<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Dokter dan Sumpah Resep

Dokter dan Sumpah Resep

Jitet Koestana


"BERAPA temperatur saya, Dok?" tanya seorang atlet atletik.
"37 derajat Celcius."
"Berapa rekor dunianya, Dok?"

"SAYA suka kota ini --hawanya sejuk dan sangat menyehatkan. Sepanjang saya tinggal di sini, saya tidak pernah membayar rekening dokter."
"Ya, saya tahu. Kemarin saya bertemu dengan doktermu. Dia berkata begitu juga."

DUA orang pasien rumah sakit jiwa sedang terlibat percakapan seru.
"Kepalaku sakit sekali.
"Apa kamu tahu obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan sakit kepala?"
"Tidak. Apa, sih?"
"Kakakku pernah kena sakit kepala. Lalu aku memberinya segelas obat pencuci mata dan obat penghilang rasa sakit. Kenapa kamu tidak mencobanya?"
"Gila kamu! Aku kan bisa terbunuh."
"Aku tahu. Obat itu jugalah yang membunuh kakakku."

"ANDA bilang, gigi Anda tidak pernah ditambal. Tapi saya menemukan serpihan logam di peralatan bor saya."
"Itu kancing kerah saya, Dok!"

"DOKTER, saya ingin menambalkan gigi. Apa proses penambalannya memerlukan waktu lama, Dok?"
"Tidak, jangan khawatir. Tidak akan lama," kata dokter menenangkan. Setelah dua menit berlalu, dokter berteriak, "Nah, sekarang sudah selesai!"
"Ah, jangan bercanda, Dok?"
"Kenapa?"
"Anda menambal gigi yang salah."

"SAYA belajar menjadi dokter gigi lewat kuliah jarak jauh."
"Menarik, nggak?"
"Ya, sih. Tapi, kadang-kadang membuat saya putus asa. Minggu kemarin misalnya, saya punya pasien yang terkena abscess. Padahal modul pelajaran tentang abscess itu baru akan diberikan bulan September!"

"APA Anda sudah mengambil temperatur?" tanya perawat pada seorang pasien yang tengah dirawat inap.
"Lho, apa ada yang kehilangan?"

SEORANG dokter sedang merawat laki-laki yang sangat kecanduan alkohol. Dia berkata kepada perawat, "Apabila pasien ini mengatakan melihat ular hijau lagi, beri dia obat-obat ini."
Beberapa saat kemudian, dokter kembali lagi namun pasien itu masih tetap mengoceh, dan obat-obatan itu belum diberikan kepadanya.
"Bukankah tadi saya menyuruhmu untuk memberi obat-obat ini bila dia melihat ular hijau lagi?" hardik dokter pada perawat. Dengan kalem, perawat itu menjawab, "Tapi dia tidak melihat ular hijau, Dok. Yang dia lihat itu gajah merah jambu!"

"KENAPA kamu seharian melihat ke bawah?"
"Dokterku berpesan, aku harus 'menjaga' perutku."


"SAYA tidak kembali ke dokter itu lagi. Habis, dia kuno, sih!" protes Roni.
"Kok bisa bilang begitu?" tanya kawannya.
"Dia meletakkan sesuatu di dada saya dan mendengarkan sesuatu dari tubuh saya dengan earphone."
"Itu bukan earphone, tapi stethoscope!" temannya menerangkan dengan sabar.
"Ah, bukankah sekarang orang memakai loudspeaker untuk mengeraskan suara, tapi dia kok masih tetap menggunakan earphone?!" kata Roni makin ngotot.

"DOKTER, hampir setiap hari ayah saya kena flu."
"Apa ayahmu tidak tahu kalau wiski itu baik bagi flu?"
"Itulah sebabnya ia tak pernah berhenti minum wiski."
                                            
"SUDAH satu jam Anda berada di tempat ini," kata psikiater pada pasien barunya, "Tapi ada satu hal yang penting yang harus saya sampaikan sebelum pertemuan kita berikutnya. Berhentilah merokok."
"Apa itu bisa membantu saya?" tanya si pasien.
"Tidak, tapi membantu saya. Anda sudah membuat lima lubang di taplak meja saya."

"DOKTER, saya punya problem yang benar-benar berat. Tolong carikan jalan keluarnya, Dok!"
"Tentu saja," jawab dokter, "Tadi Anda masuk lewat mana?"

"APAKAH suami Anda memperlakukan Anda dengan baik selama Anda dirawat?" tanya dokter pada pasiennya.
"Tentu saja, Dok. Dulunya dia malah lebih mirip tetangga daripada seorang suami."

"KENAPA jari Anda ini?" tanya dokter melihat pasiennya datang dengan jari penuh darah.
"Saya memukul jari yang salah, Dok."

"KAKAK laki-lakiku sakit dan dia pergi ke dokter."
"Apa sekarang ia sudah sehat?"
"Tidak juga. Lengannya malah patah."
"Gimana bisa begitu?"
"Dokter memberinya resep dan mengatakan, apa pun yang terjadi dia harus mengikuti resep. Ternyata resep itu terbang dari jendela karena tertiup angin."
"Lalu, kenapa kakinya bisa patah?"
"Dia jatuh dari jendela karena mencoba mengikuti resep."

"ISTRI Denny sakit. Dokter bilang, istrinya butuh udara pegunungan yang segar."
"Lalu ia mengajak istrinya ke pegunungan?"
"Tidak. Ia tinggal di rumah setiap malam dan mengipasi istrinya dengan lukisan yang bergambar pegunungan."

"DOKTER, keluarga besar saya mungkin satu-satunya keluarga yang paling banyak anggota keluarganya meninggal karena gangguan pada leher."
"Ya, digantung mungkin."

"APA dokter sudah mengambil temperaturmu?"
"Nggak tahu. Sejauh ini yang hilang cuma jam tanganku."

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger