<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Renungan untuk Indonesia

Renungan untuk Indonesia


Kartun Non-O

Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020

Beberapa waktu lalu, saat Muktamar, Haedar Nashir mengeluarkan pernyataan bahwa Muhammadiyah akan mencoba memberi pemahaman keagamaan yang tidak perlu tafkiri (saling mengafirkan). Kami akan mendorong adanya dialog antarpaham yang berbeda, termasuk Sunni dan Syiah, dengan mengajak umat bicara hal yang lebih substantif. Ritual keagamaan kita cukup kaya. Namun, kami khawatir kalau keagamaan serba ritual tanpa substansi, itu seperti kembang api, bercahaya tetapi tak bisa membawa perubahan signifikan pada kesadaran moral. Berapa banyak orang pergi naik haji, berapa banyak orang shalat, berapa orang pergi beribadah, tapi kalau indeks korupsi makin tinggi, lalu orang gampang tersulut gara-gara persoalan kecil, ya, sama saja. Seharusnya agama itu menjadi kekuatan otentik untuk menghadirkan kesalehan yang bisa membawa suasana damai, peduli, rasional, dan maju.(Kompas, 4 Okt 2015)


Bagaimana dengan gerakan tajdid Muhammadiyah?

Haedar Nashir: Saya tidak muluk-muluk, ambil yang moderat. Sekarang kita sudah punya fikih pembaruan, ada fikih anti korupsi, fikih air, fikih kebencanaan, fikih Al Maun, ada banyak. Sebenarnya itu kontekstualisasi dari tajdid. Kalau dulu fikih hanya urusan wudu, urusan ibadah, kalau sekarang ditarik ke urusan kontekstual.
Fikih air itu luar biasa dampaknya. Air mengalami privatisasi, air dikomoditaskan, ini, kan, membahayakan masa depan bangsa. Nah, fikih air ini mengajarkan umat untuk menghemat air. Salah satu cara menghemat air adalah mengambil air wudu cukup satu kali, tidak perlu tiga kali. Selain itu juga nanti kami mencoba mendorong Majelis Tarjih untuk memformulasikan fikih jihad. Ini penting karena banyak pembelotan terhadap makna jihad. Supaya makna jihad tidak dipersempit menjadi sekadar perang, kekerasan, dan semacamnya. Fikih kekuasaan juga penting untuk dijadikan landasan political behavior para pemegang kekuasaan. Lebih jauh lagi, fikih antarmazhab juga penting, bagaimana memberikan landasan perlunya toleransi dalam memandang perbedaan antarmazhab.


Indonesia dalam Catatan

Di sisi lain, utang luar negeri Indonesia meningkat pesat, terutama utang swasta. Besar utang swasta yang pada akhir 2011 sebesar 83,789 miliar dollar AS meningkat 27 persen menjadi 106,732 miliar dollar AS pada akhir 2012. Akhir 2013, utang luar negeri swasta meningkat 18,28 persen menjadi 126,245 miliar dollar AS.

Buruknya hubungan akademisi dengan industri itu disebabkan kurangnya saling pengertian dan kepercayaan di antara lembaga-lembaga tersebut. Industri menilai akademisi tak paham kebutuhan, tak membumi, dan terlalu birokratis. Sementara akademisi memandang industri terlalu serakah dan tidak idealis.

Terdapat tiga hal yang diidentifikasi sebagai kelemahan tenaga kerja. Pertama, penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Indonesia yang terbuka dalam hal perekonomian, perdagangan, dan kebudayaan mau tidak mau harus menguasai bahasa yang menjadi penghubung antarbangsa untuk meningkatkan posisi tawar.

Kedua, kepemimpinan. Faktor ini sangat berperan dalam mengambil keputusan mengenai apa yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Mampu bersikap kritis dan tidak sekadar patuh atau taat kepada penguasa atau kekuasaan. Terakhir, keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.

Secara umum, Indonesia belum bisa mengoptimalkan potensi bonus demografi. Meski penawaran tenaga kerja besar, kualitasnya masih rendah. Rata-rata lamanya sekolah penduduk usia dewasa (25 tahun ke atas) berdasarkan Susenas 2014 baru mencapai 7,9 tahun, setara kelas II SMP. Akibatnya, sekitar 64 persen angkatan kerja berpendidikan SMP ke bawah. Hanya 6,78 persen berpendidikan sarjana atau lebih tinggi. Tingkat pendidikan pun secara kuantitas bervariasi antardaerah. Secara kualitas terjadi kesenjangan antara desa dan kota.

Di pendidikan tinggi, prioritas utama bukan jumlah, melainkan kualitas pendidikan. Selama ini, pendidikan tinggi belum mampu memberdayakan yang dididik. Tingginya tingkat pengangguran menjadi bukti setelah pendidikan ditempuh, anak didik justru kian tergantung. Mereka lebih menanti kesempatan kerja daripada membuka lapangan usaha. Data terakhir, terdapat 128,3 juta orang angkatan kerja, tetapi kesempatan kerja hanya bagi 120,85 juta orang.

Tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 321 juta jiwa. Jumlah yang besar itu harus disertai dengan penduduk yang tidak hanya mampu bertahan hidup, tetapi juga mampu bersaing di tingkat nasional dan global.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger