<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Jokes Edan-edanan!

Jokes Edan-edanan!

Kartun Non-O

Wasito Djati Pribadi

KECEMPLUNG GOT

Seorang pastor tua di Amerika Latin, yang sudah 40 tahun bertugas di sebuah gereja, merasa sangat kecewa. Ia bahkan sempat merasa harus meninggalkan jemaatnya. Soalnya, selama 40 tahun itu, setiap ada pengakuan dosa, dosa yang paling banyak didengar dari umatnya adalah "selingkuh".

Ia merasa gagal membina moral umatnya itu selama 40 tahun. Umatnya merasa kasihan juga dengan pastor tua itu. Mereka semua akhirnya bersepakat, supaya kalau mengaku dosa, kata selingkuh diganti dengan istilah "jatuh di got".

Setiap kali mereka mengaku dosa, mereka berkata, "Bapa, saya telah jatuh di got minggu ini." Begitu seterusnya, hampir semua umat mengatakan dosanya, "jatuh di got".

Pastor itu merasa heran. Ia akhirnya memanggil kepala desa dan berkata, "Pak Kepala Desa, kemana saja kau gunakan uang negara? Jalan di desa ini tidak kau buat baik. Semua umat mengaku jatuh di got?"

Si Kepala Desa yang tahu maksud istilah itu tertawa terpingkal-pingkal.

Pastor itu marah, "Kamu tertawa? Istrimu saja seminggu ini ngaku 3 kali jatuh di got!"

&*%@#$%^&...pingsan


Sunardian Wirodono

 
"Mister Bean! Jika kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku, kamu harus membayar $5. Tapi, bila aku yang tak bisa menjawab pertanyaanmu, aku bayar $500. Bagaimana?"
"Okelah, Mister Einstein,…!"
"Berapa jarak bumi ke bulan, Mister Bean?"
Mr. Bean mengeluarkan dompet, dan memberikan $5 kepada Einstein, sambil berkata, "Sekarang giliranku. Apa yang bila naik bukit menggunakan tiga kaki, tapi kalau turun bukit menggunakan delapan kaki?"
Si genius Einstein berpikir keras. Otaknya serasa tumpul. Ia menyerah dan kemudian memberikan $500 pada Mr. Bean, "Ngomong-ngomong, apa sebenarnya jawaban teka-tekimu itu Mister Bean? Jika naik bukit dengan tiga kaki, dan jika turun dengan delapan kaki?"
Tanpa banyak bicara, Mr. Bean mengeluarkan dompetnya kembali, dan ia menyerahkan kepada Einstein $5, "Saya tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu, Mister Einsteinnnnn,...."


Sunardian Wirodono

 
"Ini hanya untuk mengecek, apakah tingkat stress Tuan sudah kelewat akut, atau masih normal. Mohon dijawab dengan jujur."
"Baik, Dok."
"Jika Anda memiliki uang 250 juta, dan kemudian diminta Ibu Anda 30 juta, terus ayah Anda juga meminta 40 dolar, berapa sisa duit Anda?"
"Sepuluh juta!"
"Hm, Tuan tidak mengerti matematika!"
"Hmmmm,.... dan Anda, Dok? Anda tidak mengerti Isteri saya,…"



M Djoko Yuwono

 
Seseorang membeli ladang menemukan pundi-pundi berisi emas di ladang tersebut. Dia menyerahkan pundi-pundi itu ke si penjual ladang. Tetapi, si penjual menolak karena merasa bukan miliknya. "Ambillah!" katanya.

"Aku hanya membeli ladang, bukan membeli emas ini,” kata si pembeli.

"Saya menjual ladang dengan segala isinya," kata si penjual.

Keduanya sama-sama berpendapat bahwa harta itu bukan haknya, mengingat bukan hasil jerih payahnya. Mereka pergi ke seorang yang saleh untuk memecahkan persoalan itu.

"Apakah kalian punya anak?" tanya orang saleh.

"Saya punya seorang anak perempuan," kata si penjual.

"Saya punya seorang anak lelaki," kata di pembeli.

“Kawinkan keduanya. Pakailah pundi itu untuk biaya pernikahan dan bekal hidup berkeluarga,” kata seorang saleh kepada mereka.

Demikianlah kisah yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w. sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dengan kandungan pesan moral yang luar biasa.


