Sudi Purwono BaruNasib Baik atau Buruk Tak Ada yang Tahu
Di pinggiran sebuah hutan, hiduplah seorang petani tua yang mempunyai seekor kuda untuk mengerjakan ladang. Pada suatu hari kuda itu lepas, menghilang ke tengah hutan, dan ketika semua tetangga menyatakan rasa sedihnya kepada petani nahas itu, si orang tua menjawab, “Nasib buruk? Nasib baik? Siapa tahu?”
Seminggu kemudian kudanya kembali dengan membawa kawanan kuda liar dari hutan. Kali ini para tetangga mengucapkan selamat kepada petani karena nasibnya yang beruntung. Lagi-lagi si petani menjawab, “Nasib baik? Nasib buruk? Siapa tahu?”
Suatu ketika anak pak petani tersebut mencoba menjinakkan salah satu kuda liar tadi, tetapi nahas ia terjatuh dari punggung kuda dan kakinya patah. Semua tetangga merasa prihatin dengan nasib malang pak petani.Tetapi tidak demikian si petani, tanggapannya ia hanya berkata, “Nasib buruk? Nasib baik? Siapa tahu?”
Beberapa minggu sesudah itu tentara masuk desa dan mendaftar semua anak muda yang sehat badannya untuk maju perang karena keadaan darurat. Tetapi karena mereka melihat anak si petani patah kakinya, akhirnya anak tersebut dibebaskan dari kewajiban militer.
“Apakah itu nasib baik? Nasib buruk? Siapa tahu?”
Sepasang suami interi melancong dan mengunjungi Lembah Gema yang terkenal itu.
"Percaya nggak, ma," kata si suami, "Kalau aku berteriak, maka suara pantulannya akan terdengar kembali.."
"Cobalah," sahut si isteri
"Kurasa ini kelihatan konyol, tapi aku akan coba." kata sang suami. Setelah bersiap-siap, kemudian ia berteriak dengan sekencang-kencangnya, "Bohong!!!!!!"
Ditunggu beberapa saat tetapi tidak terdengar suara pantulan sama sekali.
"Cobalah sekali lagi, pa," ujar isterinya sedikit penasaran.
Kali ini si suami berseru sekuat tenaga, "Akulah lelaki yang paling tampan di duniaaaaa....."
Barulah terdengar gema pantulan suara yang pertama. "BOHOOOOOONG..."
Yang Paling Pokok
“Saya sangat sibuk dengan urusan-urusan penting, saya tidak punya banyak waktu. Bisakah Anda menjelaskan kepada saya pokok-pokok ajaran rohani dengan uraian singkat saja?”
“Baiklah, kalau begitu saya akan meringkasnya menjadi satu kata saja.”
“Luar biasa! Kata apakah itu?”
“Merenung.”
“Merenung tentang apa?”
“Kesadaran.”
“Bagaimanakah cara mengetahui Kesadaran?”
“Dengan merenung!”
(Zen sederhana)
Kemenangan dalam mengalahkan orang lain adalah hal kecil, tetapi kemenangan mengalahkan diri sendiri merupakan pencapaian BESAR. (Miyamoto Musashi)
Hidup Dalam Keragaman
Senjata menciptakan kekerasan, kekuatan menciptakan ketakutan. Seseorang yang memenuhi kehidupannya, tidak menggunakan enerji seperti itu.
Ketenangan ada di dalam hatinya dan kemenangan bukanlah alasan untuk bersukacita.
Kalau engkau bersukacita dalam kekuatan, maka engkau senang membunuh. Tetapi, jika engkau bersukacita di dalam keragaman, maka engkau akan senang menjalani kehidupan. (Lao Tzu)
Bumi ini mampu mencukupi seluruh kebutuhan hidup umat manusia. tetapi tidak mampu memenuhi nafsu keserakahan seorang manusia. (Mohandas Karamchad Gandhi)
"Saya tidak pernah berputus-asa sebab setiap kegagalan adalah langkah MAJU." (Thomas Alva Edison)
"Bagaimana saya dapat mencintai Tuhan seperti yang dianjurkan dalam Kitab Suci? Bagaimana saya dapat menyerahkan seluruh hidup saya kepadaNYA?"
"Lebih dahulu, engkau harus mengosongkan hati dan pikiranmu dari semua benda ciptaan."
Lakukan sesuatu, jika tidak kecemasan akan mendatangimu. (Dale Carnegie)
Iim OetoroGuru bertanya kepada muridnya, "Menurutmu, apa hakikat hidup ini?"
Sang murid yang menghapal kata-kata Gurunya itu lalu mengatakannya secara persis, "Tidak melekat pada apa pun, kemelekatan menyebabkan penderitaan. Kebebasan tertinggi adalah hidup dengan melepaskan ego!"
Ketika melihat Guru hanya tersenyum, si murid balik bertanya, "Menurut Anda, apa hakikat hidup ini?"
"Aku tidak tahu." jawab Guru.
(Zen untuk perenungan)