<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Diskusi Tan Malaka yang Menghebohkan

Diskusi Tan Malaka yang Menghebohkan


Oleh Sunardian Wirodono

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka, lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 dan meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 21 Februari 1949, pada umur 51 tahun. Beliau seorang aktivis kemerdekaan Indonesia, filsuf kiri, pemimpin Partai Komunis Indonesia (Warisan Tan Malaka, Tempo Interaktif 11 Agustus 2008), pendiri Partai Murba, dan Pahlawan Nasional Indonesia.

Dia ‘kan PKI? Kalau pun dia PKI, terus kenapa? Apakah misalnya kalau dia PKI, dan kemudian saya yang membaca namanya kemudian menjadi PKI, menjadi komunis, anti-Tuhan terus jadi musuh FPI? FPI ini siapa sih, kok tiba-tiba menjadi penting banget? Siapa sih di belakangnya? Siapa yang nyuruh? Siapa yang mendanai? Apa tujuannya? Apa kepentingannya dibenturkan dengan Tan Malaka?

Tan Malaka adalah pahlawan nasional, dan dia lebih penting bagi Indonesia daripada FPI, dan ormas-ormas yang tiba-tiba bernafsu melarang diskusi tentang Tan Malaka. Diskusi kok dilarang, goblog banget. Kalau dibiarkan (dan pemerintah bersekutu dengan ormas macam ginian), nanti banyak fakultas ilmu budaya dasar, yang mengajarkan sejarah, bisa dilarang mengadakan perkuliahan, kecuali mau mengajarkan sejarah yang sesuai akidah sakinah mawadah warrahmah.
Apakah Sutan Malaka ini seorang atheis? Kan dia guru ngaji yang juga hafal Alquran, dan bukankah sekarang ada kriteria gubernur dan bupati yang tidak hafal Alquran adalah cacat mental? Hadeh. Luweh.

Yang pasti data Sekretariat Negara berdasar Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963, Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional. Dan ini adalah data negara, yang sampai sekarang sah berlaku, tidak ada perubahan. Masa’ pahlawan nasional ditandingin dengan perusuh dengan ideologi yang tidak menghargai keberagaman Indonesia?

Tan Malaka dikenal sebagai seorang revolusioner yang kesepian. Sang revolusioner seumur hidup, dan diketahui tak pernah menikah, apalagi poligami, Bib!

Meski demikian bukan berarti pria ini tak pernah jatuh cinta. Tan Malaka pernah ditanya salah seorang pengikutnya, Adam Malik, "Apa Bung pernah jatuh cinta?"

Tan pada Si Bung Kancil, mengakui pernah jatuh cinta kepada wanita. "Pernah. Tiga kali malahan. Sekali di Belanda. Sekali di Filipina dan sekali lagi di Indonesia. Tapi semuanya itu katakanlah hanya cinta yang tidak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan (Indonesia)," jawab Tan Malaka.

Hal itu diamini oleh SK Trimurti, istri dari Sajoeti Melik, "Ia (Tan Malaka) tidak kawin karena perkawinan akan membelokannya dari perjuangan. Ia bersikap penuh hormat terhadap perempuan. Ia juga tak pernah berbicara tentang perempuan dalam makna seksual. Dari sudut ini ia seorang yang bersih."

Dalam buku 'Tan Malaka: Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah', Tan pernah jatuh cinta kepada satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya, yakni Syarifah Nawawi. Cinta itu bertepuk sebelah tangan. Syarifah menikah dengan R.A.A. Wiranatakoesoema, Bupati Cianjur yang saat itu sudah memiliki lima orang anak.

Tan Malaka juga pernah memiliki kedekatan dengan Paramitha 'Jo' Abdurrachman pasca Proklamasi Kemerdekaan RI. Paramitha berkenalan dengan Tan Malaka saat masih tinggal di rumah Soebardjo, Menteri Luar Negeri RI pertama, tahun 1945. Tan sangat menyukai kepintaran Pramitha bermain piano.

Setelah Tan Malaka tak lagi tinggal di rumah Soebardjo, Paramitha masih kerap bertemu dengannya. Paramitha memiliki rasa kasih dan cinta terhadap Tan Malaka . Ia kerap berbincang lama dan memberi perhatian lebih kepada Tan. Namun, keduanya tak sampai menuju pernikahan.
Di Belanda, Tan Malaka juga dikabarkan pernah menjalin hubungan dengan gadis Belanda bernama Fenny Struyvenberg. Mahasiswa kedokteran itu bahkan kerap datang ke rumah sewa yang ditinggali Tan Malaka .

Sementara Tan Malaka dalam biografinya "Dari Penjara ke Penjara Jilid I' sempat menyinggung kedekatannya dengan seorang gadis Filipina bernama Carmen, yang menolongnya dalam pelarian, hingga sukses masuk ke negeri itu. Namun sayang kedekatan antara Tan Malaka dan Nona Carmen tak gamblang dijelaskan.

Tan Malaka memang bertolak belakang dengan Soekarno. Tak hanya dari cara memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tapi juga soal kehidupan pribadi dan perempuan.

Peneliti sekaligus penulis buku Tan Malaka, Harry A Poeze mengatakan, dalam pelariannya di luar negeri, Tan Malaka sempat berhubungan khusus dengan sejumlah wanita. Namun sadar sebagai tokoh gerakan radikal yang diburu oleh dinas rahasia negara kapitalis seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda, ia tak mungkin bisa menikah. "Tan Malaka bilang saya orang gerakan radikal dan diburu selalu. Saya harus bisa meloloskan diri karena itu gak ada waktu untuk berkeluarga. Ini nasib seorang revolusioner," kata Poeze dalam sebuah diskusi.

Jika pun disebut oleh Tan, para perempuan yang pernah dekat itu disebutnya sebagai kekasih Belanda, kekasih Rusia, kekasih Filipina dan sebagainya.

Mungkin itu nasib seorang revolusioner yang ingin berbuat bagi kepentingan orang banyak, harus rela mengorbankan kepentingannya, "Barangsiapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan dirinya sendiri," kata Tan Malaka.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi

Buku Satir Sosial Politik - Humor Dosis Tinggi
Untuk informasi pemesanan silakan klik gambar cover tsb.
 
Copyright © 2011. Majalah HumOr . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger