Wednesday, February 22, 2012
Hidup di Negeri Apel sungguh suuueeeger! Mau nge-jussss,
kapan saja bisa. Tidak pakai gula saja sudah manis, apalagi ditambah gula atau
madu. Selain seger, ternyata juga sehat. Di hawa panas, pakai batu es, makin
ces-ces cesss!
Apel macam-macam warnanya: hijau, kuning, merah hati atau
kadang merah kehijau-hijauan. Sayang saja kenapa apel warna biru kok belum ada.
Padahal biru itu identik dengan langit yang cerah. Gunung yang biru, sungguh
nyaman dipandang. Hanya saja muka biru atau kebiru-biruan sungguh gak enak dipandang,
karena habis kena gampar.
Majalah HumOr edisi 003 di bulan Maret 2012 ini selain
memuat “Geger di Negeri Apel” juga memuat berbagai lelucon seputar supremasi hukum
yang bikin senyum di kulum. Senyum kecut, senyum nyeri, kadang juga senyum
ngilu. Itulah satir-satir getir dari potret hukum Negeri Apel.
Jangan lupa selain kartun, ada foto lucu, joke, video dan lain-lainnya.
Jangan lupa selain kartun, ada foto lucu, joke, video dan lain-lainnya.
Kartun-kartun cerdas dan bernas tentu khusus menyoroti kenapa
kita cenderung korup, cenderung menyimpang, apalagi kalau lagi bergelimang
kekuasaan dan kekuatan. Kartun-kartun itu meski diam dan tenang penampilannya,
bila Anda cermati dengan seksama akan Anda temukan bukan saja suasana komikal,
tetapi juga ide nakal yang kental. Tidak mudah membuat kartun-kartun bermutu
semacam itu, dibutuhkan ekstra kerja keras sang kartunis; selain menentukan
topik, melakukan riset, “menerawang” persoalan dari sudut pandang bersilang
arus (antara kritik dan gelitik) juga mampu memvisualkan secara kocak dan mudah
dipahami awam.
Kalau Arifin C. Noer (alm) dalam lakon “Ozone” menyitir, mengapa kita perlu melakukan dzikir, karena udara dan atmosfer bumi bukan saja dikotori oleh zat-zat karbon, tetapi juga dikotori oleh banyak sekali caci-maki, dusta, dan omongan sampah, maka dizikir diharapkan dapat membantu membersihkan kekotoran itu semua; humor juga begitu; menyajikan paradoks dan keagungan palsu umat manusia, apalagi yang sedang berada di jajaran kekuasaan dan kekuatan, agar kita semua dapat menyaksikan kekonyolan dan dagelan yang tersaji sebagai bahan introspeksi. Kemampuan menertawakan kekonyolan, kekurangan, bahkan kebodohan diri, adalah bukti bahwa kita memiliki rasa humor yang baik. Rasa humor yang baik adalah bukti bahwa kita masuk golongan orang-orang yang sehat atau waras! Sekian,salam humor!
Selamat Menikmati
Semoga Anda
Menderita Kebahagiaan!