Sunardian Wirodono


GLOBALISASI HP TERBALIK | Siapa agen modernisme atau pembaharuan di Indonesia ini? Orang pintar bilang, mereka kaum cendekia yang dididik di kampus dalam dan luar negeri.
Di lapangan, maksudnya di desa-desa pelosok kita kadang mendapat jawaban berbeda. Di pelosok desa dan pegunungan, area blank-spot yang tak terjangkau televisi Indonesia ternyata masih banyak. Untuk bisa menangkap siaran televisi, mereka mesti beli antena parabola. Maka di pelosok-pelosok seperti Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Banyuwangi, Jember, Majalaya, Blora, atau dan entah manalagi banyak rumah-rumah sederhana yang memajang antena parabola. Karena hanya dengan antena itulah pesawat televisi mereka bisa menangkap gambar dari stasiun televisi Indonesia.
Siapa mereka? Banyak ternyata pembelinya adalah para TKW/TKI yang bekerja di luar negeri. Gaji mereka bukan hanya bisa untuk menopang hidup keluarga, melainkan juga untuk menyenangkan keluarga, termasuk membelikan televisi yang gede-gede. Kalau tak bisa nangkep gambar? Beli antena parabola. Kalau listrik nggak ada? Beli mini-genzet. Dan dengan televisi ber-parabola itu, mereka bisa menikmati siaran televisi jauh lebih banyak, sampai broadcast luar negeri segala. Jadi? Jadi, para TKW/TKI juga agen pembaharuan penting di pelosok-pelosok Indonesia.
Dan itu menimbulkan banyak hal, sebagaimana cerita di bawah ini:
“Bapak ini lho, dikasih tahu kok ngeyel. Dibelikan hape tuh biar mudah komunikasinya. Kalau di sms, ya dibales, jadi yang ngirim sms gak penasaran. Kenapa Bapak nggak pernah bales sms saya?” kata seorang TKW yang cuti pulang ke Indonesia menemui ortunya.
“Malu, Nak,…”
“Malu kenapa?”
“Tulisan Bapak jelek,…”
“Halah, dagelan lawas,... nah, tuh ada telpon masuk,…” si anak memberitahu kalau hape bapaknya berbunyi, “Angkat,…”
“Hallo,…” Sang Bapak pun mengangkat hapenya, tapi terbalik, karena tempat mic justeru nempel di telinga dan horn speaker malah di dekat mulut, “Hallo,…! Hallo,...!”
“Terbalik, Pak,…” sang anak mengingatkan.
Sang Bapak pun langsung berkata, “Lohaaaa! Lohaaaaa,…!”


Sunardian Wirodono

 
DONGENG SIANG KAMBING HANIBAL | Syahdan menurut sahibul bokis di siang boring, inilah dongeng modifikasi yang dulu sangat populer. Adalah seekor kambing jantan bernama Hanibal, yang dikurung di sebuah kandang terpisah dengan kekasihnya.
Hanibal sangatlah gelisah. Ia tahu persis, sebentar lagi tanggal 15 Oktober, dan ia tahu pula peruntungannya kelak.
"Kematianku sudah dekat. Namun, tiada ingin kulewatkan kesempatan pada hari-hari menjelang kematianku ini. Tapi, damned! Ini menggelisahkan. Aku tak suka ini," Hanibal merutuki nasibnya.
Jarak dengan sang kekasihnya, sebenarnya sangatlah dekat. Namun antara ia dan kekasihnya, terbentang sebuah pagar bambu yang tinggi. Sementara libidonya memanggil-manggil.
"Aku tak ingin mati sia-sia,..." dan Hanibal pun dengan penuh hasrat, melompati pagar pembatas, ke kandang kekasihnya.
Hanibal dan kekasihnya kini berada di satu kandang, mereka pun melakukan foreplay dengan saling menggesekkan bulunya.
"Kekasihku Hanibal,..." ujar kekasih Hanibal menghanyutkan.
"Wahai kekasihku, jangan panggil lagi aku Hanibal,..."
"Oh, kenapa gerangan, honey? Kenapa tak boleh kupanggil Hanibal?"
Hanibal melirik ke pagar bambu pembatas, dengan dagunya ia menunjukkan pada sang kekasih, "Karena bal-ku nyangkut dan tertinggal di ujung bambu itu,..."
"Cuek aja, honey, asal kau di sini. Biarkan bal itu nyangsang di sana,..."
Hanibal menggerutu, "Lha tanpa itu, aku nggak bisa bercinta, my soulmate,...!


Sunardian Wirodono

 
MENUNGGU MATAHARI MENGHISAP PAGI | Di gigir sungai yang mulai mengering, air menggenang tak bergerak. Hanya ganggang sesekali mengecipaki. Pada batu besar di pojokan, terlihat sebatang tunas. Betapa benar pepatah Cina itu; Batu yang bergerak tidak bisa ditumbuhi tanaman.
Tapi kenapa aku tak bisa diam, serasa gelisah terus mencari?
Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi pemandu untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya, demikian Sayidina Ali bin Abi Thalib.
Demikianlah, jika kamu berhasrat untuk berjaya, jangan hanya memandang ke tangga, namun belajarlah untuk menaiki tangga tersebut.
Sementara kau akan juga mengerti, ada dua cara seseorang itu tidak boleh berjaya. Ialah mereka yang hanya mengerjakan apa yang disuruh, dan mereka yang tidak mau mengerjakan apa yang disuruh. Alias, tiada mau melakukan apa pun, lebih memilih apa yang menjadi hasrat hatinya. Menuruti kenikmatan-kenikmatan hari ini, tanpa setetes pun kehendak Merasa nyaman dalam comfortable zone.
Padahal, tidak ada manusia yang hidup untuk gagal, tetapi tidak merancang adalah merancang untuk gagal. Dan embun pagi menguap begitu saja, untuk kemudian menjadi segugusan awan, dan kembali lagi ke bumi, pada dedaun dan bebatuan bisu.
Tiba-tiba, kau kehilangan waktu, dan kepercayaan diri pun lenyap. Merasa-sia-sia, merasa ditinggalkan, dan mengeluh-keluh dalam sederetan kata lampus fesbukmu. Seperti kutbah Whittier, "Apabila kepercayaan telah hilang lenyap, kehormatan telah musnah, maka matilah orang itu di dalam hidupnya."

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger