<div style='background-color: none transparent;'></div>

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana

Keberagaman Kebersamaan by Jitet Koestana
HumOr Edisi: 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 Januari - Desember 2018 - Tahun ke VII

Edisi 003-Maret-2012 Humor di Negeri Apel

Wednesday, February 22, 2012




Bagi Pembaca yang terbiasa dengan panel selain Sidebar silakan klik panel tsb sebelum browsing.


Hidup di Negeri Apel sungguh suuueeeger! Mau nge-jussss, kapan saja bisa. Tidak pakai gula saja sudah manis, apalagi ditambah gula atau madu. Selain seger, ternyata juga sehat. Di hawa panas, pakai batu es, makin ces-ces cesss!

Apel macam-macam warnanya: hijau, kuning, merah hati atau kadang merah kehijau-hijauan. Sayang saja kenapa apel warna biru kok belum ada. Padahal biru itu identik dengan langit yang cerah. Gunung yang biru, sungguh nyaman dipandang. Hanya saja muka biru atau kebiru-biruan sungguh gak enak dipandang, karena habis kena gampar.

Majalah HumOr edisi 003 di bulan Maret 2012 ini selain memuat “Geger di Negeri Apel” juga memuat berbagai lelucon seputar supremasi hukum yang bikin senyum di kulum. Senyum kecut, senyum nyeri, kadang juga senyum ngilu. Itulah satir-satir getir dari potret hukum Negeri Apel.

Jangan lupa selain kartun, ada foto lucu, joke, video dan lain-lainnya.

Kartun-kartun cerdas dan bernas tentu khusus menyoroti kenapa kita cenderung korup, cenderung menyimpang, apalagi kalau lagi bergelimang kekuasaan dan kekuatan. Kartun-kartun itu meski diam dan tenang penampilannya, bila Anda cermati dengan seksama akan Anda temukan bukan saja suasana komikal, tetapi juga ide nakal yang kental. Tidak mudah membuat kartun-kartun bermutu semacam itu, dibutuhkan ekstra kerja keras sang kartunis; selain menentukan topik, melakukan riset, “menerawang” persoalan dari sudut pandang bersilang arus (antara kritik dan gelitik) juga mampu memvisualkan secara kocak dan mudah dipahami awam.


Kalau Arifin C. Noer (alm) dalam lakon “Ozone” menyitir, mengapa kita perlu melakukan dzikir, karena udara dan atmosfer bumi bukan saja dikotori oleh zat-zat karbon, tetapi juga dikotori oleh banyak sekali caci-maki, dusta, dan omongan sampah, maka dizikir diharapkan dapat membantu membersihkan kekotoran itu semua; humor juga begitu; menyajikan paradoks dan keagungan palsu umat manusia, apalagi yang sedang berada di jajaran kekuasaan dan kekuatan, agar kita semua dapat menyaksikan kekonyolan dan dagelan yang tersaji sebagai bahan introspeksi. Kemampuan menertawakan kekonyolan, kekurangan, bahkan kebodohan diri, adalah bukti bahwa kita memiliki rasa humor yang baik. Rasa humor yang baik adalah bukti bahwa kita masuk golongan orang-orang yang sehat atau waras! Sekian,salam humor!

Selamat Menikmati
Semoga Anda
Menderita Kebahagiaan!

Malaysia Free Backlink Services
Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service
Continue Reading | comments

Potret Hukum di Negeri Ini 1

Tuesday, February 21, 2012






Kartun by Jitet Koestana

Continue Reading | comments

Potret Hukum di Negeri Ini 2




Kartun by Jitet Koestana

Continue Reading | comments

Potret Hukum di Negeri Ini 3




Obituari by Jitet Koestana

Continue Reading | comments

Tatanan Dunia Galau




Karya Hang Ws

Continue Reading | comments

Pakarti and Earth Hour



Cartoon by Martono Loekito


Cartoon by Thek Mung

Continue Reading | comments

Pinokiowan Pinokiowati



Kartun by Djoko Susilo


Kartun by Gom Tobing

Continue Reading | comments

Apel Malang dan Apel Washington



Gambar: Hang Ws





Kartun by Lorentius-Laste



Continue Reading | comments

Ramai-ramai Menyongsong Angie



Kartun Opini Gom Tobing

Kartun Opini Koes Komo

Kartun by Marwan Tj

Kartun by Jadud Sumarno


Continue Reading | comments

Pers Dipertanyakan Independensinya by Djoko Susilo





Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 1




Vasily Alexandrov, St Petersburg - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 2





Hou-Xiaoqiang,-China - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 3





David-Evzen,-Republik-Ceko - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 4




Mehdi Afradi, Iran - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 5




Maria-Shirshov,-Georgia - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 6




Doddy-Iswahyudi,-Indonesia - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 7




Rumen-Dragostinov,-Bulgaria - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 8




Sergey-Yermilov,-Rusia - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 9





Skaridov-Eugene,-Rusia - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 10





Valeri-Tarasenko,-Rusia - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 11




Vasily Alexandrov, St Petersburg - verba1501.dreamwidth.org

Continue Reading | comments

Penyelewengan dan Godaannya 12




David-Evzen,-Republik-Ceko - verba1501.dreamwidth.org


Continue Reading | comments

Buah Politik



Prie GS

Di puncak musim korupsi, apa saja terancam dikorup tak terkecuali kata. Kata apel misalnya, kini tidak lagi terbayangkan cuma sebagai nama buah. Apel Malang misalnya, tak lagi terbayangkan nama buah produk dari  sebuah kota. Sebutan itu dulu terkenal hanya untuk benar-benar mewakili satu maksud saja. Kini, maksud itu telah melebar ke mana-mana, apalagi ketika ditambah lagi dengan Apel Washington.
          Karenanya, kegiatan korupsi yang paling berbahaya ialah ketika ia tak berhenti hanya di sebatas uang. Korupsi serupa rumah kartu yang akan terus menjalar dan meminta korban. Korban terakhir, dan korban paling berbahaya adalah sudut pandang. Ketika mendengar kata apel dan kita tidak lagi membayangkan nama buah, maka perubahan bayangan itu juga akan menjadi gejala di banyak  objek dan benda-benda.
          Ketika kita berhadapan dengan kata janji, bisa saja yang terbayang adalah ingkar. Jika berhadapan dengan kata mandat, yang terbayang adalah khianat. Jika berhadapan dengan kata pencalonan yang terbayang adalah kampanye. Sekarang apa yang terbayangkan ketika kepada Anda saya sebut kata dewan misalnya. Kata ini masih bisa diperpanjang dengan bupati, walikota, wakil walikota, sekda, dan kepala dinas. Ini baru dari jajaran birokrasi. Sekarang pungut saja sembarang kata dari kegaduhan jalan raya, sebut  misalnya kata sopir dan angkot. Adakah imajinasi kita akan cuma terhenti di sopir dan angkot, ketika bahkan naik angkot pun bisa menjadi kegiatan berbahaya?
          Tak terasa, kini, bias kata itu telah mengepung kita dari segenap jurusan. Kata yang semula berarti biasa-biasa, kini bisa menjadi pengusung rasa cemas. Kata yang semula cuma menunjuk sebuah benda, kini bisa menjadi pembawa kemarahan. Kata yang semula cuma untuk mengabarkan kegiatan, kini bisa berubah menjadi kecurigaan. Misalnya saja ‘’renovasi’’. Tak mudah lagi saat ini kita memercayai kata renovasi karena setelah kata ini ada saja rentetan perkara yang mengikuti. Renovasi ternyata tidak selalu berarti membangun, tetapi juga kegiatan mencari-cari.
          Inilah puncak dari bahaya korupsi. Semua kata bisa terancam rusak karena telah mengalami pengingkaran arti. Mereka bilang begitu, kita akan menganggap begini. Memang tak semua yang begitu selalu berarti begini.Tetapi di tangan imajinasi yang sudah rusak, semua yang begitu cuma kana ditafsrkan begini. Jadi, kerusakan sudut pandang adalah bencana yang paling hasu dihindari. Tidak mudah, tetapi sebetulnya juga tidak sulit. Tidak mudah, karena sekarang ini penghancuran terhadap sudut pandang memang terjadi  secara besar-besaran. Tetapi tidak sulit, karena di setiap bencana selalu ada relawan, di setiap perang selalu ada pahlawan, karena ada korupsi maka ada KPK. Segala sesuatu tidak bisa lahir sendiri. Ia selalu  datang sepasang. Setiap turun sakit, turun pula obat. Sebelah sayap lalat memang berisi racun, tetapi di sayap sebelahnya tersedia  penawar.
          Tetapi inilah yang harus  disadari: meskipun berpasangan sakit itu memang  selalu  turun lebih dulu dibanding obat. Sementara sakit telah menjalar obatnya masih harus diteliti. Kabar baiknya: setiap bujangan, para jomblo, jangan khawatir,  memiliki jatah jodoh. Tapi kabar buruknya: bahkan jodoh sendiri pun perlu  dicari. Maka selamat mencari!     

Continue Reading | comments

Karikatur-karikatur Amir Taqi 1






Continue Reading | comments

Karikatur-karikatur Amir Taqi 2





Continue Reading | comments

Strip Kartun by Ipung









Continue Reading | comments

Yang di Sana Apa Sama dengan Yang di Sini?



Yang di Sini!
Visual: Punel Sunaryo


Yang di Sana!
Visual: Vladimir Filippov, Rusia


Continue Reading | comments

Kartun Lepas Pengobat Rindu



Kartun Toni Hariyanto



Kartun Non-O


Kartun Gom Tobing

Continue Reading | comments

Kartun Opini versi Ifoed di IndoPos - 1





Continue Reading | comments

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger