bangun siapa yg bangunin? Haji Lulung! #SaveHajiLulung
10:36 PM - 5 Mar 2015

Mohamad Guntur Romli @GunRomli

Tips terhindar dr begal, tempelkan stiker: #SaveHajiLulung
1:33 AM - 6 Mar 2015

Bonnie Triyana @BonnieTriyana
Haji Lulung nyetir mobil gak perlu ngerem, cuma melotot doang mobilnya berhenti sendiri #SaveHajiLulung
12:46 AM - 6 Mar 2015

ManusiaSuper @manusiasuper
Waktu Alexander Grahambell pertama kali menciptakan telepon, langsung dapat notifikasi 3 missed calls dari Haji Lulung #SaveHajiLulung
10:47 PM - 5 Mar 2015

ManusiaSuper @manusiasuper
Dulu Haji Lulung sama Clark Kent pernah adu panco. Yang kalah mesti pakai celana dalam di luar #SaveHajiLulung

Agung Nugroho @mbot
Haji Lulung distop polisi, polisinya yang nanya, “Bapak tahu kesalahan saya?” #SaveHajiLulung
8:39 AM - 6 Mar 2015

Poltak Hotradero @hotradero
Haji Lulung nggak perlu ngerti Fisika. Fisika yang harus tahu diri ngertiin Haji Lulung. #SaveHajiLulung
7:38 AM - 6 Mar 2015

Arfi Sulthani Syam @gagalman

Haji Lulung kalo naik Lion Air, Lion Air-nya yang marah-marah karena Haji Lulung delay. #SaveHajiLulung
2:11 AM - 6 Mar 2015

Denny Wahyudi @DennyCagur

Ketawa pagi ini dipersembahkan oleh #SaveHajiLulung
9:23 AM - 6 Mar 2015

BlogDokter @blogdokter
Tertawa itu sehat, kalau mau tertawa pagi ini coba pantau tagar #SaveHajiLulung :)
8:26 AM - 6 Mar 2015

Dewi 'Dee' Lestari @deelestari
Pagi ini dimeriahkan hestek #SaveHajiLulung.
6:55 AM - 6 Mar 2015

Enigma Cipher @goenrock

Hashtag #SaveHajiLulung ini, tujuannya nge-bully berbelok malah bikin dia terkenal dan dapet simpati karena mirip2 yang Chuck Norris.
8:53 AM - 6 Mar 2015
 

Ending
Pukul 20.00 malam hari, seorang wanita naik motor untuk membeli sembako di warung terdekat. Di sebuah belokan yang agak gelap, dia dipepet dua sepeda motor. Tak jelas apa yang terjadi, hanya teriakan kerasnya yang terdengar, "Lulung-lulung! Ada begal!!!"




Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger